Chapter 5 - Pecah Perawan (bagian 1)

503 Words
Iin merasakan tubuhnya seperti tersengat listrik ketika lidah dan bibir Dino menyentuh kewanitaannya. Area yang paling dia jaga dan tidak pernah dia biarkan untuk disentuh orang lain. “Mmmmmmmm,” Iin secara naluriah mulai mendesah keenakan. Mendengar desahan Iin, Dino makin mengganas, dengan dibantu dengan jemarinya, Dino membuka bagoan tubuh Iin dan melihat ke dalam. Selaput dara yang berwarna putih kemerahan itu masih utuh dan belum terkoyak. Tubuh Dino bergetar setelah melihat keperawanan Iin masih utuh. Dengan cepat, Dino memposisikan adek kecilnya di depan mahkota Iin. Iin yang sebelumnya merasakan kenikmatan karena rangsangan lidah Dino di kewanitaannya tidak sadar kalau ada sesuatu yang sudah diposisikan di depan mahkotanya dan siap mengoyak keperawanannya. Dino kemudian mencium bibir Iin dan melumatnya. Iin awalnya menolak karena ada bau khas dari tubuhnya di mulut Dino tapi tak lama kemudian Iin membalasnya dengan pelan dan lumatan bibirnya sangat canggung sekali. Dino tahu kalau ini kali pertama si Iin berciuman. Dino tersenyum, bibir atas maupun bibir bawah Iin bakalan dinikmati habis oleh Dino hari ini. Saat Iin masih tersengal-sengal berusaha bernapas setelah ciuman ganas barusan. Dino meraba mahkota Iin dan ketika dia merasakan cairan pelumas sudah membanjiri kewanitaan Iin. Dino pun menekan k*********a pelan-pelan ke mahkota yang masih sempit dan perawan itu. Iin berteriak kesakitan ketika Dino memaksa masuk ke dalam tubuhnya.. “Sakit Mas Dino, sakitttttt, perih masssss,” rintih Iin di bawah tindihan tubuh Dino. Aaaaaaaaaaaaaa. Jeritan Iin makin kuat saat Dino berusaha untuk menekan tubuhnya makin masuk ke dalam. Rasa remasan yang dirasakan di sekujur adek kecil Dino, membuat Dino merasakan nikmat sekali. Ini ratusan, tidak, ribuan kali lebih enak di banding saat dia melakukan onani. “Mas Dinooooo, perih banget massss,” rintih Iin di telinga Dino yang memeluknya. Dino mengecup kening Iin pelan dan kemudian berbisik ke telinga Iin, “bentar aja kok Mbak perihnya,” macam tahu aja si Dino. Dia kan masih perjaka juga. Setelah itu Dino diam selama beberapa saat dan membiarkan tubuh Iin terbiasa menerima keberadaan adek kecil Dino dalam tubuhnya. Lalu, Dino menggerakkan tubuhnya pelan-pelan sesuai nalurinya sebagai seorang manusia. Iin masih merasakan perih yang lumayan dari kewanitaannya tapi ketika Dino mulai bergerak pelan dan mesra, sensasi nikmat pelan-pelan terasa. “Masih perih, Mbak?” tanya Dino sambil terus mengayunkan tubuhnya pelan-pelan. “Perihnya masih ada mas, tapi enaknya mulai kerasa,” jawab Iin. “Mmmmaaaaahhhhhhhhhh,” Iin tiba-tiba mendesah panjang ketika Dino dengan sengaja menghunjamkan tubuhnya masuk ke dalam tubuh Iin. Dino mulai tak kuat untuk menahan desakan s****a yang ingin keluar dari adek kecilnya, Dino pun akhirnya makin cepat menggerakkan tubuhnya. Gerakan Dino yang makin cepat dan kasar membuat Iin yang tadinya mulai merasakan kenikmatan kembali merasakan perih dari mahkotanya yang habis-habisan digenjot Dino. “Sakittt maaaaasss.” teriak Iin ketika Dino makin kasar dan tak lagi mesra. “Massss Dinoooooo. Sakitttt benerannn Masssss. Udahhhhh Maasssssssss,” protes Iin sambil berusaha mendorong Dino yang seperti orang kesetanan itu. Tapi tenaga Iin kalah jauh dari dekapan Dino, apalag Dino yang lagi dalam frenzy mode dan sedang mengejar orgasmenya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD