Langkah kaki Merry terlihat tidak sabaran. Dia menyusuri koridor salah satu rumah susun seorang diri. Tanpa di temani sopir atau siapapun, dan setelah dia sampai di depan satu pintu bercat hijau, Merry terlihat menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya pelan. Kembali melakukan hal yang sama seolah cara itu bisa sedikit melegakan rasa sesak di hatinya sebelum akhirnya Merry pun mengetuk pintu usang itu. Tok... tok... tok. Merry diam sejenak, menjejakkan pandangannya ke kiri dan ke kanan, melihat sekelilingnya yang terlihat kumuh dengan beberapa tong sampah terpasang di samping pintu masing-masing kamar. Itu adalah hunian rumah susun, dan yang menempatinya kebanyakan masyarakat dari kalangan bawah, pemandangan kumuh pun tidak akan bisa lepas. Di pojok koridor terlihat air huj

