Chapter 4 - Iin (bagian 3)

604 Words
Ketika pintunya sudah tertutup rapat, dengan cepat Dino langsung menubruk Iin yang tidak menyangka kalau Dino akan melakukan itu. Tubuh Iin terjatuh ke atas kasur Dino dalam keadaan terlentang, Dino menindih tubuh Iin dan dengan ganas menciumi leher Iin yang masih berkeringat. Iin berusaha meronta-ronta. Dia juga mendorong tubuh Dino agar terjatuh dan tidak menindihnya. Dengan cepat tangan Dino memegangi kedua tangan Iin dan menekannya di atas kepala Iin. Iin tidak bisa lagi melakukan apapun untuk melepaskan dirinya dari tindihan Dino. “Mas Dino, jangan Mas. Iin masih perawan Mas,” pinta Iin memelas. “Dino juga masih perjaka Mbak. Ini pertama kali Dino mau ngelakuin kaya ginian,” jawab Dino di sela-sela ciumannya ke leher Iin. Iin cuma bisa terisak-isak dan merintih ketika Dino menciumi lehernya. Iin memang naksir Dino, tapi nggak begini caranya. Ini namanya pemerkosaan. Iin nggak mau keperawanannya diambil dengan paksa. Meskipun yang ngambil perawannya memang laki-laki yang disukai Iin. “Mas Dino,” panggil Iin pelan, tapi Dino masih asyik dengan ciuman di lehernya. Tak lama kemudian tangan Dino mulai meremas-remas p******a Iin dan membuat Iin menggelinjang kegelian tapi nikmat. Dino kemudian dengan kasar menarik kaos yang dipakai Iin ke atas dan kini tubuh Iin hanya tertutup oleh kutang saja. “Mas Dino,” panggil Iin lagi, kali ini agak keras. Dino pun seperti tersadar tapi semua sudah terlanjur, dia harus merasakan tubuh Iin sore ini. Harus, tidak ada kata tidak. Dino menghentikan aktifitasnya dan melihat kearah Iin. “Mas Dino, Iin rela kok ngasih keperawanan Iin ke Mas Dino, tapi pelan-pelan ya? Iin jangan dikasarin,” kata Iin dengan muka memerah dan setengah berbisik. Mendengar kata-kata Iin, Dino merasakan sekujur tubuhnya seperti terkena sengatan listrik. Sengatan listrik yang langsung membuatnya merasa menjadi seorang laki-laki. Adek kecil Dino pun langsung berdiri tegak menantang ketika mendengar bisikan lirih dari Iin barusan. Bisikan pasrah untuk menyerahkan tubuhnya ke Dino. “Hu um. Dino nanti pelan-pelan aja kok Mbak,” bisik Dino ke telinga Iin mesra. Dino kemudian melucuti seluruh pakaian yang menempel di tubuh Iin dan dia melepas bajunya sendiri. Meskipun ini pengalaman pertama bagi Dino, tapi dia sudah khatam nonton JAV jadi terus terang tidak bisa dibilang nggak pengalaman juga sih. Cuma selama ini kan tahunya teori, nah kalau ini baru prakteknya. Iin yang sedari tadi memejamkan mata dan membiarkan saja Dino melucuti pakaiannya tak tahan untuk membuka matanya ketika dia tidak merasakan sentuhan Dino ke tubuhnya yang sudah telanjang. Dan ketika dia membuka matanya, dia kaget melihat Dino sedang menatap salah satu bagian tubuhnya tanpa berkedip.  Bagian tubuh yang cuma ditumbuhi bulu lembut dan selalu jadi ejekan dari kawan-kawan Iin dan membuatnya malu. “Mas Dino nggak suka ya ‘itunya’ Iin?” tanya Iin dengan perasaan kecewa, sudah sejauh ini, kalau sampai Dino nggak jadi ngasih perjakanya ke Iin kan nyesek juga Iin. “Maksud Mbak apa sih?” tanya Dino ke arah Iin yang kini tidur terlentang dan kedua tangan berusaha menutupi kewanitaannya yang sedari tadi dilihatin terus oleh Dino. “Itunya Iin kan masih kaya anak-anak banget, belum keluar bulunya,” jawab Iin pelan. “Aku suka, malah pengen jilat ni sekarang,” kata Dino. “Mau diapain Mas?” Iin sebenarnya denger kata-kata Dino tapi dia nggak yakin dengan apa yang dia dengar, “mas Dino mau jilat Iin? Kan jorok banget sih itu,” lanjutnya.  Meski Iin sendiri paling rajin membersihkan tubuhnya. Soalnya lumayan enak gitu kalau miliknya kena gosok sama sabun. Dino kemudian merunduk dan membuka tangan Iin yang menutupi kewanitaannya. Dino juga memasang badannya mencegah agar kedua paha Iin kembali merapat. Setelah itu Dino dengan cepat mencium dan menjilati tubuh Iin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD