Bab 3. Tiba-tiba menikah

943 Words
Garran memegangi wajahnya yang terasa sakit akibat pukulan keras dari calon mertuanya, Tanto. Lelaki yang sebaya dengan ayahnya itu memukul wajahnya dengan satu kali hantaman, tapi benar-benar membuatnya kesakitan. Walaupun pada akhirnya keluarga besar Gunawan setuju untuk menikahkan Gianni dan Garran, tapi Garran harus menerima dua kali pukulan, pertama dari Oma dan yang kedua dari Tanto, Ayah Gianni. “Sakit ya?” Gianni meringis, melihat wajah Garran yang terlihat membiru akibat pukulan ayahnya. “Menurutmu?” balas Garran dengan tatapan kesal. “Pasti sakit sih, aku yakin.” Gianni terkekeh. “Om Gar juga pegang sus,,,” Gianni menutup bibirnya dengan satu tangan. “Pegang itu aku kemarin dan sakit tau!” keluhnya dengan tatapan kesal, sambil memegang kedua payudaranya. “Itu nggak sengaja!” Garran mengelak. “Ya,, anggap aja impas, kan?” Gianni kembali terkekeh. Garran menghela lemah, dunianya benar-benar hancur padahal dua hari lalu masih sangat normal dan menyenangkan tapi lihatlah yang terjadi hari ini, saat ia dipaksa bertanggung jawab karena dianggap telah melecehkan Gianni, dan tidak hanya itu saja, Garran pun mengalami kekerasan fisik dimana ia tidak dapat membalas dan hanya memilih diam. Melawan pun percuma, karena kedua belah pihak keluarga sudah sepakat untuk menikahkannya dengan Gianni. “Memangnya kamu mau menikah sama aku?” tanya Garran untuk meyakinkan. Gianni di gadis pengacau yang terlihat tidak panik sedikitpun menambah kesengsaraannya saat ini, setelah ia mengiyakan perjodohan konyol itu. Tanpa ragu, Gianni menyanggupinya, padahal Garran yakin gadis belia yang belum genap dua puluh tahun itu belum paham bahkan mungkin tidak mengerti arti pernikahan. “Yakin lah! Siapa yang menolak menikah dengan lelaki mapan dan kaya raya sepertimu, Om.” Gianni tersenyum jahil. “Abaikan itu,” Garran mengibaskan satu tangannya. “Kalau aku miskin, kamu masih mau nikah sama aku?” “Nggak lah!” jawab Gianni cepat. “Aku mau menikah sama Om, pertama karena kaya, kedua karena Oma yang nyuruh!” jawabnya jujur. Kepala Garran semakin penting saja. Jawaban Gianni terlalu ngawur untuk keputusan sakral seperti pernikahan. “Kamu pernah pacaran? Maksudnya punya pacar?” Gianni nampak berpikir, “Jangankan pacar, suami aja udah.” “Gianni, seriuss!” Garran menatap tajam. “Iya,, iya.” Gianni berdecak. “Aku belum pernah pacaran sih, Om. Tapi kalau naksir sering, sayangnya cowok yang aku taksir nggak suka sama aku.” “Nggak suka sama kamu?!” Garran menatap ke arah Gianni dengan tatapan menilai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Gianni memiliki paras cantik, Garran mengakuinya tapi bentuk tubuhnya sungguh tidak termasuk dalam selera dirinya. Kurus tinggi dan rata, bahkan gunung kembarnya pun tidak terlihat alias rata. Garran mengamati Gianni dengan seksama, selain tinggi dan kurus, dadanya nyaris rata. Cup branya pasti A. Sebrengseknya Garran menjadi petualang ranjang, ia selalu menghindari remaja. “Kamu tahu, setelah kita menikah akan seperti apa?” “Tinggal bersama, kan? Mudah sih!” Garran meringis, bahkan Gianni tidak mengerti arti sebuah pernikahan, lantas dengan mudahnya ia menyetujui perjodohan ini. “Aku juga tahu, Om.” Gianni berdecak kesal. “Yang namanya suami istri itu selain tinggal satu atap yang sama, juga akan melakukan hal-hal bersama. Misal,” Gianni menggeser duduknya, menatap ke arah Garran dengan wajah serius. “Tidur bersama. Tapi, kita nggak akan melakukan itu.” Gianni mengangkat jari telunjuk dan jari tengah, lantas menggerakkannya berulang kali. “Aku, harus melakukan itu denganmu? Dengan Om-om m***m yang ganti oli nyaris setiap hari? Iyuhh nggak ya!” Gianni melipat kedua tangan di d**a, menatap tajam ke arah Garran. “Kita memang akan menikah, tapi hanya satu tahun sampai tujuan kita selesai. Om nggak akan dituntut menikah oleh Mamah Yusi, dan aku akan bebas mengejar suami online ku.” Kening Garran mengerut. “Hanya menikah kontrak?” “Memangnya apa yang diharapkan dari pernikahan kita, selain menguntungkan kedua belah pihak.” “Ibuku nggak memaksa untuk segera menikah,” bala Garran dengan santai. “Memang nggak, tapi aku jamin Oma yang akan memaksamu untuk menikahiku. Atau, Oma akan dengan senang hati memotong burungmu itu, agar tidak celap-celup ke sembarang tong sampah.” Garran meringis mendengar penjelasan Gianni yang memang sangat masuk akal. Hobi berganti pasangan tanpa adanya komitmen memang kerap menjadi sumber maslah selama beberapa tahun ini, tuntutan keluarga yang mengharuskan ia segera menikah dan usia yang kian bertambah. Gianni menjadi salah satu solusi, selain mendapatkan keuntungan juga karena pernikahan yang tidak menuntut. “Apa yang kamu mau dari pernikahan kita?” akhirnya Garran pun mulai menawarkan keuntungan yang pastinya menjadi salah satu alasan Gianni bersedia menjadi istrinya. “Biayai semua keperluanku,,” “Untuk suami onlinemu itu?” Gianni mengangguk dengan tanpa ragu. “Nggak mahal dan nggak ribet ko. Om masih boleh cari wanita cantik di luar sana, asal jangan ketahuan Ayah Tanto dan Oma aja, nanti burungmu yang jadi taruhannya.” Ancaman yang terdengar konyol, tapi Garran yakin ucapan Gianni akan menjadi kenyataan jika ia ketahuan berselingkuh. Membayangkan si Joni di potong hingga eksistensinya tidak dapat dibanggakan lagi, Garran akan kehilangan harga dirinya. “Baiklah,” Garran menganggukkan kepalanya. “Kita akan menikah, tapi hanya satu tahun. Nggak lebih, dan selama satu tahun itu, aku akan membiayai semua keperluan mengejar suami onlinemu itu.” “Hah?! Serius! Asik!” Gianni berjingkrak, suaranya nyaring hingga para orang tua yang berada di ruangan berbeda langsung menoleh ke arah mereka berdua. “Ayah! Aku dan Om Gar, akan menikah!” Ucapnya dengan ruang gembira, tidak seperti Garran yang terlihat nelangsa karena mulai hari ini selain statusnya yang akan berubah, juga ia akan menjaga seorang bayi dewasa. Tubuh Gianni memang sudah masuk dalam kategori dewasa, tapi cara berpikir anak itu masih sangat naif. “Akhirnya, ada donatur juga di hidup aku!” Gianni tertawa, terbahak-bahak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD