Semuanya benar-benar gelap. Tak ada sedikit pun cahaya yang mampu Rosmaria tangkap. Pandangannya tetap gelap sekalipun Rosmaria telah membelalakkan kedua matanya. “Nyonya Rosmaria?” ucap sang dokter dan baru saja membuka perban mata Rosmaria. “G-gelap! Kenapa semuanya gelap? Kenapa aku tidak bisa melihat? APA YANG TELAH KALIAN LAKUKAN PADA MATAKU!” Rosmaria menggeragap, kedua tangannya yang tak luput dari luka, luka bakar yang membuat keadaan di sana sangat buuruk dan tak sedap dilihat, meraba asal suasana sekitar. Fean yang duduk di kursi roda dan masi menyikapi keadaan dengan tenang, berangsur menunduk pasrah. Bahkan sekalipun terdengar pecahan akibat kedua tangan Rosmaria yang sibuk menyempar pada apa pun yang bisa dijangkau. Gelap, seperti yang selama ini Mamah lakukan. Mamah membe