Ulah Danis

1902 Words
“Selamat malam nona, Isabella.” Danis mempersilahkan perempuan untuk duduk diantara mereka. Kebetulan malam ini memang Beryl dengan sengaja datang ke klub. Dia rasa Isabella memang ada disini. Dugaan Beryl tepat tidak sama sekali meleset. Apakah perempuan itu begitu menggilai dunia malam?! Isabella duduk diapit oleh Danis dan Beryl. Ide konyol macam apa yang sengaja diciptakan Danis agar  Isabella berada pada jarak sedekat ini denganmu, Beryl. Oh, jangan bilang bahwa sahabatnya Danis sengaja menyewa Isabella guna menemaninya.  “Benar sekali Beryl. Kata hatimu mudah gue baca. Isabella akan menemani kita malam ini.” Isabella diam seperti patung, melirik sekilas pada Danis kemudian pada Beryl berikutnya. “Siapa dari kalian yang harus banget gue temani?” katanya jutek “Dia.” “Dia.” Beryl dan Danis saling menunjuk satu sama lain. Membuat Isabella kebingungan.  Isabella menggeram menahan kekesalannya, “Jadi siapa?” “Danis.” “Beryl.” “Gue serius,” ujar Isabella menahan amukannya. Berdekatan dengan Beryl membutanya sulit menahan emosi. Bendera perang serasa sudah berkibar “Lo mau diseriusin?” Danis cengengesan. Laki-laki itu menghabiskan minuman miliknya dalam satu kali tenggak kemudian menarik paksa Isabella. “Ayo.” Isabella nampak kaget dengan perintah Danis, “Ke..kemana?” “Katanya mau yang serius, sayang.” Ucapnya tanpa dosa “Lo gila.” Amuk Isabella begitu Danis terus menyeretnya “Nis…” Teriakan Beryl menghentikan aksi Danis. “Dia punya gue…. malam ini.” Oh s**t, kenapa mulut Beryl tidak bisa dikendalikan begini. Ingin rasanya Beryl memukul kepalanya sendiri. Beryl selalu saja salah langkah setiap berhadapan dengan Isabella. Perempuan itu benar-benar menyulitkan  Danis terkekeh, dia sudah menduga akan respon apa yang akan ditunjukkan Beryl demi menjaga perempuan bernama Isabella ini.  “Kalian berdua punya hubungan apa, sih.” Danis menggaruk kepalanya. Merasa tidak percaya jika tipe Beryl adalah Isabella. Bukan dia berpikiran buruk hanya saja posisi Isabella siapa dan Beryl siapa. Didukung faktor Isabella bekerja sebagai wanita malam. Dan lihatlah si Beryl laki-laki penuh pesona ini. Bagaikan langit dan bumi saat mereka bersama. “Kami teman….satu kampus.” Beryl bingung menjelaskan apa hubungan antara dia dengan Isabella. Masak Beryl harus mengatakan sekarang bahwa Isabella adalah orang terpenting yang sedang dia jaga untuk orang lain. Bagaimana pikiran gila Danis nanti akan bermain “Hanya teman?” Wajah Danis sama sekali tidak mempercayai ucapan Beryl barusan. Mana ada teman selalu dipantau hampir setiap kali ke klub. “Mengatakan bahwa dia teman tidurmu apakah sesulit itu, Beryl.” Danis menemukan kesimpulannya sendiri Beryl dan Isabella saling pandang. Pikiran Danis memang sudah melancong sejauh itu.  Beryl mundur selangkah akibat Isabella mendekatinya. Rasanya Beryl takut jika ditatap seperti itu. Apakah Isabella akan kembali menciumnya, lagi? Beryl menggeleng cepat.  Jadilah orang waras, Hilangkan pikiran jorok dari otakmu. Ingat Prof.Warsono memintamu menjaga keponakan tersayangnya.  Isabella bingung, “Kenapa lo geleng-geleng?” Apakah Beryl terkena penyakit ayan atau apa.  Danis mengeluarkan satu bungkus rokok lalu menyerahkan pada Beryl. “Biar nggak gugup.” Katanya sebelum pergi berlalu berbaur bersama teman-temannya menikmati kesenangan Isabella mengambil satu gelas jus milik Beryl, “Di tempat seperti ini lo pesan minuman begini?” Mata Isabella terus memperhatikan minuman di tangannya. Apakah benar ini jus atau minuman beralkohol terbaru yang belum pernah Isabella cicipi “Why not?” Beryl merampas minumannya kemudian menghabiskan di depan Isabella. “Sudah habis.” Katanya persis seperti anak kecil Isabella senang dengan tindakan Beryl barusan, “Oke. Selamat bersenang-senang, Beryl.” Isabella mulai menjauhi Beryl. Tugasnya menemani laki-laki itu sudah kelar. Nena hanya berpesan untuk menemani minum tidak lebih dari itu. Sekarang waktunya Isabella fokus pada tujuannya. Hanya untuk Nando seorang “Mau kemana?” Beryl mencegat kepergian Isabella Isabella menatap remeh kearah Beryl, “Lo tahu bukan. Disini gue kerja bukan cuma melayani elo saja, Beryl.” Isabella harus mengesampingkan emosinya demi mendapat bayaran dari Nena. Bonusnya ada pada kesenangan Beryl Beryl menahan lengan Isabella, “Sebentar lagi, Bella.” Pintanya dengan sedikit memohon Isabella menajamkan pendengarannya, apa barusan Beryl memintanya? “Gue nggak melayani lebih dari teman minum, Beryl!” Isabella menegaskan pekerjaannya Beryl tersadar jika tindakannya barusan mirip seperti laki-laki hidung belang yang tengah meminta tubuh Isabella. Tapi dia harus melakukan ini agar Isabella tidak jatuh terlalu dalam pada dunia malam. Bahkan Beryl menduga Isabella sebenarnya sudah jatuh sangat dalam. “Ayolah, kembali dan jadilah perempuan baik-baik, Bella.” “Lalu?” Isabella menatap lekat mata Beryl “Prof.War…”  “Stop Beryl. Lo nggak tahu apapun soal hidup gue. Berhenti ikut campur dan jadilah mahasiswa kesayangan orang tua itu dengan cara lain. Bukan dengan cara merusak kesenangan gue. Lo udah terlalu jauh, Beryl. Tolong pahami soal posisi masing-masing.” Beryl sudah mengumpat dalam hati, “Gue tahu ini keterlaluan tap…” Isabella mengabaikan keberadaan Beryl. Perempuan itu malah dengan seenaknya mendekati laki-laki yang tempo hari pernah diciumnya. Senakal itukah dirimu Isabella? Beryl rasanya lelah. Kenapa juga dia harus mengikuti permintaan Prof.Warsono. Isabella sama sekali tidak bisa dihentikan. Setiap kali Beryl melakukan sesuatu untuk menyelamatkannya justru semakin besar pula usaha Isabella untuk menolaknya. Ambisinya sangat besar. Prof.Warsono saja menyerah bagaimana dengan dirimu Beryl? “Kau mencintainya, Beryl.” Danis yang sedari tadi melihat interaksi antara Beryl dan Isabella dibuat takjub. “Sayangnya kau menampiknya.” “Berhenti mengatakan sesuatu yang konyol, Nis. Kami hanya berteman dan tidak akan mungkin terjadi lebih dari pada itu untuk selanjutnya.” Beryl harus membentengi dirinya sendiri. Tidak ada hasrat menyukai Isabella dalam dirinya. Dia tahu Isabella sangat cantik dan popular tapi menjalin hubungan bersama perempuan nakal itu adalah hal terkonyol dalam hidup Beryl. Tidak. Itu tidak akan pernah terjadi. Tidak mungkin. Mustahil *** “Bella…” Nando terkejut karena tiba-tiba tubuhnya dipeluk oleh perempuan. Seharusnya dia sudah bisa menduga soal ini.  “I miss you.” Isabella mendongak ke atas melihat wajah Nando yang tengah menatapnya dengan tatapan kagum. Jelas saja dia jatuh hati. Isabella cantik begini, sih. Nando menarik Isabella masuk kesalah satu ruangan VIP. “Kamu ngapain disini?” tangan Nando mengusap lembut rambut hitam Isabella yang tergerai indah.  “Nungguin kamu, Nando.” Jawab Isabella kemudian Nando terkekeh, “Aku kerja, sayang.” Katanya lembut sembari terus memperhatikan setiap inci tubuh Isabella. Dasar m***m  Nando hendak melancarkan aksinya namun dia tahan karena ingat satu hal. “Isabella.” “Iya. Ada apa?”  “Siapa laki-laki yang waktu itu datang menyuruhmu pergi. Apa dia kekasihmu?” Isabella ingat betul kala Beryl menariknya menjauh dari Nando. Kemudian memukulnya tanpa permisi. Beryl sudah mengacaukan malam berharganya. Kepala Isabella menggeleng, “Bukan. Kami tidak memiliki hubungan apapun Nando. Dia hanya teman di kampus yang sama.” Isabella mengatakan dengan jujur bukan bahwa mereka memang satu kampus meski hubungannya dengan Beryl adalah permusuhan  Nando berupaya mencari kebohongan dari ucapan Isabella. Tapi tidak dia temukan. Nando yakin Isabella berkata jujur. Lagi pula sekalipun itu adalah pacar Isabella pun dia tidak akan perduli. Nando lebih unggul dibandingkan laki-laki itu. Termasuk soal jaminan kesenangan Isabella  “Kau cemburu?” Isabella mulai menebak jawaban Nando justru yang didapat adalah gelengan kepala.  Nando mengeluarkan smirk, “Sama sekali tidak akan pernah cemburu. Dia jauh di bawahku. Aku menang dalam segala hal. Juga sudah lengkap dengan memilikimu setiap malam.”  Sialan, Isabella mengumpat dalam hati mendengar jawaban dari seorang Nando. Benar-benar kurang ajar mantan pacar Diana ini. Dia menyukai tubuh Isabella tanpa pernah menggunakan perasaan. Jika seperti ini lalu bagaimana caranya Isabella bisa membuat Nando jatuh dan bertekuk lutut kepadanya. Padahal dia sudah menyerahkan semuannya. Nando memperhatikan Isabella, “Untuk ke depannya segera jauhi dia, Bella. Aku merasa dia berbahaya dengan terus mengikutimu. Dan selalu mencari tahu apa yang kamu lakukan.” “Kamu tahu dari mana, Nando?” Apakah laki-laki incarannya ini sudah tahu semua tentang Beryl serta tujuannya melakukan mata-mata. Jika memang benar sungguh itu akan lebih sangat menyulitkan Isabella.  Tapi kali ini otak cerdas Isabella kembali memunculkan ide. Jika Nando membuat Beryl menjauhinya apakah rencannya akan berjalan mulus tanpa gangguan dari Beryl?! Sepertinya menyenangkan mengadukan semua pada Nando. Isabella mendesah lelah, mencurahkan perasaannya. “Aku memang tidak nyaman atas kehadirannya, Nando. Tapi dia adalah orang kepercayaan Om ku untuk menjagaku selama aku berada di klub. Jadi aku harus apa supaya dia pergi. Aku sudah melakukan banyak cara untuk membuatnya pergi dan itu percuma saja.” “Om siapa?” Nando mulai kepo soal keluarga Isabella “Om Warsono, apakah kamu ingat orang tua yang pernah mencoba memasukanmu ke dalam penjara atas kasus Diana?”  Skak matt Wajah Nando berubah pucat pasi ketika Isabella mulai menyinggung soal kematian Diana. “Ya aku ingat.” Katanya sembari menatap kesegala arah.  Tidak usah bertingkah sok tidak bersalah Nando. Setiap pergerakanmu selalu saja nampak jelas bahwa kamu adalah dalang dibalik pembunuhan Diana.  Isabella akan memastikan Nando benar-benar mendapat ganjaran atas perbuatan yang pernah dia lakukan. Isabella berani bertaruh soal itu. “Apa kamu masih merindukan, Diana?” Bagus Isabella pancing terus sampai Nando merasa terpojok atas petanyaanmu.Memang sih menurutnya nyawa pantas dibalas dengan nyawa Nando menatap Isabella dingin, “Meskipun aku merindukannya. Dia juga tidak akan mungkin bisa kembali ke dunia ini.” “Katamu perasaanmu tulus kepada Diana?” “Aku memang sangat mencintai kakakmu, Bella. Bukan berarti aku tidak boleh bahagia dan melanjutkan hidupku, bukan?”  Dasar pembunuh. Kau hidup bahagia sementara kami keluarganya harus menderita akibat kehilangan Diana. Manusia macam apa kau ini, Nando. Isabella menyetujui ucapan Nando, “Kamu memang harus move on dari Diana, Nando. Itu sudah jadi masa lalu.” “Kamu akan membantuku, bukan?” “Tentu…” Tentu saja aku akan dengan senang hati membantu, mengingat serta menunjukkan siapa dirimu sebenarnya, Nando. Itu adalah rencanaku Nando mendekap tubuh Isabella, “Aku tahu kau mencintaiku.” Jemari Isabella mengusap lembut rambut Nando, “Lalu?” “Aku akan menjagamu seperti permintaan Diana.”  Tunggu dulu, apakah Diana pernah meminta Nando untuk menjaganya. Sepertinya tidak mungkin. Atau Isabella melewatkan satu bagian cerita hubungan mereka. Oh jangan sampai itu terjadi. Semua rencana sudah tersusun rapi. Isabella tidak mau bergalau ria lagi. Nando adalah target utama  “Apa kamu tidak mau mencintaiku, Nando?” “Bagaimana aku tidak mau. Kamu sempurna, Bella. Siapa laki-laki yang tidak jatuh hati pada pesonamu.” Katanya penuh dusta. Isabella ingin muntah tapi ini bukan saat yang tepat. Drama baru saja dimulai. ** Beryl membuang muka Isabella melewatinya begitu saja. Dia kesal setengah mati pada Isabella. Merasa terpojok sekaligus malu tanpa berkesudahan. Mundur adalah langkah terbaik dari pada melanjutkan tapi sia-sia. Hah, prinsip dari mana itu. Seperti bukan Beryl saja “Dia pergi, dude.” Danis menonton kepergian Isabella lalu perubahan sikap Beryl yang berbeda. Memusingkan sekali ya kisah cinta dua manusia ini.  “Lupakan dia. Gue punya banyak stok spesies wanita yang bisa lo ajak bercinta.” Katanya dengan tampang wajah berseri What the hell, miris sekali Beryl harus punya teman segesrek Danis. Mimpi apa dirinya dan Danis bisa cocok dan klop bahkan hingga bertahun-tahun lamanya. Mungkin Danis punya pelet kuat membuatnya jadi terpikat. “Gue benci punya teman elo, Nis.” “Aku sayang padamu juga, Ber.” Sungguh aneh pertemanan keduanya. Danis buru-buru mengeluarkan ponselnya. Panggilan masuk membuatnya terfokus pada benda pipih itu.  “Danis?” kepala Beryl ikut menoleh. Menyaksikan perempuan dengan rambut pirang hampir melompat ke pelukan Danis jika temannya itu tidak sigap. “Aku kangen, Nis.” tangannya merangkul leher Danis penuh kasih sayang “Wohooo, liar sekali dirimu, Winda.” Tatapan melirik Beryl seolah mengatakan_aku sangat laku bukan?!  Beryl rasa harus segera menemukan tempat pegadaian untuk menukarkan temannya satu ini. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD