Chasing Memory 5a

1025 Words
Aaron berdiri diam di atas jembatan kayu tempat ia melamar Zea empat tahun yang lalu. Ia melamar gadis itu tepat di hari ulang tahun Zea yang ke 23. Lalu setahun setelahnya, tepat di hari ulang tahun yang ke 24, seharusnya mereka melangsungkan pernikahan di kapel dekat jembatan ini. Jika Aaron boleh memilih, ia akan berdiri diam sambil memutar ingatan tentang hari pernikahannya bersama Zea. Namun sayang, momen itu tidak pernah ada. Ingatan tentang pernikahannya hanya berasal dari potongan mimpi buruk yang muncul dari keputusasaannya.  Sementara Eldo, Scarlet, Javier, dan Rocky hanya berdiri diam di tempat yang berbeda, memandangi Aaron dari kejauhan. "Sedang apa dia di sana?" tanya Scarlet bingung. Ini pertama kalinya Scarlet melihat Aaron begitu pendiam dan serius.  "Mengenang gadisnya yang hilang," jawab Eldo. "Gadisnya?" Scarlet bertambah heran. Sebenarnya apa saja yang telah dilewatkannya selama tiga tahun terakhir? Eldo mengangguk pelan. "Hari ini seharusnya menjadi hari ulang tahun pernikahan mereka yang ketiga." "Aaron sudah menikah?" Wajar jika Scarlet tidak tahu apa-apa, karena ia baru kembali menjadi bagian hidup Eldo setelah terpisah selama lebih dari tiga tahun. Ia seolah mati dan hidup kembali, lalu kini menjalani kehidupan yang berbeda. Semua serba berubah jika dibandingkan dengan apa yang dulu ia tahu. Dulu, saat masih menjalani kehidupannya yang lama, Aaron yang ia kenal tidak seperti sekarang. Kini pria itu banyak berubah. Belum lagi, dulu ia tidak pernah tahu jika Aaron memiliki seorang kekasih, sekarang tiba-tiba saja ia mendengar jika Aaron batal menikah. "Seharusnya. Tapi sayang calon pengantinnya menghilang." "Di mana gadis itu sekarang?" tanya Scarlet penasaran.  Eldo menggeleng sedih. "Tidak ada yang tahu keberadaannya, gadis itu seolah lenyap tanpa bekas." Seketika Scarlet merinding. "Apakah gadis itu …, meninggal?" "Entah. Tapi Aaron tetap yakin gadisnya masih hidup." "Apa setiap tahun Aaron akan ke sini?" Scarlet seolah dapat merasakan kesedihan yang Aaron tanggung saat ini. "Hm. Dan kami selalu mengawasinya dari jauh." Aaron tidak pernah tahu jika ketiga sahabatnya selalu menemani dan mengawasi di hari spesial sekaligus menyakitkan baginya.  Satu hal yang Aaron tahu, Eldo dan Javier akan berbaik hati menemaninya mabuk setelah ia kembali dari kapel. Mabuk panjang selama dua malam, nonstop. Itulah yang terjadi selama dua tahun berturut-turut. Namun tahun ini mungkin akan berbeda. Aaron yakin Rocky akan ikut menemaninya, karena pria itu sudah terbebas dari tugas mengawal Scarlet. Suasana tenang yang biasa Aaron nikmati selama dua tahun sebelumnya, kali ini sedikit terganggu dengan kehadiran banyak orang di kapel cantik tempat ia seharusnya melangsungkan pemberkatan bersama Zea Muller.  Dari jembatan tempatnya berdiri, Aaron memandang ke arah kapel itu. Beberapa mobil dan serombongan orang berkumpul di sana. Rupanya ada sepasang pengantin yang akan menikah hari ini. Namun Aaron tidak peduli, ia bisa menulikan telinga, membutakan mata, dan memasuki dunianya sendiri. Memutar ingatan tentang saat ia melamar Zea. >>> "Kita sudah sampai," bisik Aaron di telinga Zea lalu memegang bahu gadis itu, mengarahkannya hingga berdiri tepat di tengah jembatan. "Berdirilah di sini." Perlahan Aaron menarik lembut ikatan kain yang sejak tadi sengaja ia pasang untuk menutupi mata gadisnya. Sejak dalam perjalanan tadi, Aaron sudah memasang penutup di mata Zea agar gadis itu tidak tahu ke mana mereka akan pergi. Aaron berniat memberikan kejutan istimewa di hari ulang tahun Zea yang ke 23 tahun. Zea mengerjapkan matanya perlahan. Gadis itu butuh waktu beberapa saat untuk menyesuaikan matanya yang sejak tadi tertutup agar kembali terbiasa dengan cahaya. "Tempat apa ini?" Aaron yang masih berdiri di belakang Zea, memegang bahu gadis itu dan mengarahkannya untuk mengamati sekeliling. "Coba perhatikan, apa kau tidak menyukai tempat ini?" "Aku suka," bisik Zea takjub. Ia tidak tahu di mana lokasi mereka berada saat ini, tapi Zea langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Kaki bukit yang tenang dengan pemandangan cantik adalah hal yang selalu Zea impikan sejak lama. Sejak kecil, dunia yang biasa Zea lihat adalah tempat penuh keramaian dan kehidupan yang gemerlap. Hingga untuk merasakan kesederhanaan justru menjadi hal mewah bagi Zea. Aaron melingkarkan tangannya di sekeliling tubuh Zea dan memeluk gadis itu dari belakang. Menikmati ketenangan seperti ini bersama gadisnya sungguh membuat Aaron lupa akan dunianya yang hitam. Perlahan ia meletakkan dagunya di pundak Zea kemudian berbisik, "apa kau tidak merasa tempat ini indah?"  "Indah," bisik Zea. Pandangannya benar-benar terlihat penuh kekaguman, seolah Zea tersihir oleh tempat ini. "Ayolah, Zea!” ujar Aaron gemas. Ia membalik tubuh Zea agar dapat melihat wajah gadis itu. “Jangan hanya mengulangi ucapanku. Aku ingin tahu pendapatmu tentang tempat ini." "Tempat ini indah dan aku menyukainya, Aaron. Tapi aku tidak mengerti untuk apa kau membawaku ke sini? Kau bilang ada sesuatu yang spesial." "Memang." Aaron mengedip penuh arti. "Apa?" "Lihatlah ke sana!" Aaron menunjuk ke ujung jembatan. Ke arah lapangan luas yang dipenuhi bunga daisy, dengan sebuah bangunan kecil berwarna putih yang nampak cantik di tengahnya. "Kapel itu?" "Hm." Aaron mengangguk kecil. "Bagaimana menurutmu?" "Cantik," gumam Zea dengan mata berbinar. "Bagaimana jika kuberikan sesuatu yang hebat untuk bahan ulasanmu di kapel itu?” pancing Aaron. "Maksudmu?" tanya Zea bingung. "Sebuah ulasan yang belum pernah ada sebelumnya," sahut Aaron berlagak misterius. "Ulasan seperti apa itu?" tanya Zea tidak sabar. "Kau …, dirimu …,” ujar Aaron sambil membelai lembut wajah Zea. “Dalam balutan gaun pengantin …, berdiri di depan pintu sebuah kapel yang cantik." "Aaron …." Mata Zea melebar tidak percaya. Jantungnya seketika berdegup kencang.  Aaron merangkum pipi Zea sebelum kembali melanjutkan bicaranya. "Sekarang, coba perhatikan tempat kita berdiri." "Hm?" Zea menatap Aaron dengan tatapan penuh tanya. "Jembatannya?" tanya Aaron. Zea mengamati jembatan tempat mereka berdiri. Jembatan kayu yang terkesan manis dengan gerbang lengkung di ujungnya. "Unik," jawab Zea. "Pemandangannya?" tanya Aaron lagi. Kembali Zea mengedarkan pandang ke sekeliling dan menangkap betapa sempurnanya tempat ini. Baik untuk dinikmati secara langsung atau untuk diabadikan dalam sebuah foto. "Cantik." "Suara aliran air di bawah kita?" Suara air yang mengalir tenang dan gemercik yang sesekali terdengar, merupakan sebuah perpaduan yang sempurna. Membuat siapa saja yang mendengarnya merasa tenang dan terhanyut. "Indah." Kini Aaron meningkatkan pertanyaannya. "Bagaimana jika sepasang kekasih mengikat janji di sini? Tepat di tempat kita berdiri?" "Sepertinya romantis,” bisik Zea terpana. “Sempurna." Aaron kembali merangkum wajah Zea dan menatap mata gadis itu lekat-lekat. "Bayangkan jika aku melamarmu di tempat ini. Apakah sempurna?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD