Papa Brenda hanya mendecakkan lidah tak mengerti. Namun, dia tidak menolak permintaan itu. Dia tau betul, anaknya adalah wanita yang cerdas dan teliti. Dia tidak pernah salah langkah selama ini. Lagi pula, papa Brenda tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada anaknya. "Pa, pak penghulunya sudah datang," seru mama Brenda, dia tidak kalah kaget, namun membantu tanpa banyak bertanya. Beberapa menit kemudian, Aryo muncul, basah kuyup, dia membawa bungkusan yang diyakini sebagai seperangkat alat sholat untuk mahar pernikahan mereka. "Aryo," Brenda berlari mendekatinya. Wajahnya penuh tanya. "Ganti dulu bajumu, kau basah kuyup." Aryo mengangguk. Seorang laki-laki yang diyakini sebagai penata rias menuntun Aryo untuk masuk ke salah satu kamar. Brenda memandang punggung lebar itu. Aryo teng

