"Dikta pasti terpukul banget," sahut mama setelah mendengar ceritaku. "Kasihan." Aku mengangguk. "Semoga dia bisa melewati cobaan ini dengan baik dan bisa bangkit lagi." "Iya. Mentalnya pasti nggak baik-baik aja saat ini. Mama jadi kepikiran." Aku bercerita kepada mama tentang bagaimana Dikta semalam saat aku ke sana. Tidak ada yang baik-baik saja ditinggalkan selamanya oleh seseorang yang disayangi. Pasti rasanya menyakitkan. Aku saja waktu SMP pernah menangis hingga mogok makan—tak berselera saat nenek meninggal. Meski bukan merupakan nenek kandungku, namun beliau begitu menyayangiku. "Kamu berangkat bareng mama dan papa?" Aku menggeleng. "Bareng Gilang, Ma." Mama tampak manggut-manggut. "Gilang ngertiin aku banget, Ma. Malah dia kasih ruang buat aku. Hanya saja, Dikta memang ngga