Vartan baru saja turun dari kokpit setelah penerbangan panjang. Tubuhnya masih terasa berat, pelipisnya dipenuhi keringat yang belum sempat ia seka. Udara bandara begitu padat, orang-orang lalu lalang, namun pikirannya masih tertinggal di ujung telepon barusan. Suara ibunya terus bergema di telinganya. “Nanti malam ajak teman-teman dekat kamu ke rumah kita untuk makan malam.” Langkahnya terasa goyah saat melewati lorong bandara. Pikiran kosong, jantung berdegup tanpa irama. Ia bahkan tidak sempat mencerna dengan baik maksud ibunya. Mengundang teman-teman dekat? Apa itu berarti seluruh kru—pilot, co-pilot, atau bahkan pramugari? Jika iya, bukankah itu akan mengajak Neva serta? Bagaimana nanti pertemuannya dengan orang tuanya? Hanya membayangkannya saja membuat perutnya mual. Dia berhenti