Kak Azka menciumku lagi. Ciumannya terasa lembut seperti kemarin malam di parkiran, tidak menggebu-gebu seperti saat di kolam renang. Dengan mata terpejam, aku membuka mulut berusaha membalas ciumannya meski amatir karena memang tak pernah berciuman sebelumnya. Tak tahu bagaimana berciuman yang bisa menyenangkan pasangan. Berpacaran dengan Arsyad di mana kami saling mencintai, tak lantas membuatku membiarkan lelaki itu menyentuh bibirku. Aku janji kepada diriku sendiri akan memberikan ciuman pertamaku jika telah memiliki hubungan halal secara hukum dan agama. Mataku terbuka ketika ciuman kami terlepas. Kak Azka yang melepas tautan bibir kami dan anehnya aku merasa kehilangan. Ternyata, Kak Azka hanya melepas kacamatanya dan meletakkan di sebelah ponselku. Setelahnya kembali meraup bibirk