BAB.6

1029 Words
Aku terdiam menatap Alfa yang kini sudah hidup lagi. Eh, sudah sembuh maksudnya. Cowok BBF itu sudah sembuh dan masuk sekolah hari ini. Menyebalkannya, sekarang dia sedang pamer keahlian Fisikanya dengan menjawab soal Fisika yang belum berhasil dipecahkan baik olehku ataupun teman-temanku yang lain. Padahal kemarin dia berniat menyontek tugas pada Ayu. Aneh. "Otak Alfa dari kertas kali ya, Na!" gerutu Alka, sahabat plus temen sebangkuku. "Kok gitu?" tanyaku heran. "Ya, habisnya dia nyerep pelajaran susah sekelas Fisika kayak air, padahal kemarin dia nggak masuk tapi udah bisa ngejar pelajaran," jawab Alka menjelaskan. "Hm, aku rasa otaknya bukan dari kertas," sanggahku. "Terus?" "Kain pel," ucapku. Alka yang mendengar pernyataan konyolku seketika langsung tertawa membuatku juga ikut tertawa. Tawa kami cukup keras sehingga mengundang perhatian beberapa teman yang reflek menoleh ke arah kami. "Alka! Ina!" tegur guruku. Aku dan Alka seketika langsung menghentikan tawa kami berdua. "Jangan berisik! Kalau mau bercanda di luar sana!" ucap guruku lagi. "Maaf, Pak!" ucapku. "Maaf," Alka ikutan. Pak Hanafi, guru Fisikaku hanya diam sembari melotot tajam. Sungguh menakutkan. "Ya sudah, jangan diulangi!" kata Pak Hanafi memaafkan kami yang sudah menundukkan kepala bak sedang mengheningkan cipta. "Alfa, sudah?" tanya pak Hanafi beralih fokus. "Sudah, Pak!" jawab Alfa. Aku dan Alka menghela napas lega. Kami merasa beruntung karena hanya ditegur, tidak dihukum. Alfa kembali ke tempat duduknya setelah pak Hanafi membetulkan jawabannya dan memberikannya pujian. Sungguh aku iri sekali pada Alfa. Dia sudah ganteng, pinter dan.. Eh. Apa sih. Tidak! Dia hanya cowok BBF. Sadarkan dirimu Ina. Deg! Tiba-tiba Alfa menoleh ke arahku dan mata kami bertemu. Selama beberapa detik kami saling menatap dan kurasa jantungku berhenti berdetak. Lalu tanpa diduga, Cowok BBF itu tersenyum manis membuat jantungku serasa menghilang. Aku sudah mati kayaknya, terbang tinggi ke udara. "Na," Panggilan itu membuatku kembali hidup. "Kamu kenapa?" tanya Alka menyadarkanku. "Ng-nggak apa-apa," jawabku gugup, salah tingkah. Alka mengarahkan pandangannya pada Alfa. "Wuih, dia senyum!" "Eh?" aku menoleh kembali pada Alfa. "Sama Sonia," imbuh Alka. Aku terkejut lalu memeriksa kebenaran ucapannya. Ternyata benar apa yang Alka katakan, Alfa bukan menatapku. Dia juga tidak melemparkan senyuman itu padaku. Dia melakukannya pada Fani, cewek paling cantik di kelasku.   Menurut desas-desus yang beredar, Alfa terPHP oleh Sonia. Mereka sempat dekat selama seminggu sebelum akhirnya Sonia berpacaran dengan mas Royyan, kakak kelas XII IPA-1. Sejujurnya, saat Sonia jadian dengan mas Royyan, aku adalah orang pertama yang ingin mengadakan syukuran. Aku tidak rela Alfa jadian dengannya. Aku lebih memilih mendoakan Alfa jomblo seumur hidup daripada harus melihatnya pacaran dengan orang lain. "Na," Aku menoleh dan mendapati Alka yang tengah menatapku dengan lekat. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Alka. Aku mengangguk. "Kemarin pas kamu ke rumah Alfa, gimana?" tanya Alka. Aku hanya tersenyum kecil. "Nggak baper lagi kan?" tanya Alka. Aku menggeleng pelan. "Nggak, kok!" jawabku tegas. "Baguslah, aku nggak mau kamu ketipu dia lagi," ucap Alka merasa lega. "Terus kemarin kamu ngapain aja di rumah Alfa?" tanya Alka. "Ya," aku terdiam. "Ngasih LKS," "Hah? Terus itu apa?" tanya Alka heran sambil nunjuk LKS Ayu yang ada di bawah LKS Fisikaku. Aku tersenyum kaku. "Kena BBF lagi kan?" tebak Alka curiga. "Ng-nggak, kok!" elakku. "Apaan, kelihatan dari mukamu!" sanggah Alka tidak percaya. Lagi-lagi aku hanya tersenyum kaku. "Udahlah, Na! Lupain Alfa," ucap Alka. "Maunya gitu," sahutku lemas. "Mau aku kenalin sama sepupuku?" tanya Alka menawarkan. "Sepupumu yang mana, Ka?" tanyaku heran. "Lah? Kamu nggak tahu sepupuku?" tanya Alka kaget, tidak percaya. Aku menggeleng. "Mas Angga," kata Alka. Aku terdiam. "Hm," "Wakil ketua OSIS," kata Alka menambahkan. "Hm," aku masih berpikir, berusaha keras mengingat mas Angga yang Alka maksud. "Kelas XII IPA-2," Alka memberikan clue tambahan. Aku menggaruk-garuk kepalaku. "Nggak tahu, Ka!" ucapku jujur. Alka menghela napas panjang. "Nyebelin deh! Yang kamu tahu si Alfa doang ya," sindir Alka. Aku hanya nyengir. "Itu tahu," godaku. Alka menepuk jidatnya sekali lagi. "Udah, deh! Nyerah aku sama kamu!" ucapnya membuatku merasa tidak enak padanya. "Ya pokoknya, ntar aku kenalin kamu sama mas Angga," janji Alka. "Oke," sahutku. Alka senyum, aku pun membalasnya. Kami berdua pun berkonsentrasi kembali pada pelajaran. *** Bel istirahat berbunyi dengan nyaring. Aku segera keluar kelas untuk buru-buru ke kantin. Aku ingin membeli tahu isi legend punya Bu Nurul yang terkenal enak, besar dan super murah. Tahu isi limited edition jadi stok terbatas. Jika tidak cepat-cepat bisa kehabisan. Aku menyusuri anak tangga dengan terburu dan tanpa sengaja sepatuku tersandung. Aku agak oleng tetapi berhasil menahan diri agar tidak jatuh karena berpegangan pada pegangan tangga. "Hampir aja," ucapku lega. Aku melanjutkan langkahku dan berhasil tiba di kantin. Aku pun setengah berlari menembus kumpulan anak kelaparan yang memperebutkan 'harta berharga'. Aku gunakan jurus apapun untuk bisa sampai di barisan depan. Setelahnya memindai target dan mendapati tahu isi legend itu tinggal satu. Aku bergegas mengambilnya dan berhasil beli. Sungguh terhura sekali. Perjuangan yang sungguh haqiqi. Aku pun keluar daru barisan dengan senyum lebar membuat yang lain yang nggak kebagian merasa iri. Aku pun berjalan dengan penuh kemenangan menuju kelasku. Akan gue pamerin sama si Alka yang nggak pernah berhasil beli. Haha. "Na." Aku menoleh. Si cowok BBF menghampiriku dengan setengah berlari. "Na, kamu berhasil dapet tahunya?" tanya Alfa saat sudah sampai di depanku. Aku mengangguk. "Wah, hebat." pujinya terkagum-kagum. Aku senyum, entah kenapa senang sekali padahal hanya dipuji seperti itu. "Perjuangan banget dapetnya, nih!" kataku songong. "Perjuangannya sama kayak dapetin hatiku nggak?" goda si Alfa. Aku terdiam, entah kenapa pertanyaannya membuat hatiku terengkuh. "Na." "Hm?" "Aku pengen banget tahu itu, udah setahun lebih sekah di sini, nggak pernah bisa dapet tuh tahu!" ucap Alfa sambil memelas. Aku diam saja. Entah kenapa bisa menebak maksud pembicaraan Alfa. "Kamu mau tahu ini?" tanyaku. Alfa mengangguk. "Hm," gumamku pura-pura mikir membuat si Alfa semakin greget menunggu jawaban dariku. "Ayolah, Ina cantik," bujuknya. Bah.. Copot jantungku, Fa kau bilang gitu. Tapi.. "Ayolah. Please," bujuk Alfa. "Fa," "Ya?" "Ogah! Aku lebih suka tahu isi daripada kamu!" ejekku sambil julurin lidah. "Bah, kampret." dengus Alfa. Aku membuka tahu isi itu dan memakannya di depan Alfa, membuat cowok BBF itu kejang-kejang. "Hm, eaaaaanyakk, enyaakakk," godaku. Alfa manyun. "Bagi, dong! Icip dikit," mohonnya lagi. Aku tidak peduli. Hanya melangkah pergi dengan hati happy berkubik-kubik. Rasain lu, Fa. Nggak enak kan diPHP? Haha. Pembalasan dendam yang menyenangkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD