bc

Fault Love

book_age18+
102.8K
FOLLOW
1.1M
READ
love-triangle
sex
one-night stand
pregnant
arrogant
badboy
goodgirl
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

*klik love & daftar penggemar untuk mendukung dan menambahkan cerita ini ke reading list kamu*

Adrian Julian Pratama tidak menyangka bahwa dirinya bisa jatuh telak dalam pesona seorang gadis berumur dua puluh tahun yang tinggal di rumahnya.

Di umur dua puluh tahun, Arletta memiliki tubuh yang molek bak gitar spanyol. Tujuannya datang ke rumah Adrian agar bisa akrab dan menemani anak lelaki itu, bernama Nicholas yang usianya sama dengan Arletta.

Tapi, Arletta malah menjadi kekasih Adrian disaat Nicholas juga menaruh hati dan tubuh molek serta kecantikan Arletta selalu menganggu pikiran Adrian.

chap-preview
Free preview
1. Bayangan Nikmat
*Blurb*  Kejantanan Adrian serasa berkedut dan makin menegang ketika gadis yang bersimpuh dihadapannya tanpa busana sama sekali itu memegang kejantanannya dengan tangan kanannya yang lembut. Kemudian bibir menggoda yang sering ia serang itu mengecup ujung kejantanannya. Jakun Adrian bergerak naik turun menelan salivanya. Jantungnya berdegup kencang ketika gadis itu membuka mulutnya, memasukkan kejantanan Adrian ke mulut gadis itu. “Arletta,” napas Adrian tersenggal. Ini terasa menyiksa! Mata Arletta terbuka, menampakkan iris mata cokelatnya yang menatap Adrian ketika gadis itu sedang mengulum kejantanannya secara naik-turun. Mengulumnya seperti memakan ice cream. Menarik lembut kejantanan Adrian dalam hisapannya. Tangan Arletta mengocok kejantanan Adrian sambil meremas-remas lembut buah zakarnya. Adrian menyentekkan kepalanya kebelakang, dia menyangdarkan kepalanya pada sofa dan matanya terpejam menikmati kuluman Arletta—gadis itu mulai handal mengoral-nya. Arletta memejamkan matanya lagi, tak menyangka dirinya bisa membuat Adrian yang perkasa ini takhluk hanya karena kulumannya pada kejantanan Adrian ini. Arletta tak menyangka jika ia juga memasukkan penis pria yang panjang dan besar ini ke mulutnya yang kecil. Nyatanya Arletta mampu mengulum kejantanan yang mengeras itu. Menimbulkan gelanyar aneh dalam diri Arletta. Payudaranya menegang, putingnya juga mengeras ketika tangannya mengocok lembut kejantanan Adrian yang mulai ia rasakan gurat-gurat tipis ototnya. Kewanitaan Arletta mulai berkedut dan merasa basah ketika telapak tangan Adrian meremas payudara kanannya. Arletta memejamkan matanya, mengerang dalam kuluman penis Adrian. Kemudian dia menjilati seluruh batang kejantanan itu. Naik dan turun, memutar, hingga Arletta menggerakan lidahnya ke kanan dan kiri di buah zakar Adrian. “Oh God, Arletta,” Adrian menggeram rendah lagi, tak menyangka Arletta bisa membuatnya benar-benar setegang ini. Arletta menarik buah zakar Adrian pada kulumannya. Buah zakar yang terasa kenyal itu entah kenapa terasa menarik ketika Arletta mendiamkannya di dalam mulut, menghisap-hisapnya dan mengelus dengan lidahnya yang bergerak kesana kemari. Adrian sudah mendesah, mengerang dan mendesis berkali-kali. Kini Arletta mengecup-ngecup ujung kejantanannya, menjilatinya dengan gerakan memutar, lalu mengulumnya secara terus menerus. Tubuh Adrian sudah mengejang hendak meledakkan cairan kenikmatan itu di dalam mulut Arletta. Pasti akan terasa nikmat, dan bayangan muka Arletta yang terkena cairan spermanya akan terlihat makin seksi bagi Adrian. Tapi tidak, belum saatnya untuk Arletta yang baru pertama kali berani mengoral Adrian. Adrian mendorong bahu Arletta pelan, sebagai tanda ingin blow job-nya disudahi. Arletta mengulum bibirnya, masih diam ketika Adrian memegang pinggang rampingnya dan memutar tubuhnya hingga kini memunggungi Adrian. Kemudian tanpa kata-kata Adrian menarik perut rata Arletta, menyuruh Arletta duduk di pangkuannya. “Aaahhh,” mulut Arletta terbuka mengeluarkan desahannya ketika kejantanan keras Adrian menusuk bibir kewanitaannya yang basah. Arletta menurunkan tubuhnya, membiarkan kejantanan itu melesakkan masuk secara sempurna ke kewanitaannya yang kini terasa penuh. “Eumh,” Arletta memejamkan matanya. Menggumam nikmat sambil memaju-mundurkan pinggangnya, membiarkan kejantan Adrian serasa ditekan dan keluar masuk menghujam kewanitaannya. Adrian mendesis nikmat, membiarkan Arletta memimpin percintaan mereka berdua. Gerak tubuh Arletta makin cepat. Arletta sesekali memutar pinggangnya, lalu bergerak maju-mundur membiarkan kejantanan Adrian terus menghujam liang kenikmatan Arletta untuk mengejar pelepasan yang begitu nikmat. Umur Arletta yang terpaut tujuh belas tahun lebih muda dari  Adrian membuat semangat gadis muda ini terlihat sekali untuk memimpin percintaan mereka. Percintaan mereka makin dekat dengan puncaknya, Arletta makin cepat menggerakan tubuhnya, membuat kejantanan Adrian makin terasa besar di kewanitaannya dan makin membuat kewanitaan Arletta menjepit milik Adrian. “Ouhh, daddy,” Arletta menyentakkan kepalanya kebelakang.             “Yes, baby!” Adrian menusukan keras kejantanannya di kewanitaan Arletta, membuat gadis itu berteriak kencang karena pelepasannya juga datang. Adrian memeluk erat tubuh molek Arletta, tangannya meremas kencang dua payudara Arletta ketika tubuh keduanya bergetar dan saling menyemburkan cairan kenikmatan mereka yang melebur menjadi satu. [[]] Adrian menatap seorang gadis berusia dua puluh tahun yang duduk di sofa ruang keluarganya. Sedangkan kini Adrian berada di balik konter dapur bersama istrinya yang bernama Vivi. “Aku harap kamu bisa menerima Arletta di rumah ini, dad. Kasihan dia, begitu mamanya meninggal, dia sudah tidak punya keluarga lagi.” Vivi lalu menyerahkan segelas chamomile tea untuk Adrian yang masih hanya diam duduk dihadapannya. “Kamu kan tahu, aku suka risih kalau ada orang lain tinggal di rumah ini selain keluarga kita.” “Adrian, Arletta adalah anak Diana, sahabatku. Suaminya juga sudah meninggal sejak Arletta kecil. Diana dan suaminya itu anak tunggal, orangtua mereka juga sudah meninggal. Jadi Arletta sudah tidak punya siapapun lagi sama sekali di Batam.” Jelas Vivi. “Diana sudah meninggalkan banyak uang untuk biaya Pendidikan dan keperluan Arletta, aku nggak mungkin membiarkan dia sendirian di Batam.” Lagi, Adrian hanya menghela napas. “Daddy,” Vivi berusaha membujuk lembut. “Lagipula Arletta katanya mau bantu-bantu ngerawat rumah. Bi Atik kan udah tua banget, cuma bisa beres-beres sampai jam empat kemudian pulang.” “Ya kan masih ada Bi Atik, ma.” Vivi memejamkan mata sejenak. “Terus kamu mau aku biarin Arletta nge-kos sendirian di kota besar seperti ini?” Adrian hendak membuka mulutnya untuk menjawab ucapan Vivi yang nadanya mulai tidak enak. Tapi dia langsung mendengar suara sinis Nicholas—putranya yang berusia dua puluh tahun. “Siapa lo?” “Nicholas,” Vivi langsung keluar dari dapur dan menghampiri Nicholas. Disusul oleh Adrian. Vivi lalu memeluk hangat bahu Arletta yang hanya tersenyum sopan menatap Nicholas dan Adrian bergantian. “Dia Arletta, anaknya tante Diana. Dulu waktu kamu kecil, kita pernah liburan ke Batam dan kamu main sama Arletta terus.” “Nggak ingat.” Jawab Nicholas singkat, masih sinis. “Tahun ini kamu harus kuliah, Nicholas.” Ucap Adrian dengan tegas. “Berhenti main-main. Dad sudah mendaftarkan kamu kuliah.” “Nanti Arletta juga kuliah bareng kamu. Satu fakultas di Ilmu Komunikasi.” Vivi menambahi. Nicholas menatap kesal ke kedua orangtuanya. “Kok nggak bicarain dulu sih sama aku?!” Arletta tersentak ketika mendengar bentakan Nicholas pada kedua orangtuanya, tidak menyangka ada anak sekurang ajar ini. “Percuma ngomong sama kamu!” Adrian balas membentak. “Pokoknya kamu harus kuliah.” “Ah, tai lah!” Nicholas mengumpat kesal, dia langsung naik ke kamarnya. Arletta tertegun, mengerjap kaget dengan ulah Nicholas yang tak punya sopan santun sama sekali. Dia melihat Adrian, lelaki itu tampan walaupun sudah mempunyai anak seusia Nicholas yang seumur dengannya. Adrian masih terlihat muda, bugar, bertubuh atletis, rapi dan wangi. Sedangkan Vivi juga cantik, ada garis-garis halus di sekitar wajahnya. Arletta tahu bahwa Vivi itu tiga tahun lebih tua dari Adrian. “Nicholas memang begitu.” Ujar Vivi menyadarkan keterkejutan Arletta. “Semoga kamu bisa sabar dan memahami Nicholas ya. Tante terlalu sibuk kerja di luar kota sampai Nicholas sering berontak seperti ini. Dia hanya sering dirumah sama Om Adrian.” Adrian ikut menoleh, menatap Arletta yang balas menatapnya. Hal itu membuat Adrian tertegun sejenak. Arletta tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu cantik. Adrian ingat ketika dia dan keluarganya berlibur di Batam mengunjungi dan liburan bersama kedua orangtua Arletta. Arletta seumuran dengan Nicholas, rambutnya sejak kecil memang panjang, tapi kulit gadis itu gelap karena sering terkena sinar matahari—sangat hobi bermain di pantai karena rumah gadis itu di pesisir pantai. Arletta kecil adalah gadis yang aktif, suka berteriak-teriak dan mengajak Nicholas bermain bola di pantai, mencari kerang, sampai membantu nelayan menarik jaring ketika sore hari. Kini Arletta dihadapannya berwajah bersih, memiliki wajah yang lugu, bibir gadis itu sedikit tebal dan berwarna merah muda alami. Kulit Arletta putih, dan pandangan Adrian turun pada dua buah dada Arletta yang tampak jelas dibalik kaus putihnya. Buah dada yang terlihat montok dan kencang itu. Membuat Adrian diam-diam menelan salivanya. Tubuh Arletta tak begitu tinggi, pinggangnya ramping dengan perut rata. Membuat tubuh Arletta terlihat molek dan menggiurkan. Bagaimana bisa Arletta tumbuh menjadi semenarik ini? Gumam Adrian dalam hati. “Arletta, ini Om Adrian. Masih ingat kan sama Om Adrian,” kata Vivi. Arletta mengangguk, mengulurkan tangannya pada Adrian. “Arletta boleh kan Om, tinggal disini?” Adrian berpikir sejenak, menatap wajah Arletta sejenak dan akhirnya balas menggenggam telapak tangan yang kulitnya terasa begitu lembut ketika di sentuh. “Boleh.” Dengan senang hati, Arletta. Lanjut Adrian dalam hati, semoga ia tidak selalu berfantasi liar tentang Arletta ketika Vivi meninggalkan rumah untuk melanjutkan proyek di Kalimantan. *** Beberapa bulan kemudian… Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam ketika Adrian baru saja selesai mandi sepulang bekerja. Kini dia menuruni tangga rumahnya, hanya mengenakan celana tidur abu-abu tanpa atasan sama sekali, membuat tubuh atletisnya terbuka begitu saja. Malam ini sungguh panas dan Adrian merasa kegerahan. Rumahnya yang besar terasa sepi karena Vivi sudah kembali ke Kalimantan Barat untuk proyek pembangunan salah satu jembatan penyebrangan fery. Pekerjaannya yang sebagai Surveyor dan pelaksana suatu perusahaan membuatnya sering keluar kota atau bahkan keluar pulau selama berbulan-bulan dan untuk proyek beberapa tahun. Sedangkan Adrian adalah seorang arsitek sukses dan terkenal yang sudah mempunyai kantor arsitek di Jakarta dan Bali. Ia hanya bertemu Vivi disaat lebaran atau akhir tahun dan jarang bertemu Nicholas juga. Makannya hubungan keluarga mereka lebih seperti hanya formalitas saja. Ketika turun ke dapur mengambil dan menuangkan jus jeruk kedalam gelasnya, Adrian mendengar suara ribut-ribut di kolam renang. Setelah meneguk segelas jus jeruknya, sambil membawa jus itu, Adrian melangkah ke kolam renang dan melihat Arletta berteriak ketika Nicholas selalu menampar pantat sintal itu tanpa sungkan karena kini Arletta hanya mengenakan bikini yang begitu seksi setelah berenang di malam hari. “Nicholas, ihh!” Arletta mendorong Nicholas protes, tapi lelaki itu tertawa renyah tanpa merasa bersalah. “Nicho!” Sentak Adrian. “Ups,” Nicholas berhenti sambil menahan tawanya, melirik Arletta yang juga terkejut. “Apa-apaan kamu ini?” Nicholas tertawa lagi, lalu menatap Arletta. “Habisnya dia berenang pakai bikini seksi disini sih, mana rumah isinya cowok-cowok semua lagi. Habis lo sama kita-kita!” “Jaga bicaramu, Nicholas.” Tegas Adrian. Nicholas terbahak, lalu melenggang pergi sambil sempat menepuk dada bidang ayahnya yang terpaut usia hanya tujuh belas tahun dengannya ini, terlihat muda sekali seperti teman. “Awas khilaf, dad.” Goda Nicholas seraya tertawa renyah. “Astaga, Nicho!” Kalau tidak ada Arletta, Adrian pasti sudah menendang anak kurang ajarnya itu. Tapi kini dia kembali menatap Arletta. Rambut panjang gadis dan tubuh gadis itu panjang setelah berenang, membuat bikini berwarna hitamnya makin menempel menekan tubuh moleknya. Buah dada Arletta terlihat makin membusung dengan bikini yang kecil dan erat di dadanya, celana bikini yang kecil itu memperlihatkan bentuk miss v nya dengan jelas serta bongkahan pantat itu menggoda Adrian itu meremasnya. Nicholas benar, dia bisa khilaf.             Adrian lalu berdeham untuk mengusir pikiran joroknya akan Arletta. “Kamu ngapain berenang malam-malam.” Pipi Arletta bersemu merah, antara malu ketahuan berenang malam-malam dan juga malu karena Adrian menatapnya yang hanya mengenakan bikini dengan intens. Apalagi lelaki dihadapannya ini sedang shirtless. “Mau berenang aja, Om. Abis gerah.” Arletta lalu menatap tubuh Atletis Adrian, diam-diam menelan ludah. “Om Adrian aja nggak pakai baju, kegerahan ya?” Adrian hanya mengangguk, menjaga jarak dengan Arletta. “Udah malam, lebih baik kamu mandi dan tidur. Besok kuliah.” “Iya, Om.” Adrian membalikkan badan. Entah kenapa memikirkan Arletta yang melepas bikininya yang basah dibawah guyuran shower, kemudian mengusap sendiri tubuh sintalnya. Oh sial, bagian bawah Adrian terasa kencang seketika! “Om Adrian!” Adrian tersentak, langsung menghadap kebelakang melihat Arletta yang sudah mencepol rambutnya keatas, menampakan leher jenjang itu yang entah kenapa ingin Adrian kecup dan hisap dengan keras hingga meninggalkan bekas kemerahan disana. Arletta tersenyum tipis, “om juga cepet istirahat ya. Selamat tidur.” Adrian menggeram di dalam hati. Arletta sialan! Gadis kecil sialan! Mana bisa Adrian tidur setelah mendapatkan senyuman tipis dan ucapan selamat tidur dari bibir manisnya. Sampai di kamarpun Adrian tidak menduga dirinya bisa berbaring di kasur sambil memegang kejantanannya sendiri yang mengacung tegak, mengeras ketika membayangkan Arletta. Adrian tak menyangka dirinya seperti remaja yang harus tersiksa seperti ini. Menaik turunkan tangannya sendiri di kejantanannya yang menegang, mengocoknya dengan cepat dan mulutnya terbuka untuk mengerang dan mendesah karena kocokannya sendiri. “Fuck you, Arletta!” Adrian membayangkan diri menghujam kejantanannya ini pada kewanitaan Arletta yang dipandanginya tadi. Adrian mendesah, membayangkan kejantanannya ini berkedut ketika menggesek dinding rahim Arletta dan dijepit oleh kelembapan kewanitaannya. “Arletta!” Tubuh Adrian mengejang, cairan sperma itu meledak seketika. Keluar dengan hangat dan sia-sia. Adrian masih mengocok kejantanannya, mengurut dan membiarkan cairan itu terus keluar. Bayangan akan desahan suara Arletta ketika ia setubuhi berputar di kepalanya. Tentang buah dada Arletta yang ingin diremasnya, tentang kewanitaan Arletta yang ingin ia koyak dan ia obrak-abrik serta pantat yang ingin ia remas dengan kuat bahkan menamparnya. Perlahan-lahan kejantanan Adrian melemas, menyisakkan peluh dan degup kencang di dadanya serta tangan Adrian yang pegal. Adrian mengarahkan pandangannya kebawah, menatap kejantanannya yang penuh dengan cairan putihnya sendiri. “Sialan,” lelaki matang seperti dirinya bisa melakukan masturbasi hanya karena seorang gadis berumur dua puluh tahun. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

SEXRETARY

read
2.1M
bc

LARA CINTAKU

read
1.5M
bc

I Love You Dad

read
282.8K
bc

Rewind Our Time

read
161.2K
bc

Pengganti

read
301.7K
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
924.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook