Sore itu, langit tampak mendung. Hujan rintik-rintik mulai turun, menetes pelan di kaca jendela ruang dokter. Cindera duduk di depan meja kerjanya, menatap berkas-berkas pasien tanpa benar-benar fokus. Matanya sayu, wajahnya pucat — kelelahan yang bukan hanya fisik, tapi juga dari dalam hati. Ponselnya bergetar pelan di meja. Ia menunduk, melihat sebuah pesan baru masuk dari Kinanti — sepupunya. Dengan ragu, ia membuka pesan itu. 📩 “Halo, Cindera… kami mau kasih kabar bahagia. Jangan lupa datang, ya!” Terlampir satu foto: undangan pernikahan Kinanti & Banyu Biru Nugraha. Seketika, dunia seolah berhenti. Nafas Cindera tercekat, jari-jarinya gemetar saat memegang ponsel itu. Nama yang dulu begitu ia jaga, yang dulu ingin ia sebut di depan penghulu… kini tertulis di sebelah nama sepupu

