Part 16

1186 Words
Besok batas akhir transfer ya. Lewat dari itu promo spesial akhir tahun 19 pdf sudah di tutup dan harga kembali normal. Yuk gasken yang minat sama promonya. Open order promo pdf spesial akhir tahun hanya tersedia sampai tgl 31 desember selebihnya promo ini di tutup dan tidak di buka lagi ya. Ada yang berbeda untuk promo kali ini. Hanya bayar 150k readers sudah bisa dapat semua judul pdf Irie Asri termasuk pdf stay with me dan pembantuku istriku, total ada 19 pdf. Yang berminat dengan promonya silahkan chat wa author 0856-2495-6939. Pdf akan langsung dikirim ke wa atau email setelah p********n selesai. p********n bisa via bank mandiri & shopeepay. List Pdf yang didapatkan. Isi pdf sudah full dengan extra part sama seperti ebook & cetak. 1. Tuan Bara 65k 2. Om Regan 60k 3. Forced Wedding 55k 4. Mencintaimu Tak Mudah 50k 5. Devil Beside Me 40k 6. Seduce For Love 60k 7. Paksaan ternikmat 40k 8. Pernikahan Bayangan 28k 9. Unwanted Love 50k 10. My Ugly Husband 45k 11. Eternal Mistake 50k 12. 40 Days with You 30k 13. Cinta Dalam Luka 50k 14. Last Love 50k 15. Me After You 30k 16. Aku Ataukah Dia 30k 17. Mencintaimu Sekali Lagi 40k 18. Stay With Me 50k 19. Pembantuku Istriku 55k Jenar masih memikirkan ucapan Tuan Handoko. Bisakah ia membuat Agam jatuh Cinta padanya? Bukankah itu terlalu jahat untuk Tuan Agam. Dia sudah mengorbankan kebahagiaannya hanya untuk mengais Jenar dari kesulitan. Jenar tidak mungkin membuat Agam semakin menderita karena harus mencintai wanita seperti dirinya. Itu terlalu berlebihan. Jenar tidak mau memaksakan sesuatu yang tak mungkin bisa ia raih. Menghembuskan napas sebentar kemudian Jenar memutuskan untuk berdiri dari duduknya. Melangkah ke arah pigura besar yang terpajang di dinding kamar suaminya. Foto tunangan Tuan Agam. Foto wanita yang tengah berpose cantik. Sesaat Jenar terpaku melihat kesempurnaan yang melekat di diri wanita ini. Bentuk tubuhnya proporsional ditambah kulit putih bersihnya yang bersinar. Dibandingkan dengan dirinya tentu saja sangat lah jauh berbeda. Ia tidak sebanding dengan wanita dalam foto tersebut. Jenar melirik tubuhnya sendiri. Meskipun kulitnya tidak sedekil saat di desa tetapi tetap saja tidak seputih milik Nona Mesya, tubuhnya juga semakin sintal akibat sering mengosumsi makanan. Setelah hamil ia malah lebih sering lapar. Kemungkinan berat badannya bisa melebihi berat badan yang dulu. "Aku tidak mungkin merebut Tuan Agam dari Nona Mesya. Kalian sangat serasi," gumam Jenar sambil menatap foto Mesya dengan rintihan hati pilu. Jenar tidak bisa berbohong pada hatinya bahwa ia mulai menyukai Tuan Agam. Hatinya selalu merintih sesak saat mendapati kenyataan bahwa pernikahan ini bukanlah pernikahan yang lelaki itu inginkan. Dengan diperlakukan seperti ini saja sudah sangat cukup untuknya. Ia tidak mau membuat kisah Cinta Tuan Agam hancur karena kehadirannya. Jenar harus bertahan setidaknya sampai bayi ini lahir dan sampai Tuan Handoko mau menerima Nona Mesya menjadi istri Tuan Agam. Walaupun pertahanan ini menimbulkan rasa sakit. Drett drett Getar ponsel seketika membuyarkan lamunan Jenar. Wanita itu langsung menoleh ke arah ranjang. Melihat layar ponselnya menyala-nyala. Jenar buru-buru melangkah meraih ponselnya. Kening Jenar mengerut saat melihat panggilan masuk dari Agam tertera di sana. Heran tidak biasanya Tuan Agam meneleponnya seperti ini. "Halo Tuan," sapa Jenar lembut. Suara di seberang sana langsung menyahut. "Keluarlah, aku tunggu kamu di depan." "Loh bukan kah Tuan lagi kerja." "Aku di bawah Jenar. Cepat turun. Aku akan membawamu ke suatu tempat." Jenar semakin bingung dibuatnya. Kenapa Tuan Agam tiba-tiba mengajaknya keluar seperti ini? Apa ada sesuatu hal penting yang harus dibicarakan? Apa karena ada Tuan Handoko jadi Tuan Agam memilih tempat lain agar kakeknya tak mengetahui pembicaraan mereka? Tak mau membuat Agam menunggu. Jenar mulai keluar dari kamarnya. Berpamitan terlebih dahulu pada Tuan Handoko. Sedangkan pria paruh baya itu mengiyakan dengan wajah terlihat sangat bahagia. "Pergilah. Kalian memang butuh waktu berdua untuk mengenal hati masing-masing," ucap Tuan Handoko sambil terkekeh usil. Jenar hanya menganggap ucapan itu hanya guyonan biasa meskipun mati-matian Jenar menahan detak jantungnya yang semakin bertalu tak karuan di dalam sana. *** Tadinya Agam memerintahkan supir untuk menjemput Jenar. Namun setelah dipikir kembali mungkin akan lebih baik jika ia sendiri yang menjemput istrinya. Dipakai untuk bekerja otaknya malah tak bisa fokus. Alhasil Agam memerintahkan Adit untuk membatalkan supirnya pergi. Dan sebagai gantinya dia sendirilah yang akan menjemput Jenar. Sampai saat ini tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka setelah Jenar masuk dan duduk di samping kemudi. Agam merasa dia harus mencari cara agar kebekuan ini sedikit mencair. Otaknya mulai bekerja mencari sepatah kata untuk memulai obrolan. "Khusus hari ini. Aku akan mengantarmu ke mana pun kamu mau? Jadi katakanlah. Apa yang kamu inginkan sekarang?" Jenar langsung melirik Agam yang masih fokus pada stirnya. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Kecanggungan serasa melilit lehernya. "K-kenapa harus melakukan ini Tuan. Apa Tuan tidak sibuk? Akhir-akhir ini Tuan sering pulang malam sekali." "Jika aku sibuk aku tidak mungkin berada di sini," jawab Agam singkat. Lalu melirik Jenar sekilas. "Anggap saja ini sebagai permintaan maafku karena sudah langcang mencium kamu dua minggu yang lalu." Kata-kata itu membuat Jenar terdiam. Ia seolah diingatkan kembali dengan kejadian yang setengah mati ia sangkal. Jenar terus beropini bahwa kejadian itu hanyalah mimpi, tidak nyata, tetapi kenapa Tuan Agam malah mematahkan opininya dan membuat Jenar berkhayal bahwa mereka benar-benar berciuman. Seketika wajah Jenar memerah. Ia malu dengan pikirannya sendiri. Ia sering membayangkan hal itu, mencium bibir suaminya. Ya Tuhan dia sangat berdosa memiliki otak kotor seperti itu. "Aku tidak menyuruhmu untuk diam Jenar. Jadi sekarang katakan kamu mau apa dan ke mana? Apa kamu menginginkan sesuatu? Seperti mengidam?" tanya Agam tak sabaran. Sesekali kepalanya bergerak memeriksa keadaan Jenar yang menjadi patung di sampingnya. Jenar menipiskan bibirnya. "S-saya tidak mau apapun Tuan." "Kamu yakin? Tidak mau apapun?" Anggukkan Jenar menjadi jawaban. Agam menghembuskan napasnya pelan. "Baiklah biar aku yang putuskan ke mana kita harus pergi." Kemudian Agam melanjukan mobilnya ke tempat di mana semua wanita akan terlihat cantik jika sudah memasuki tempat tersebut. *** Di lain tempat. Seorang wanita terlihat sibuk dengan berbagai pose cantik di depan kamera. Hingga ketika sang fotografer tersenyum ke arahnya sambil mengangkat jempol, artinya pekerjaan wanita itu telah selesai dan sang fotografer puas dengan hasil bidikannya. Mesya wanita dengan tubuh bak pahatan gitar Spanyol itu berjalan lelah menuju kursi untuk beristirahat sejenak. Ia sedikit meredakan tenggorokan yang mengering dengan meminum air dingin yang di belikan menegernya sambil memainkan ponsel. Tak lama kemudian raut kesedihan itu terlihat memenuhi wajah cantik itu. "Sudah dua minggu. Kenapa Agam belum juga menelponku?" tanyanya heran. Biasanya lelaki itu akan menanyakan kabarnya setiap hari. Tetapi sekarang nihil Agam terlalu sibuk sehingga tidak punya waktu sedikitpun untuk menghubunginya. Mengotak-atik ponselnya kemudian Mesya menatap tanggal yang ia lingkari. Ya Tuhan ternyata besok hari ulang tahun Agam. Tidak mungkin ia melewatkan lagi ulang tahun kekasihnya. Terhitung sudah 3 kali Mesya mengingkari janji di malam ulang tahun Agam karena kesibukan kariernya. Dan kemarin mereka sempat bertengkar hebat karena Mesya membatalkan kepulangannya sedangkan saat itu Agam sudah mempersiapkan semuanya, siap menikahinya. Kali ini Mesya tidak mungkin membuat Agam kecewa lagi. Ia akan memberikan kejutan pada Agam. Tepat di hari ulang tahunnya ia akan datang. Ia akan menemui kekasihnya. Lelaki yang sangat ia cintai. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD