When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Udah sore ni. Dino laper. Antar Dino pulang," kata Dino pelan. Tasya melirik ke arah cowoknya. Sejak saat dia masuk ke mobil, itu adalah pertama kalinya Dino ngomong. Dan dia bilang sore, laper, pulang. Apakah ketiga hal itu lebih penting dari hubungan kita? jerit Tasya dalam hatinya. "Kamu tu ... " Tasya menarik napas panjang dan berusaha menenangkan diri. Saat seperti ini, salah satu harus ada yang mengalah. Cowoknya lagi bad mood. Kalau Tasya ikutan kepancing emosinya, dia yakin besok pagi tak akan ada lagi Aldino-Tasya. "Dino, kamu tu sayang Tasya nggak sih?" kata Tasya lirih. "Justru karena itu," jawab Dino cepat. Tasya langsung merasakan rasa yang campur aduk dalam dadanya saat mendengar kata-kata Dino barusan. Bahagia? Ya. Karena kini dia tahu Dino beneran sayang dia. Sedi

