BAB.13

959 Words
Aku duduk termenung di depan amperan toko. Aku sedang berteduh dari kejamnya hujan. Seragamku sudah basah kuyup meski aku mengenakan jas hujan. Aku yakin hanya pakaian dalamku saja yang masih kering walaupun aku belum yakin mengenai itu. Hari ini hujan turun deras sejak jam tiga pagi. Hujannya awet sehingga tidak kunjung reda meski jam sudah menunjukkan jam enam pagi. Terpaksa, aku sebagai murid yang baik harus menembus hujan agar bisa ke sekolah. Na'asnya hari ini aku piket dan dituntut datang pagi. Tetapi, hujan rupanya telah bekerjasama dengan si angin. Meski aku sudah mengenakan jas hujan, seragamku tetap saja basah. Alhasil, aku memilih berteduh dulu daripada harus datang ke sekolah dengan seragam basah. Aku menatap tetesan air yang turun ke bumi dengan berbondong-bondong. Sesekali kulipat tanganku di depan d**a, hawa dingin membuatku merinding. Tiba-tiba sebuah sepeda motor juga berteduh di tempat yang sama denganku. Sepertinya cowok, mengingat dia memakai celana SMA. Helm teropongnya dilepas dan aku kaget bukan main saat kulihat cowok itu. "Ina," sapanya ramah. Aku tersenyum. "Mas Angga," sahutku balas menyapa. Dia tersenyum dan kakak kelasku yang ganteng itu mendekat padaku. "Udah lama?" tanyanya. Aku hanya nyengir. "Lumayan, mas!" jawabku. "Mas baru berangkat?" tanyaku basa-basi. Mas Angga senyum. "Iya," jawabnya singkat. "Sendirian?" tanyaku lagi. "Iya, sendiri!" jawab mas Angga. "Kenapa? Mau ngajak berangkat bareng?" goda mas Angga. Aku garuk-garuk kepala, malu. "Bukan, mas!" jawabku. "Aku pikir mas nggak bisa bawa sepeda motor soalnya waktu itu mas nebeng ke temannya," kataku menimpali. "Owh, saat itu aku nggak bawa sepeda motor!" kata mas Angga menjelaskan. "Kenapa?" tanyaku penasaran. "Sepeda motorku rusak," jawab mas Angga. Aku hanya mangut-mangut. "Kenapa kok nanya-nanya? Ina mau mas Angga antar-jemput ya?" tanya mas Angga setengah menggodaku. Aku langsung tersipu mendengar pernyataan mas Angga. "Ng-nggak, mas!" bantahku. "Hm, jadi nggak mau ya aku antar-jemput?" tanya mas Angga lagi dengan nada agak kecewa. "Heh? Bukan gitu, mas! Maksudku, anu, hm," aku salah tingkah. Mas Angga tertawa geli melihatku begitu. "Iya, paham! Aku cuma ngegoda kamu aja," ujar mas Angga membuatku langsung menutup mulutku. Malu. "Ina kenal Alfa sejak kapan?" tanya mas Angga. "Ke-kenapa mas? Kok jadi ngebahas Alfa?" tanyaku penasaran. "Kata Alka kamu naksir dia udah lama, pengen tahu aja kebenarannya," jawab mas Angga menjelaskan. Aku terdiam. Aku menghela napas panjang. "Sejak awal MOS, Ina udah naksir Alfa, mas!" jawabku jujur. Mas Angga senyum. "Pinter, jujur amat!" pujinya. Aku hanya senyum. "Iya, dong! Kata Alka jadi cewek harus selalu jujur," sahutku. "Sekarang masih naksir nggak?" tanya mas Angga lagi. Aku mengangguk mengiyakan. "Masih, mas!" jawabku jujur. "Nggak ada niatan buat nyerah?" tanya mas Angga lagi. Aku menghela napas panjang. "Ada, tapi susah!" "Kenapa susah?" tanya mas Angga lagi. "Karena hati sialan ini, selalu aja goyah tiap kali Alfa baik!" jawabku. "Eh, maaf mas!" kataku merasa tidak enak karena sudah mengumpat. Mas Angga tertawa terbahak membuatku sedikit takut melihatnya begitu. "Kamu emang menarik banget, Na!" ujarnya. "He?" "Aku naksir kamu kayaknya," jawab mas Angga dengan santai. Daaaaarr. Petir menyambar dan aku hanya diam setelah mendengar apa yang mas Angga katakan barusan. "Tenang aja, aku juga belum yakin!" imbuh mas Angga. "Oh," ucapku. Entah kenapa sedikit kecewa. "Tapi, kalau aku serius. Boleh aku deketin kamu?" tanya mas Angga. Aku mengangguk. "Kalau gitu, akan aku buat kamu naksir aku Na! Tapi sebelum itu aku harus mastiin dulu perasaanku padamu," kata mas Angga lagi. Aku hanya mengangguk sekali lagi. "Oh iya, nama lengkapmu siapa?" tanya mas Angga. "Ina Zakaria, mas!" jawabku. "Lahir kapan?" tanya mas Angga. "23 Februari, mas!" jawabku. "Suka makanan apa?" tanya mas Angga lagi. "Bakso, mas!" Mas Angga senyum. "Nggak ada niatan nanya balik ya?" sindirnya. Aku hanya tersenyum kecil. "Mas, nama lengkapnya siapa?" tanyaku. "Angga Laksana," jawab mas Angga. "Lahirnya kapan?" tanyaku lagi. "20 oktober," jawab mas Angga. "Dan aku suka banget mie ayam," imbuh mas Angga tanpa menunggu kutanya lebih dulu. Aku tertawa geli. Mas Angga ternyata cowok yang peka atau emang dia itu lucu. "Alka juga suka banget mie ayam, mas!" ucapku. Mas Angga senyum. "Kalau dia mah apa aja suka," kata mas Angga. Aku mengangguk mengiyakan. "Betul, tuh!" Mas Angga tertawa membuatku reflek juga tertawa. Kami pun hanya diam beberapa detik kemudian. Kehabisan topik. "Aku ganteng nggak?" tanya mas Angga memecah keheningan di antara kami. Aku mengangguk. "Ganteng, kok!" "Banget?" tanya mas Angga lagi. Aku berpikir sejenak. "Banget," jawabku. Mas Angga senyum. "Baik nggak aku?" tanyanya lagi. "Hm, Ina nggak tahu sih, mas! Tapi selama kenal mas, Ina rasa mas cowok yang baik!" jawabku. "Ina besok ada acara?" tanya mas Angga. Aku menggeleng. "Nggak ada, mas!" jawabku. "Kenapa?" tanyaku penasaran. "Mau kencan?" jawab mas Angga balik nanya. "Heh?" Mas Angga senyum lebar. "Aku kan udah bilang mau mastiin perasaanku ke kam, Na! Jadi, harus ngedeketin kamu buat nyari tahu," kata mas Angga ngejelasin. "Oh," sahutku ber-O-ria. "Ina rumahnya dimana?" tanya mas Angga. "Ah, deket kok mas! Rumah Ina di-," "Ah, ribet! Aku pelupa. Share location aja ya," pinta mas Angga. Aku mengangguk. "Nomer wa mu berapa?" tanya mas Angga. Aku pun memberikan nomer waku padanya dan kakak kelasku yang ganteng itu langsung mendaratkan pesan 'ping' padaku. "Makasih ya, besok aku jemput!" ujar mas Angga. Aku menganggukkan kepalaku, masih nggak percaya kalau bentar lagi aku akan kencan. "Oh, hujannya udah reda," kata mas Angga seraya menunjuk langit yang memang sudah mengurangi kadar air yang dijatuhkannya. "Kalau gitu mas duluan ya," kata mas Angga lalu mulai naik ke motornya. "Jangan kelamaan neduh, entar telat!" kata mas Angga mengingatkan. Aku hanya mengangguk. "Iya, hati-hati, mas!" Mas Angga naik ke sepeda motornya lalu pergi setelah melambaikan tangan padaku. Aku pun bergegas naik ke sepeda motorku juga. Aku tidak mau terlambat ke sekolah. Kencan dengan mas Angga ya, mungkin ini waktu yang tepat untuk bisa move on dari Alfa sekaligus dapet pasangan kalau mas Angga sudah yakin dengan perasaannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD