Suara tangis dan teriakan dari lantai dua membuat Bi Ati panik. Tahu persis itu suara Gianni, yang saat ini ada di dalam kamar Garran, Bi Ati segera bergegas naik, menuju kamar tuannya.
Sayangnya kamar tersebut di kunci dan Bi Ati tidak dapat memastikan kondisi di dalam sana.
“Neng Gia, ada apa?” Bi Ati berteriak memanggil nama Gianni.
“Mas Gar, buka pintunya!” ia juga memanggil nama Garran, berharap lelaki itu mau membuka pintu kamarnya. Tapi tidak ada jawaban, yang terdengar justru teriakan dan tangis Gianni yang kian menjadi-jadi.
“Om Gar, tega! Om Gar jahat!”
Teriak Gianni, yang membuat Bi Ati tidak dapat berpikir tenang. Di dalam sana Garran dan Gianni, keduanya sudah sama-sama dewasa, hubungan mereka memang sepupu, tapi tidak menutup kemungkinan Garran akan melakukan itu, pada Gianni jika dalam kondisi terdesak apalagi beberapa saat lalu Garran pulang dalam kondisi mabuk.
“Om Gar, sakit! Aw,,,” teriak Gianni kembali terdengar membuat Bi Ati kebingungan sekaligus panik, apalagi ia tidak bisa masuk kedalam kamar untuk menolong Gianni yang mungkin saat ini tengah dalam keadaan bahaya.
Garran adalah lelaki dewasa yang memiliki jejak merah dalam hidupnya, yakni sering bergonta-ganti pasangan. Hubungannya dengan lawan jenis hanya sebatas untuk memuaskan hasrat, mengosongkan kantong s****a dalam tubuhnya, ia tidak pernah menginginkan komitmen bahkan bisa dibilang anti komitmen. Gianni adalah sepupunya, tapi tidak menutup kemungkinan Garran akan melakukan itu padanya, dalam kondisi bernafsu pasti akan sulit mengendalikan diri.
“Mas Garran, sing eling!” Teriak Mbak Ati.
“Om,, aww sakit! b******k!”
Umpatan terdengar kembali dari dalam kamar, yang membuat Mbak Ati kalut. Di dalam rumah ini hanya ada dirinya, jika pun ada security lokasinya jauh dari rumah. Mbak Ati memutar otak, mencari cara untuk menyelamatkan Gianni, hingga akhirnya terbesit ide untuk menghubungi Oma, nenek dari Garran.
“Oma,,” Bi Ati berhasil menghubungi Oma Tuti.
“Oma, Neng Gianni dan Mas Garann ada di kamar, mereka gituan!” ucapnya dengan nada khawatir sekaligus takut.
“Tolongin Neng Gianni, Oma. Dia diperkosa Mas Garann!”
Panggilan terputus sepihak dimana Bi Ati merasa sudah berhasil mencari bala bantuan untuk menyelamatkan Gianni dari lelaki predator seperti Garran.
Sementara itu di dalam kamar, Gianni memegangi tangannya yang terasa sakit setelah memukul kepala Garran dengan sekuat tenaga. Kaos yang dikenakannya memang sedikit sobek di bagian depan, tentu saja karena ulah Garran yang memang nyaris saja melecehkan dirinya. Tapi Garran memiliki pengendalian diri yang sangat baik, walau ia berada di puncak hasrat yang begitu menggebu, ia berhasil mengendalikan nafsunya walaupun sempat mencium dan memegang d**a Gianni. Alhasil ia mendapatkan pukulan keras di bagian kepalanya, yang membuat ia mengaduh kesakitan.
“Jangan berteriak Gianni, kamu bisa menimbulkan fitnah nantinya.” Garran menghela lemah, menahan luapan gejolak dalam dirinya yang sulit dikendalikan. Obat perangsang sialan! Ia akan memberikan pelajaran pada wanita itu, yang telah menjebaknya dengan mencampurkan obat perangsang pada minumannya.
“Wajar aku berteriak! Lihat apa yang kamu lakukan!” Gianni masih terisak, namun bukan menangisi perlakuan tidak senonoh Garran padanya tapi karena ia kehilangan kesempatan untuk menonton konser boyband Korea kesukaannya.
“Kamu bikin aku gagal bertemu suamiku!!!” Matanya menatap tajam ke arah Garran.
“Om yang bikin semua ini kacau!” Gianni kembali menangis, seperti anak kecil merajuk ingin dibelikan mainan.
“Om harus tanggung jawab!”
“Tanggung jawab apa? Aku nggak melakukan apapun sama kamu. Kenapa kau harus tanggung jawab!”
Gianni semakin terlihat kesal saja, ia menghampiri Garran dan kembali memukulnya di bagian kepala.
“Aw,, sakit.” Kali ini giliran Garran yang mengaduh kesakitan, setelah Gianni berhasil memukulnya kembali. Tubuh Gianni memang kurus tinggi, tapi tenaganya sangat kuat, Garran sampai mengaduh kesakitan akibat dua kali pukulan bersarang di kepalanya.
“Pokoknya Om Gar, harus tanggung jawab. Aku nggak mau tahu! Pokoknya tanggung jawab!!” Gianni semakin berteriak histeris, dijamin suaranya akan terdengar sampai lantai bawah. Tidak ingin membuat Bi Ati salah paham, Garran pun berusaha membekap mulutnya.
“Diam! Atau aku cium lagi!” Ancamnya.
Tapi sepertinya ancaman Garran tidak berpengaruh apapun pada Gianni, sebab gadis itu semakin berteriak meminta tanggung jawab darinya.
Garran kebingungan untuk membungkam teriakan Gianni yang bisa saja membuat Bi Ati salah paham, bahkan ia sudah berusaha untuk membuat anak itu tenang saat Bi Ati mengetuk pintu beberapa saat lalu, namun Gianni kembali berteriak dan menangis karena tidak dapat bertemu dengan suami khayalannya itu.
Saat Garran berusaha membungkam Gianni, tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka padahal sebelumnya ia sudah mengunci pintu tersebut.
“Garran! Apa yang kamu lakukan!”.
Terdengar suara teriakan dari arah pintu dimana Garran melihat sosok wanita paruh baya tengah berjalan tergesa-gesa ke arahnya dengan mengayunkan tongkat di salah satu tangannya.
“Kamu keterlaluan!” Tanpa basa-basi lagi, ia segera memukul Garran dengan menggunakan tongkatnya berulang kali di punggung Garran.
Garran dan Gianni dibawa ke ruang keluarga, keduanya duduk dengan kepala menunduk sementara Oma Tuti berjalan mondar-mandir sambil memegangi kepalanya.
“Kamu keterlaluan, Gar!” Ucapnya, sambil menatap ke arah Garran.
“Oma salah paham, kami nggak melakukan itu.” Garran berusaha membela dirinya, di tengah rasa sakit di punggung akibat pukulan Oma.
“Oma nggak buta, Gar! Oma masih bisa melihat kamu menindihnya!”
Garran menyikut lengan Gianni, memintanya untuk menjelaskan apa yang terjadi di dalam sana.
“Kalau nggak percaya, tanya Gianni saja. Apa yang telah aku lakukan padanya.”
Garran mengedipkan satu matanya, mengisyaratkan Gianni untuk bicara dan menceritakan apa yang terjadi pada mereka tadi, di dalam kamar.
“Sayang, apa yang dilakukan lelaki tua m***m itu padamu, coba katakan pada Oma.” Tuti duduk disamping Gianni, memegang satu tangannya dan menatap penuh iba ke arahnya.
“Om Gar, cium aku.” jawabnya terbata, ia juga menoleh ke arah Garran dan Oma secara bergantian.
“Pegang s**u aku juga.” lanjutnya, yang membuat kedua mata Garran terbuka lebar.
“Garran!!!!” Teriak Oma.
“Om Garzl harus tanggung jawab loh! Aku,,” belum sempat Gianni menuntaskan ucapan, tiba-tiba Oma kembali berdiri mengambil tongkatnya dan memukuli Garran dengan begitu keras
“Kalian harus menikah! Oma nggak mau tahu, kalian harus menikah secepatnya!!”
Garran terkejut, begitu juga dengan Gianni.
“Kenapa menikah? Aku udah punya suami padahal, suamiku si V,” Gianni menoleh ke arah Garran.
“Kenapa aku harus menikah sama om-om m***m seperti kamu?!”