Aku duduk di ayunan kulipat lututku setengah memeluk diriku sendiri. Udara sore sudah mulai menusuk, pakaian yang kukenakan tak terlalu tebal. Hujan baru saja reda, aku memandang dari kejauhan di mana Darren berada di dalam boatnya. Terlihat lampunya sudah menyala. Jauh dalam diriku merasa bodoh,dadaku dipenuhi gemuruh kemurkaan yang coba kuatasi beberapa hari ini. Aku harus bisa berpikir,tapi tiap kali kuajak otakku untuk mulai berpikir justru malah meyeretku pada hal-hal lain. Betapa bodohnya aku terjebak dalam pernikahan mengerikan ini,dan kesalahan terbesarku mengira selama ini dia menginginkanku, dan begitulah kebencian itu mulai menusukku lagi berulang-ulang tiap kali aku mulai memikirkannya. Di tak pernah menginginkanku, bahkan dari awal semua hanya kebohongan belaka. Batinku ras