Tawaran

1140 Words
"Sesuatu apa itu, Tante?" tanya Noval penasaran "Nanti kau akan tahu." Kata Cindy datar, dan fokus pada kemudi. Setelah mobil Cindy berhenti di depan rumah mewah, Noval turun dari mobilnya setelah mendapat perintah dari Cindy, dia harus ikut turun. "Mau ngapain Tante?" tanya Noval yang sudah berdiri di depan pintu rumah Cindy. "Ikut masuk." Kata Cindy tegas, lalu membuka pintu rumah dan mengajak Noval masuk. Noval baru menghentikan langkahnya setelah Cindy duduk di sofa ruang tamu. Cindy menyerahkan map biru pada Noval, yang dengan ragu-ragu Noval menerima map biru tersebut. "Apa ini, Tante?" tanya Noval "Buka dan baca dengan baik-baik." Jawab Cindy Noval mulai membuka map biru tersebut, dan membaca dengan teliti seperti yang dikatakan oleh Cindy tadi, namun, tidak berselang lama, kedua tangan Noval gemetaran. "Mama punya penyakit tumor? Dan Mama menolak diOperasi?" tanya Noval dengan penuh ketidak percayaan. "Iya. Dan kamu tidak hanya terkejut perihal penyakit Mama kamu. Kamu juga harus tahu, kalau rumah yang masih menjadi harta satu-satunya yang kamu miliki, itu sudah berada di tangan orang, dan itu bukan baru saja, tapi sudah sejak Papa mu meninggal." Kata Cindy yang membuat d**a Noval bergemuruh hebat. "Kamu tahu, apa alasan Mama kamu menolak dioperasi, itu karena tidak ingin menyusahkan kamu, dan tidak ingin terlibat hutang pada siapapun. Dia lebih memilih tiada daripada harus menyusahkan kamu." Kata Cindy lagi, yang membuat Noval langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa, karena syok. Melihat Noval yang terlihat lemah, Cindy langsung berdiri dan mendekati Noval, lalu mendaratkan b****g semoknya pada pangkuan Noval, membuat Noval terkejut. "Semua masalahmu, akan teratasi, kalau kamu bersedia menjadi milikku." Ujar Cindy yang langsung mendapat gelengan kepala cepat dari Noval. "Tante, Mama itu Kakak Tante, kenapa Tante tidak memberi pertolongan pada Mama?" tanya Noval sambil menatap Cindy dengan tatapan herannya. "Hanya Kakak, dan aku tidak punya hati untuk memberi pertolongan pada Mama kamu. Kecuali…. Cindy sengaja menjeda kalimatnya, namun tangan Cindy mulai bergerak nakal di bagian adik kecil Noval, membuat Noval berusaha menahan agar tidak tergoda oleh sentuhan atau setiap permainan Cindy. "Kecuali apa, Tante?" tanya Noval dengan jakun yang mulai bergerak naik turun. "Kecuali kamu mau menjadi milikku. Aku tidak memintamu untuk menjawab sekarang. Kamu bisa berpikir dengan matang tentang penawaran ku. Ingat, Mama kamu, adalah orang yang memberimu pelindung penuh sejak kamu bayi." Ujar Cindy yang membuat Noval langsung menepis tangan Cindy, membuat Cindy memperlihatkan senyumnya. Cindy pun dengan anggunnya berdiri, dan menjauhi Noval. "Pergilah, dan pertimbangkan penawaran ku tadi. Kamu bisa datang kesini kapanpun kamu mau, kalau kamu sudah berubah pikiran. Satu kali lagi aku peringatkan, aku tidak memberi jasa pinjaman uang." Ujar Cindy tegas, lalu pergi menaiki anak tangga setelah menyuruh Noval pulang. Noval kembali memandangi isi map yang menerangkan tentang penyakit Fina. "Kenapa Mama menyembunyikan penyakit Mama dari aku. Mama bilang, Mama cuma sakit biasa, tapi kenapa penyakit Mama separah ini." Gumam Noval dalam hati, saat melihat keterang tentang penyakit sang Mama. Meski Noval bukan anak kandung Fina, tapi, tidak dipungkiri Noval begitu sangat menyayangi Fina melebihi ibu kandungnya. Makanya Noval akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan Fina. Dengan langkah gontainya, Noval keluar dari rumah Cindy. Tanpa Noval sadari, Cindy sejak tadi memperhatikan nya. Bahkan, saat Noval terlihat frustasi, Cindy mengetahuinya. Cindy tersenyum melihat wajah frustasi Noval. "Nak, kok tumben pulang lambat?" tanya Fina setelah melihat kepulangan Noval. Dengan terpaksa Noval memperlihatkan senyum palsunya, dan mendekati Fina yang tengah duduk di kursi roda, dan didampingi oleh suster seperti biasanya. "Maaf, Mah. Tadi ada kerja kelompok. Mama nungguin aku?" tanya Noval karena setiap sarapan, makan siang, dan juga makan malam, Fina pasti akan menunggu Noval, dan maunya dilayani oleh Noval. "Iya. Mama khawatir karena tidak biasanya kamu pulang terlambat." Jawab Fina lembut, membuat Noval merasa bersalah karena tidak memberitahu Fina kalau dirinya pulang terlambat. "Maafkan Noval ya, Mah. Noval lupa tadi gak hubungi Mama." Kata Noval yang langsung disambut dengan senyum hangat dari Fina. "Yang penting kamu baik-baik saja." Kata Fina lembut. Noval pun membantu Fina untuk ke ruang makan, dan menyuruh suster untuk pulang. Yah, karena uang yang dimiliki oleh Noval pas-pasan untuk membayar gaji suster, akhirnya Noval memutuskan untuk menyewa jasa suster saat dirinya ke kampus saja, dan kalau ada dirinya di rumah, maka suster dipersilahkan untuk pulang, dan Noval sendiri yang merawat sang Mama. Setelah makan malam, seperti biasa, Noval membantu Fina minum obat, lalu mengantarnya ke kamarnya, dan baru setelah itu Noval ke kamarnya sendiri. Baru saja Noval duduk di tepi ranjang, Noval mendengar suara bernada jatuh yang berasal dari kamar Fina. Dengan terburu-buru Noval keluar dari kamarnya, dan berlari menuju ke kamar Fina. Brak "Mama!" Teriak Noval saat melihat Fina ada lantai sambil menahan sakit. Noval pun menggendong Fina dan membawanya keluar dari rumah untuk dibawa ke rumah sakit. Karena mobilnya sudah Noval jual untuk membiayai rumah sakit Fina saat Fina check up, akhirnya Noval harus berusaha mencari taxi. "Mah, bertahanlah. Aku akan berusaha membawa Mama ke rumah sakit. Ku mohon." Pinta Noval dengan wajah sedihnya, sambil terus berlari menyusuri jalan untuk membawa Fina ke rumah sakit, dan sesekali Noval menyetop taxi, namun sayang, tak ada yang mau mengantarnya. Sungguh nelangsa rasanya, saat ia butuh bantuan demi menyelamatkan nyawa, tapi tidak ada satupun yang bisa membantu dirinya. Noval semakin panik dan berteriak memanggil taxi yang berlalu-lalang, saat melihat Fina sudah tidak sadarkan diri. Noval pun menambah kecepatan langkahnya untuk berjalan ke rumah sakit. Keringat mulai membasahi seluruh wajah dan bahkan kemeja Noval terlihat basah karena keringatnya. Noval menghentikan langkahnya saat ada sebuah mobil mewah berhenti di dekatnya. Nafas Noval tidak beraturan. Jangan ditanya kenapa nafas Noval ngos-ngosan seperti orang yang baru saja ikut lomba lari maraton, tentu saja lari atau tenaga yang digunakan Noval kali ini melebihi tenaga yang akan digunakan untuk berlomba. Noval mulai mengamati pintu mobil yang ada di samping kemudi yang mulai terbuka. Degh "Disaat aku butuh bantuan yang begitu sangat aku butuhkan, kenapa harus Tante Cindy yang datang." Gumam Noval dalam hati, saat melihat ternyata pemilik mobil mewah itu adalah Tante Cindy. "Butuh bantuan?" tanya Cindy dengan nada santainya. "Tante, tolong. Tolong bantu aku membawa Mama ke rumah sakit." Pinta Noval dengan penuh kesedihan. "Boleh saja. Tapi tidak gratis," kata Cindy "Tante, Mama ini Kakak Tante. Tidak bisakah Tante sedikit saja punya hati nurani untuk menolong Mama?" tanya Noval dengan nada tingginya, membuat Cindy dengan santainya menganggukkan kepalanya, dan memperlihatkan wajah santainya. "Maafkan aku yang tidak punya hati nurani ini. Aku izin undur diri dulu." Kata Cindy dengan nada meremehkan, lalu mulai membalikkan badannya untuk kembali masuk ke dalam mobilnya, membuat Noval panik, takut tidak ada yang menolongnya setelah Cindy pergi. "Tante, tunggu!" teriak Noval hingga membuat langkah Cindy langsung terhenti, dan detik itu juga Cindy memperlihatkan senyum misteriusnya. "Kamu menerima tawaranku?" tanya Cindy sebelum mendekati Noval dan membantu Fina dibawa ke rumah sakit, karena Cindy benar-benar tidak akan menolong Fina kalau Noval tidak bersedia menerima tawaran darinya. Mendengar pertanyaan Cindy, Noval kambali termenung. "Tante, aku…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD