Chasing Memory 5b

1237 Words
>>> "Aaron …," bisik Zea terharu. Perlahan ada genangan air yang membayang di sudut mata gadis itu. Tidak pernah Zea membayangkan akan mengalami saat romantis semacam ini. Sejak kecil, ia tidak pernah disuguhi momen manis antara ayah dan ibunya. Kedua orang tuanya terlalu sibuk. Pertemuan-pertemuan mereka berlangsung dingin dan singkat. Tanpa kehangatan, tanpa kesan. Jadi Zea tumbuh besar tanpa pernah memimpikan momen-momen romantis akan terjadi dalam hidupnya. "Zea Muller, aku ingin menikah denganmu,” ujar Aaron sungguh-sungguh. “Mengikat janji sehidup semati denganmu di kapel itu." Zea membeku mendengar pernyataan penuh kesungguhan yang terlontar dari bibir Aaron.  "Apa kau menyukai ide itu?" tanya Aaron tegang. Entah mengapa kini jantungnya berdebar tidak karuan. "Aaron, kau gila …," bisik Zea masih tidak percaya. Dalam hatinya Aaron pun mengakui bahwa tindakannya ini mungkin gila. Aaron tidak pernah menyangka akan memiliki keinginan untuk menikah dengan seorang wanita, dan melamarnya saat ia sendiri baru berusia 26 tahun. Aaron yang bahkan tidak pernah memiliki bayangan tentang sebuah rumah tangga, berani-beraninya mengajak seorang gadis menikah. Ini memang terasa gila. "Apa arti sikapmu ini, Zea?” tanya Aaron tidak sabar. “Apa kau menerimaku atau menolakku?” Pertanyaan Aaron membuat Zea mengulum senyum. “Sikapmu tidak jelas, Zea Muller!" tuntut Aaron dengan perasaan bercampur aduk. "Dasar bodoh!” Zea menubruk Aaron dan melingkarkan lengannya di leher pria itu. “Mana mungkin aku menolakmu." Jawaban Zea langsung membuat Aaron ingin meledak dalam kebahagiaan. Momen bahagia yang seharusnya mengantarkan mereka pada hari-hari bahagia di masa mendatang, nyatanya tidak berjalan seperti bayangan mereka. Kenangan indah Aaron perlahan buyar ketika suara gaduh terdengar dari halaman kapel. Rupanya acara pemberkatan telah selesai dan kini sepasang pengantin beserta para tamunya berkerumun di luar kapel untuk berfoto. Hati Aaron teriris melihatnya. Seharusnya, dulu ia pun mengalami momen ini. Tapi nyatanya itu tidak pernah kesampaian. Pandangan Aaron tiba-tiba terpaku pada sosok seorang perempuan yang berdiri sedikit jauh dari kerumunan. Perlahan perempuan itu berbalik lalu berjalan ke arah jembatan. Ketika jarak antara perempuan itu dengan dirinya semakin dekat, seketika jantung Aaron berpacu sangat cepat.  Segalanya memudar dalam kepala Aaron. Waktu seolah berhenti berjalan, dunia di sekelilingnya seolah menghilang, dan pandangan Aaron terkunci pada satu arah. Perempuan itu.  Ketika perempuan itu semakin mendekat, ada dorongan teramat kuat yang Aaron rasakan untuk meraihnya, namun sayang tubuhnya justru membeku. Kerja otaknya tidak bisa selaras dengan kerja tubuhnya. Bahkan untuk bersuara dan menyapa saja Aaron tidak mampu. Sampai akhirnya perempuan itu berjalan melewatinya, barulah Aaron bisa menggerakan tubuhnya kembali.  “Zea …,” bisik Aaron. Kesadarannya seolah kembali dan Aaron akhirnya mampu membalikkan tubuh untuk mengejar perempuan itu.  “Zea!” panggil Aaron dengan suara lebih keras, namun perempuan itu sama sekali tidak menoleh ke  belakang, berhenti saja tidak. “ZEA!” Kini Aaron berlari mengejar perempuan itu. Ketika ia hampir berhasil mengejarnya, Aaron melihat seorang lelaki membukakan pintu mobil untuk perempuan itu. Aaron tidak sempat mengejarnya karena mobil itu langsung melaju. Pikiran Aaron begitu kacau hingga ia tidak mampu memutuskan hal yang harus dilakukan. Dalam kekalutannya, Aaron mendengar sebuah mobil mendekat dan membunyikan klakson. “Masuk!” perintah Javier dari dalam mobil. Aaron tidak sempat lagi berpikir bagaimana caranya Javier bisa ada di sini, ia hanya mengikuti perasaannya untuk melompat masuk ke dalam mobil Javier dan percaya jika sahabatnya itu tahu apa yang telah terjadi. “Kau tahu mobil mana yang harus diikuti?” tanya Aaron dengan napas memburu. “Percayakan padaku,” sahut Javier tenang dengan mata tetap fokus menatap jalanan. “Kau melihatnya juga?” “Ya. Kami melihatnya.” “Kami?” Aaron bertanya bingung. Javier menunjuk spion dengan dagunya. “Lihatlah ke belakang!” Aaron menoleh cepat ke belakang dan seketika keningnya berkerut bingung. “Mobil Eldo?” Javier mengangguk kecil. “Dan mobilmu juga.” "Rocky yang membawa mobilku?" tebak Aaron. "Hm. Dia datang bersamaku tadi." "Memangnya dia masih menyimpan kunci cadangan mobilku?" tanya Aaron heran. "Sepertinya begitu. Mobilku dan mobil Eldo juga. Bahkan rumah kita juga." Sejak lama, Rocky memang bertugas menjadi pengelola aset kekayaan Region Selatan. Mengurusi bisnis legal milik Eldo, sekaligus menginventaris harta benda milik para petinggi Region Selatan. Berkat ketelitiannya mengelola semua itu, ia juga didaulat oleh Eldo, Javier, dan Aaron untuk mengelola aset pribadi mereka. Oleh karena itu, Rocky memiliki akses bebas terhadap seluruh harta benda milik ketiga sahabatnya. "Kukira ia sudah membuang semuanya," ujar Aaron. Setelah Region Utara jatuh ke tangan Region Selatan, lalu berdirilah Dinasti Zhang, semua peraturan berubah total. Termasuk Rocky yang dibebastugaskan dari pekerjaan sebelumnya. "Ternyata belum. Dan dalam situasi seperti ini terbukti cukup berguna," jawab Javier. Percakapan dengan Javier cukup membantu Aaron menenangkan diri dari kekalutannya tadi. Setelah dirinya cukup tenang, rasa penasaran mulai muncul dalam dirinya. “Tapi sebenarnya, apa yang kalian lakukan di sini?”  Javier mengangkat bahunya perlahan kemudian tersenyum sendu. “Setiap tahun, di tanggal ini, kami selalu menemanimu dari jauh.” “Jadi kalian juga melihatnya?”  “Ya.” Javier mengangguk mantap. >>> “Lihat di sana!” seru Rocky terkejut. “Apa?” tanya Eldo sebal. Seruan Rocky yang cukup kencang jelas membuat yang lain terkejut, karena sejak tadi tidak ada satu orang pun yang berbicara. “Lihat perempuan yang sedang berjalan ke arah Aaron!” seru Rocky lagi. Ia memang belum pernah bertemu langsung dengan gadis itu, namun Rocky tahu sosoknya. Javier ikut terkejut. “Gadis itu …."  “Apa kita salah lihat?” tanya Rocky tidak yakin. “Dia hanya melewatinya,” ujar Javier sama bingungnya. Perempuan yang tengah mereka amati terlihat berjalan lurus tanpa menoleh ke arah Aaron sama sekali. “Kenapa Aaron diam saja?!” seru Rocky kesal ketika perempuan itu telah melewati Aaron, dan pria itu diam saja. “Gadis itu pergi,” ujar Javier. “Dia naik ke mobil!” seru Rocky panik. “Cepat ke mobil!" perintah Eldo sigap. "Jav, bawa Aaron bersamamu dan kejar mobil itu. Rocky, kau urus mobil Aaron. Dia tidak akan sempat mengambilnya dulu." ***--- to be continue --- --- --- ---Aku mau tau pendapat kalian dong. Sejauh ini, menarik nggak kisahnya Aaron? Ditunggu komennya ya.--- --- ---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD