Bima duduk di samping Eve di sofa, keduanya terdiam, tapi bukan dalam kekakuan. Diam-diam, Bima mencuri pandang, memperhatikan Eve yang tampak kelelahan namun tetap memancarkan pesona yang tak bisa ia abaikan. Perasaannya campur aduk; ingin melindungi, ingin memberikan kenyamanan, namun juga terjebak dalam rasa yang selama ini ia pendam. “Terima kasih, Bima untuk semuanya,” ujar Eve akhirnya, memecah keheningan. “Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana tanpa bantuanmu tadi.” Bima tersenyum tipis, berusaha menahan debaran hatinya. “Eve, jangan terlalu keras pada diri sendiri. Kamu berhak merasa aman, dan berhak untuk tidak selalu kuat.” Eve menatapnya, matanya berkilau, penuh rasa syukur dan kehangatan. “Kamu selalu tahu apa yang harus dikatakan.” Bima terkekeh kecil, mengalihkan pan