Enam

877 Words
Nella tengah duduk sambil main game Drop Dom puzzle asyik game over saja buat dia. Sekarang dia bukan di ruangan Alex lagi, tapi, di ruangan Edy. Ini suruhan Alex minta ke ruangannya biar ada teman gitu. Nella sih, oke saja, malahan senang bisa dekat sama dia. Edy tidak terlalu pengaruh sama cewek barbar ini, yang tengah asyik main game berisik sekali. Bunyian telekomunikasi di meja Edy berdering, di tekan satu otomatis terdengar suara dari seberang, suara cewek, bagian operator. "Selamat siang, Pak Edy. Ada seseorang ingin bertemu dengan Anda," lapor dari operator. Nella mendengar dan menajamkan telinganya lebar-lebar. "Dari siapa?" tanya Edy kepada operator "Atas nama Jessica Veranda, Pak." Edy berhenti lalu menatap cewek barbar itu sebentar. Kemudian dia berkata, "Biarkan dia masuk." Nella masih fokus permainan itu, tak lama kemudian suara langkah kaki sepatu tinggi seseorang mendekati ruangan Edy tanpa mengetuk pintu. "Hai, Beb!" sapa Jessica. Edy tidak melanjutkan pekerjaannya, menatap tajam arah Jessica yang tidak memiliki sopan santun memanggil manis imut itu. Nella tengah bermain turut bosan disudahi kemudian memasukkan kembali ke dalam tas kuliahnya. Dia pun bangun dari duduk, mendekati Edy. Jessica memicingkan kedua mata meratapi Nella tidak memiliki etika itu. Edy sih tidak terlalu mengkhawatirkan sikap Nella yang memang sudah dasarnya aneh itu. "Om, jalan-jalan yuk!" ajak Nella menggoyangkan bahu Edy. "Eh, kamu!" desis Jessica bersuara. Edy sudah pasrah mendapati dua wanita di depannya. Nella melirik wanita yang penampilan aneh banget. "Kamu siapa?" tanya Jessica, "Lala... Tante, siapa?" jawabnya dan balik bertanya. "Aku pacarnya," jawab Jessica. Nella menoleh kembali arah Edy, Edy tidak menunjukkan apapun ekspresinya. "kata Om, bukan!" seru Nella mengasal, bikin Edy ingin senyum tertahan. "Kalau tante memang pacarnya, Om Edy. Berarti Lala istrinya," Cup! Sontak Edy terkejut bukan main, Nella main nyosor cium pipi Edy tanpa seizin darinya. Jessica sendiri terdiam dan tercekat, melotot apa yang dilakukan oleh cewek barbar itu. "Wlek! Ini masih pipi, belum lagi, nanti bibir. Jadi, huss ... huss ... sana, jangan ganggu mesraan Lala sama Om Edy!" lanjutnya si Nella. Jessica dongkol sama Nella, dia pun pergi dengan rasa jengkel, malu, marah, semuanya, lah. Nella melambai tangannya membuat Edy jadi makin salah sama Jessica. Dilepas tangan Nella yang mengapit lengannya itu. "Om, mau ke mana?" tanya Nella turut mengikuti jejaknya, Edy mengejar Jessica menjelaskan kesalahpahaman. Edy akhir bisa mengejar Jessica yang sudah melindang air mata, saking malu dan kesal. Kalau Edy malah diam, bukan memarahi cewek barbar itu. Nella yang tertinggal hilang jejak Edy, saat keluar dari lift, malahan Nella menemukan Edy tengah mencium Jessica. Nella sih, enggak parah cemburu, cuma, ya, ada rasa sakit sih, untuk dirasakan. Memang sudah diluar basement. Nella putar tubuhnya 90°C namun langkah kakinya terhenti, berputar dan ..., mendongak kepala Edy sudah di depannya. "Yuk, Om, jalan-jalan." Nella bersuara, Edy malah melewati terus pergi tidak hiraukan Nella. Nella tahu dia salah, tapi, tidak ada salahnya, cium pipi bukan bibir. Di susulnya si Nella. "Om, marah, ya?" Di liriknya sebentar, tak ada perubahan wajahnya. "Om, jangan diami Lala dong! Kalau, memang Lala ada salah, maaf. Lala, kan, benar, kalau tante jadi pacar, Om. Berarti Lala, istri, Om. Salah, ya?" celoteh Nella panjang lebar. Edy masih sibuk dengan ponselnya entah apa yang diketiknya itu. Sampai Nella berceloteh tak  di tanggapi. Nella masih belum putus asa tetap mengekori Edy ke mana saja. Edy berhenti di toilet pria, Nella juga turut berhenti. Melirik cewek barbar ini sebentar. "Kamu juga ingin masuk?" tanya Edy datar. Nella bengong terus melirik atas petunjuk simbol pria. Nella cengiran terus masuk mundur beberapa langkah masuk ke toilet wanita. Sebenarnya dia nggak kebelet pipis, terpaksa dia pun menunggu. ❣❣❣ Di dalam mobil, Nella kembali bermain game tadi. Edy fokus di depan jalan sedang macet lampu merah sebagian padam. Edy masih memikirkan kejadian di kantor, cewek barbar tiba mencium pipinya tanpa aba-aba. Ada sedikit deg-degan. Tapi, saat cium dengan Jessica tidak ada rasa apa-apa di jantungnya. Sampai di salah satu mall baru launching di buka. Mereka berdua pun turun bersamaan. Nella dan Edy berjalan sebelah kanan, seperti sepasang kekasih loh. Tinggi banget si Edy, sampai Nella hanya setara di ketiaknya. Huh. Masuk ke dalam, Nella tentu mampir tempat penjual Ice cream lagi. Nella memang suka dengan Ice cream. Edy sih cuek, tetap melihat ponselnya. Diturunkan ponsel miliknya Nella berikan pada Edy Ice cream itu. Edy menyimpan ponsel ke dalam saku celana, diambil Ice cream. Mereka melanjutkan jalan-jalan, banyak permainan. Duduk di salah satu kursi, menikmati Ice cream  di jilat senyum pada Edy. Nella fokus menatap sebuah televisi tentang kehamilan anak untuk masa muda. Belum lagi, ada seorang cewek setara dengannya tengah menggendong seorang bayi, suaminya biasa saja. "Om," panggil si Nella. "....." tak ada tanggapan dari Edy. "Nella ingin hamil dari Om!" seru Nella seketika, buat Edy yang sisa Ice cream di mulut tersedak menyakitkan. Nella memiringkan kepalanya menatap Edy mengelap wajahnya dengan sapu tangan itu. "Apa?" kaget Edy, "Nella ingin hamil dari Om," ulangnya lagi. Edy benar tidak mengerti pikiran cewek barbar ini. Kenal saja tidak, sudah mengada - ada soal hamil.. "Mau, ya, Om. Om, tenang saja, deh. Soal rumah tangga, cinta, Om tidak perlu cemas. Nella bisa jalani itu. Asal Om, mau ya!" desak Nella. Edy bangun dari duduknya, lalu memilih untuk pergi, membuang waktu saja, pemikiran tidak bermutu itu tidak ada ngaruh untuk dia sendiri.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD