“Uhm Pak...” Reema membuka mata, menatap sayu pada sepasang mata tajam yang menaunginya. Ciuman itu terus berlanjut, Reema kewalahan mengimbanginya hingga merasakan bibirnya mulai kebas segera ia hentikan. Ia butuh mengambil jarak, napas dan menenangkan diri. Dante masih memeluk pinggangnya, “boleh saya ke kamar mandi dulu?” tanyanya ragu. Apa Dante akan mengizinkan? Atau marah karena ia menghentikan? Dante tidak menjawab dengan kata, selain sikap menarik diri. Reema lebih dulu merapikan ujung roknya yang tersingkap. Barulah pergi ke kamar mandi tidak jauh dari ruang tengah. Sadar saat pandangan Dante mengikuti punggungnya yang menjauh. Reema bersandar pada pintu kamar mandi yang sudah terkunci. Napasnya belum juga stabil, dadanya naik turun seolah baru saja menyelesaikan lari jarak j