7. Hotel

1343 Words
Anggara membawa Ayu ke hotel malam itu. Ayu Kinanti sangat takut dan cemas, dia tidak mau kalau sampai kedua orangtuanya tahu kalau dia menjadi pacar gelap Anggara. Anggara membawa masuk mobilnya ke dalam parkiran hotel, dan tepat saat mobil tersebut berhenti barulah Ayu Kinanti kembali bertanya padanya. “Mas, kita serius mau turun di sini?” Ayu Kinanti nampak cemas sekali. Gadis itu menoleh ke sekitar kiri dan kanan. Anggara mengukir senyum nakal, pria itu memutar tubuhnya ke samping lalu menatap wajah cemas dan takut milik Ayu Kinanti. “Ya, kenapa? Kamu tidak mau?” Tanyanya seraya menatap wajah serta tubuh berbalut gaun tidur tersebut. Ayu meremas ujung gaun yang ia kenakan lalu menundukkan wajahnya. “Mas, aku ingin kita-kita sudahi saja.. Ayu merasa kalau Ayu sudah berbuat banyak kesalahan sama Mbak Dini. Ayu tidak ingin..” “Stop! Cukup!” Bentak Anggara dengan suara meninggi. Ayu terlonjak kaget, gadis itu memejamkan kedua matanya rapat-rapat bersiap menerima amukan dari Anggara. Pria itu dengan kasar melepas sabuk pengaman dari pinggangnya, berikutnya melepas sabuk dari pinggang Ayu. Anggara menekan tuas di samping kursi yang Ayu duduki, pria itu mengatur posisi Ayu agar rebah ke belakang. “Mas, ampuni aku..” Rajuknya tatkala Anggara bersiap menyingkap gaun tidur yang ia kenakan. “Kenapa? Ini maumu kan? Kamu lebih senang melakukannya di dalam mobil daripada di dalam kamar hotel yang nyaman. Aku turuti Yu! Aku turuti!” Ucapnya seraya menarik gaun Ayu dengan kasar lalu melemparkannya ke kursi belakang. Ayu menggigit bibir bawahnya, rasa yang Anggara berikan pagi ini kembali dia rasakan malam ini. Di area parkiran hotel yang begitu sepi, Anggara kembali melakukannya di dalam mobil. Keringat pria itu mengucur deras seiring dengan gerakan tubuhnya untuk mengambil apa yang dia inginkan dari sosok gadis cantik asal Surabaya tersebut. Remasan di kedua sisi pinggang atletisnya menambah semangat untuk terus melakukannya lebih lama dari batas waktu yang dia tentukan. “Mas Gara..” Ayu Kinanti merintih sambil menatap Anggara Lesmana dengan tatapan sayu. Anggara memagut bibirnya dengan pagutan lembut tanpa menghentikan aksinya yang sudah tiga puluh menit lamanya belum dia akhiri. “Ayu, aku mencintaimu..” bisiknya pada daun telinga Ayu Kinanti usai melepaskan segala hasratnya. Tubuh polos Ayu masih tergolek di atas kursi mobil, gadis itu kehabisan tenaga lantaran permainan Anggara barusan. Anggara mengusap pipi dan kening Ayu Kinanti. “Kenapa diam saja? Kamu takut sama Dini? Aku yang akan urus dia, kamu cukup menemaniku saja, jangan pikirkan yang lain. Aku tahu kamu sebenarnya juga menginginkanku Yu. Sudah jujur saja.” Ayu Kinanti bangkit duduk, gadis itu menatap wajah bersih dan dewasa milik Anggara. Anggara masih menatap dirinya. “Mas, aku nggak tahu harus ngomong apa, aku, hanya, nggak nyaman dengan situasi ini. Ada rasa takut dan cemas..” ucapnya lirih lantaran takut salah bicara dan membuat Anggara kembali mengamuk. “Namanya nyuri suami orang ya cemas dan takut! Kenapa nggak dari dulu pas kamu bilang naksir sama aku kamu ngomong begini? Kenapa saat aku membalas perasaanmu?! Kamu mau mempermainkanku, heh?!” Anggara mengguncang bahu kanan Ayu sambil menunggu jawaban dari gadis tersebut. “Mempermainkan? Nggak Mas, bukan..” “Ya, sudah! Kita lewati saja hubungan ini! Nggak usah protes!” Potongnya dengan nada ketus. Ayu menelan ludahnya, setiap bertemu dengan Anggara ucapan pria tersebut selalu saja kasar dan nggak enak didengar. Sangat jauh berbeda ketika mereka berdua belum memiliki hubungan seperti belakangan ini. “Mas, kalau aku mutusin hubungan ini..” “Aku akan bilang sama Bapak dan Ibu kamu kalau putri semata wayangnya selama ini sudah naik ke atas ranjang Anggara Lesmana, bagaimana? Kamu mau?!” Ayu mengambil gaun tidurnya lalu segera memakainya kembali. “Mas Gara kok malah ngancam..” mencoba protes. “Salah kamu sendiri!” Ujarnya sambil meraih tengkuk Ayu Kinanti lalu mendekatkan bibirnya dan menyatukan kedua bibir mereka. “Lihat ini, masih mau bilang putus, kamu itu masih cinta sama aku, Yu. Malah makin besar cintanya..” bisiknya sambil mengukir senyum manis lalu mencubit ujung hidung Ayu Kinanti. Anggara kembali memagut bibir Ayu Kinanti, Ayu membalas pagutan itu dan kini kedua tangannya berpindah pada belakang tengkuk Anggara. Beberapa saat kemudian Anggara melepaskannya. “Sudah hampir jam satu, aku antar kamu pulang.” Anggara membetulkan letak kursi di mana Ayu duduk sekarang, lalu kembali menyalakan mesin mobilnya. Mobil Anggara perlahan meluncur pergi meninggalkan hotel. “Eh, gimana? Kamu kapan daftar? Isi segera formulirnya, gih. Nanti aku atur supaya kamu bisa tinggal di kelasku. Sekalian kita berangkat pulang-pergi bersama. Apa aku perlu ngomong ke Bapak dan Ibu kamu? Nggak apa-apa Yu, nanti aku yang pamitkan kamu sama Bu Mariam dan Pak Darus.” “Sudah, Mas. Bapak sama Ibu senang sekali Ayu mendaftar di universitas kedokteran. Rencananya Bapak dan Ibu mau belikan Ayu mobil. Jadi Mas Gara ndak perlu repot-repot antar jemput Ayu..” “Nggak!” Potong Anggara cepat. “Ah, apa kamu mau ngindar dari aku, Yu?! Mau cari cara putus lain!?” Ayu kaget sekali, pikirnya dia memang tidak ingin merepotkan Anggara, tapi pria itu rupanya terlalu posesif dan tidak bisa diajak kompromi. “Mas Gara salah paham. Ayu nggak ada niat begitu..” Ragu-ragu Ayu menyentuh pipi Anggara. Ini ke sekian kalinya dia menyentuh pipi pria tersebut sejak Anggara merenggut kegadisannya beberapa hari lalu. Amarah Anggara mulai mereda, pria itu meraih bahu Ayu dan membuat gadis belia itu bersandar padanya. “Awas kalau kamu menduakanku!” Bisik Anggara dengan nada serius. “Kamu belum pernah aku hajar kan?” Kali ini Anggara sengaja mengatakan itu untuk menggoda Ayu. “Aku lihat Mas Gara nggak suka main kekerasan,” sahut Ayu seraya menggesekkan sisi wajahnya di atas bahu Anggara. “Aku hajar di atas ranjang!” tambahnya sambil melebarkan senyumnya lalu kembali mencubit ujung hidung Ayu Kinanti. Ayu mengerucutkan bibirnya, gadis itu mulai berani mencubit pinggang Anggara. “Akh, nakal kamu Yu!” Anggara tersenyum senang. “Mas sih, godain Ayu terus.” “Habisnya kamu cantik, dan seksi..” ucapnya sambil menatap liar tubuh berbalut gaun tidur tersebut sekilas lalu kembali menatap ke arah jalan di depan sana. “Mas, nanti turunin Ayu agak jauhan dari rumah ya? Ayu takut ketahuan sama Bapak.” “Aku yang akan ngomong sama Bapak kalau sampai ketahuan! Baju kamu itu tipis, masa aku turunin jauh dari rumah. Kalau ada laki-laki yang iseng gimana!? Kamu itu cuma hanya boleh disentuh Anggara! Kamu milikku, Yu! Ingat?!” “I-iya Mas, Ayu akan ingat baik-baik.” Ujarnya sambil menganggukkan kepalanya. Anggara menurunkan Ayu Kinanti tepat di depan rumah. Lampu dalam kediaman megah dengan lantai dua itu sudah dimatikan. Anggara tahu kedua orangtuanya Ayu sudah tidur. Anggara turun dari dalam mobil lalu membukakan pintu untuk Ayu Kinanti. “Aku antar masuk, ayo..” Anggara menggenggam lengan Ayu dan menariknya dengan agak memaksa. “Mas, nggak usah.” Ayu malah semakin cemas karena Anggara berkeras mengantarkannya masuk ke dalam. “Mas, Ayu takut.. aku tadi perginya nggak pamitan! Mas!” Ayu berusaha menarik tangannya dari genggaman erat Anggara. Anggara malah mengukir senyum nakal, pria itu tetap membawa Ayu menuju ke dalam. “Mas, please, jangan ya? Mas!” Ayu merajuk seraya menempel pada Anggara. Gadis itu membawa Anggara lewat pintu samping sisi kanan rumahnya, di sana jalan menuju garasi agak gelap dan aman dari pandangan orang rumah. “Padahal aku mau bicara baik-baik sama Bapak dan Ibu kamu, Yu..” ucapnya lantaran Ayu menghimpit tubuh atletisnya sampai punggungnya bersandar di dinding lorong. Ayu memeluk erat-erat pinggang Anggara sambil berjinjit menciumi bibirnya. Entah keberanian seperti apa yang membuat gadis lugu itu melakukan tindakan tersebut. Anggara meremas pinggul Ayu lalu memeluk punggung Ayu hingga tubuh ramping dan sekal itu menempel semakin erat pada tubuhnya. “Aku tadi keluar nyuri-nyuri Mas, kalau Bapak tahu.. Ayu takut. Please Mas.. jangan temui Bapak malam ini, ya?” Pintanya dengan tatapan manja. “Tapi kalau ketahuan aku yang antar kamu? Gimana? Hayo?” Bisik Anggara seraya memutar posisi dan membuat Ayu tinggal dalam tahanannya di dinding lorong. “Ketemu nggak sengaja di jalan..terus Ayu nebeng.” Sahutnya seraya tersenyum manis. “Pinter bohong, kamu!” Bisik Anggara lalu memberikan kecupan pada bibir Ayu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD