“Kamu berdiri saja,” ujar Andra sambil memegang kedua bahu Icha, lalu mengangkatnya pelan. Icha sedikit kaget, dia mengikuti gerakan tangan Andra yang menaikkan tubuhnya sampai berdiri tegap. Jantung Icha berdegup keras, karena wajah Andra begitu dekat dengan wajahnya, sehingga hangat napas dari tubuh Andra menerpa wajahnya. Andra mendorong Icha agar bersandar ke dinding sisi pintu, lalu menekan tubuhnya seperti hendak mencium bibirnya. Andra dengan tenang melepas cardigan rajut dari lengan Icha, dan membuangnya begitu saja di atas lantai, karena basah. Kemudian, Andra menurunkan tubuhnya pelan-pelan di depan tubuh Icha, sambil memandang bagian depan tubuh Icha. Hidungnya terlihat seperti mengendus, dan sempat terhenti tepat di d**a Icha yang membusung. Icha menelan ludah berkali-ka