KENSA 04

555 Words
'Risih itu.., semacam perduli, ya?' [Mulai perhatian?] "Kamu harus tau diri, Dana!  Kita sudah punya anak dua! Dan mereka sudah besar-besar! Tidak bisa memangnya kamu dewasa sedikit?" Pekik seorang wanita paruh baya pada suaminya. "Kamu juga harusnya tau diri! Sudah tau anak banyak! Masih sempat-sempatnya pergi arisan dan mengikuti acara alumnian dan bertemu mantanmu?!" "Kamu sendiri gimana?! Tiap hari kamu bawa jablay kesana kemari, Dana! Memangnya itu bukan hal tercela?!" Clarissa menyibak air matanya yang mulai mengalir dipipinya. Gadis itu menutup pintu dengan keras. Berharap orang tuanya sadar, bahwa anaknya ini tertekan melihat kelakuan kekanakan mereka. Gadis itu terisak, ia duduk dipojokan kamarnya. Mengambil silet dinakas, lalu menggaret-garetkan tangan mulusnya. Entah mengapa, hal itu membuatnya lebih tenang. Rasa sakit dihatinya terasa berkurang. Walaupun cairan kental bernuansa merah itu mengalir dilengannya. Padahal dulu, saat Clarissa kecil, ia selalu percaya bahwa kehidupan keluarganya akan harmonis sampai tua. Kehidupan Clarissa, Vero dan kedua orang tuanya benar-benar hangat layaknya dream family. Sampai suatu saat, usaha Ayahnya--Dana, sukses besar. Kedua orang tuanya mulai berubah. Mereka mengacuhkannya, tak perduli dan sibuk berfoya-foya. Membuat segala keharmonisan dikeluarganya hancur. Lalu untuk apa uang dan kekayaan bagi Clarissa? Clarissa hanya butuh keharmonisan keluarganya kembali. "AAAAAAAARGHH!!!" Gadis itu teriak sekencang mungkin meluapkan rasa emosinya. Gadis itu menyibak nakasnya hingga barang-barang berjatuhan. ₩₩₩ Pagi ini Kenzo memutuskan untuk membolos diatap. Karna teman-temannya itu sudah seperti buntut Kenzo sejak dulu, makanya sekarang mereka juga ikut membolos diatap. Tak sengaja Kenzo melihat ke bawah, disana adalah bagian halaman sekolah. Mata tajam Kenzo fokus melirik gadis berambut merah disana yang tengah melepas helm-nya. Pria itu menyipitkan matanya agar bisa lebih jelas melihat sesuatu. Kenzo melihat begitu banyak handsaplast yang dipasang oleh gadis itu dilengannya. Sebenarnya, gadis itu kenapa sih? Kenapa ia selalu berhasil membuat Kenzo risih melihatnya. Bahkan saat melihat gadis itu terjatuh saking terlihat lemasnya. Kenapa rasanya kenzo risih dan ingin membantunya? Mana perasaan dingin Kenzo? Mendadak mencair pada gadis yang baru saja dilihatnya kemarin. Benar-benar gila. ₩₩₩ Clarissa berjalan melewati koridor-koridor kelas. Daripada ia mesti belajar bahasa inggris, lebih baik ia berjalan-jalan disekolah barunya ini. "Eh awaaaas!!!" Teriak seorang gadis diatas sana. Lantas Clarissa langsung menoleh ke atas. Betapa terkejutnya ia melihat pot yang sebentar lagi akan menimbruk kepalanya. Clarissa memejamkan matanya pasrah. Padahal hari ini ia sangat lemas dan tak bertenaga. Sialan, cobaan macam apa ini. Brukhh! Loh? Gak sakit?, Clarissa meraba-raba kepalanya. Ia memutuskan untuk membuka matanya. Matanya langsung membulat melihat seorang pria yang tengah menutupinya dari pot itu menggunakan punggungnya. Terlihat tangan pria itu berdarah. Walaupun luka kecil, tapi pasti perih. "Lo gapapa?!" Clarissa langsung menarik tangan Kenzo untuk melihatnya lebih dekat. Kenzo langsung menarik tangannya. "Bisa gak sih jadi orang jangan bego banget? Udah tau pot mau nimpa lo, ngehindar lah!" Ketus Kenzo membuat mata Clarissa terbelalak naik pitam. "Lo udah bilang gue bego berapa kali! Gue gak bego, ya!!" Tukasnya. "Bego kok," caci Kenzo lalu pergi begitu saja. Membuat Clarissa mendengus kesal. Tapi tiba-tiba langkah pria itu terhenti, ia berbalik menghadap Clarissa. Membuat Clarissa menautkan alisnya menunggu pria itu bicara. "Kalo lo tertekan, jangan pernah lukain diri lo sendiri. Gak mau dikatain bego'kan?" Ujar Kenzo lalu berbalik dan melanjutkan langkahnya. Clarissa terhenyak. Gadis itu melirik tangannya yang sudah penuh dengan handsaplast. Apa maksud pria itu? ₩₩₩ Hew sudah menuju kebaperan yang hqq! Hoho~ Sabar ya sabar
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD