BAB.14

1116 Words
Aku setengah berlari menyusuri koridor kelas untuk bergegas ke kelasku. Hujan hari ini sungguh lama dan aku terpaksa menembusnya agar bisa sampai di sekolah sebelum jam tujuh. Bagaimana pun hari ini aku piket dan kelas harus sudah bersih sebelum pelajaran jam pertama dimulai. Aku memasuki kelas dan kulihat hanya sebagian temanku yang sudah datang. Diantara mereka, salah satunya adalah Alfa. Cowok BBF itu sedang berdiri di dekat jendela dengan menjulurkan sebelah tangannya pada rintik hujan dari sela-sela kaca. Aku mengabaikannya, hanya meletakkan tasku kemudian bergegas mengambil sapu. Aku ambil salah satu sapu dan berbalik badan, hendak mulai menyapu. "Na!" Aku terperanjat kaget dan spontan mundur ketika Alfa sudah berdiri di depanku. "A-apa?" sahutku gugup. Alfa tidak menjawab, cowok BBF itu hanya mengibas-ngibaskan tangannya yang basah ke wajahku. "Alfa, stop! Dingin!" pintaku. Alfa tidak peduli, cowok BBF itu tetap melakukan kejailannya. "Duh, stop! Aku mau nyapu, Fa!" rengekku. "Bodo! Suruh sapa kamu bikin salah!" sahutnya. "Aku baru dateng! Salah apaan?" tanyaku merasa bingung. "Genit!" ejeknya. "Heh? Apaan sih! Nyebelin!" ujarku semakin bingung dengan sikapnya. Alfa menghentikan keusilannya. Dia menatapku lekat dengan ekspresi yang belum pernah kulihat. "Na," panggilnya. "Apa?" sahutku. "Kamu masih suka aku?" tanyanya. "Hah?" "Kamu masih suka aku?" ulangnya. "Bah, apaan tuh kok nanya gitu?" ujarku agak jutek, sedang berusaha menyembunyikan perasaan malu karena ketahuan belum bisa move on. "Jawab!" kata Alfa tegas. "Kagak!" sahutku berbohong. "Kenapa nggak?" tanya Alfa lagi. "Karena kamu nggak ngerespon perasaanku!" jawabku sekenanya. "Ya, berjuanglah lagi sampai aku respon!" ujar Alfa seenak jidat. "Emang kamu pikir nata hati yang ancur kayak milih gelas pecah? Aku sakit hati kamu tolak!" kataku jujur. Entah kenapa mulutku dengan sesuka hati mengeluarkan apa yang selama ini aku pendam sendiri. Alfa senyum. "Meski aku yang minta?" tanya Alfa. Aku terdiam. Ini cowok BBF maksudnya apa coba? Dia mau mainin perasaanku lagi? "Fa," "Ya?" "Aku cewek," ucapku tegas. Alfa senyum. "Iya, udah tahu!" sahut Alfa. Aku mengerutkan keningku. Dia tahu dan masih ngeledek aku cowok? Dia mintag ditampol? "Cuma kadang kamu ambigu," kata Alfa melanjutkan. "Asem kau!" dengusku kesal. Alfa mendekatiku hingga aku spontan mundur. Cowok BBF itu terus maju hingga tubuhku merapat di dinding. "A-apa!??" kataku gugup setengah mati. "Na," "Aa-pa?" jantungku makin menggila. Debarannya sudah melebihi 100 km/detik. "Aku," Alfa menatap lekat mataku dan dia melemparkan senyuman yang mampu membuatku terpana. Otakku konslet dan entah kenapa malah fokus sama bibir merahnya yang menggoda iman itu. Aku rasa sedikit lagi aku benar-benar bakalan khilaf. "Na!" panggil Alfa lagi dengan lembut. Aku menelan ludah. Ini sungguh luar biasa salah fokus, bibir itu semakin dekat. Hembusan napasnya kini mulai bisa kurasakan. Alfa mendekat!!! Grap. Eh? Alfa menjauh. Dia tersenyum dengan memamerkan sapu yang berhasil dia rebut dari tanganku. "Hari ini aku juga piket, aku bantu nyapu ya!" katanya lalu mulai menyapu. Aku berdiri mematung. Masih tidak rela dengan kenyataan yang ada. "Na!" panggil Alfa lagi. Aku masih diam dengan menghela napas berkali-kali. Entah kenapa kecewa. "Ciyeee, baper!" goda Alfa. Aku manyun. "Jahat!" dengusku kesal. "Kamu lebih jahat!" sahut Alfa nggak terima. "Kau!" "Kau!" "Kau!" "Kau! Kau! Kau!" "Apaan sih, salahku apa?" tanyaku tidak mengerti. "Pagi-pagi udah bikin aku BT. Ngapain berduaan di amperan toko sama gebetan?" tanya Alfa. "Lho?" "Apa? Kaget ketahuan?" Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. "Kok kamu tahu, Fa?" tanyaku bingung. Alfa tersentak kaget. "Ya, ta-tahulah! Aku punya mata kale! Nggak sengaja lihat!" sanggah Alfa. "Eh? Kamu lihat aku sama mas Angga?" tanyaku memastikan. "Sekilas, doang! Ah, tauk ah! Aku males nyapu dah!" Alfa meletakkan kembali sapu yang dipegangnya lalu keluar dari kelas. Aku hanya berdiri mematung, shock dengan kenyataan kalau Alfa ternyata melihatku dan mas Angga tadi. Dia marah? Cemburu? Atau ini hanya triknya agar aku gagal move on? "Na!" Aku menoleh dan si Alka sudah datang. Sahabatku itu langsung datang dan memelukku. "Kok seneng amat, ada apa?" tanyaku kepo. "Aku punya kabar gembira buatmu!" jawab Alka semangat. "Apaan?" tanyaku. "Semalem aku berhasil ngebujuk mas Angga dan dia bilang mau PDKT sama kamu!" jawab Alka semangat. "O," sahutku ber-O-ria. "P," "Q," "Es Teh," kata Alka nggak mau kalah. "Dua gelas!" Alka menyipitkan matanya. "Yakin nih mau sambung kata?" godanya setengah kesel. Aku senyum. "Boleh!" "Hari ini," kata Alka memulai permainan. "Hujan turun." "Dengan deras." "Bikin seragam." "basah semua!" "Cangkul-cangkul, cangkul yang dalam menanam jagung di kebun kita," kataku mulai nyanyi membuat Alka spontan ketawa. "Bisa aja, deh!" Aku senyum. "Kamu udah tahu ya mas Angga mau PDKT sama kamu? Kok nggak kaget gitu?" tebak Alka. Aku mengangguk. "Iya, tadi pagi aku ketemu mas Angga!" kataku jujur. "Wih, kok bisa?" tanya Alka heran. "Entah, kebetulan aja neduhnya di tempat yang sama!" jawabku. "Hm, neduh di tempat yang sama. Kayak takdir gitu ya!" kata Alka menyimpulkan sendiri. "Haha, kejauhan mikirnya. Kebetulan, doang!" sanggahku. "Kebetulan itu bagian dari takdir lho, Na!" kata Alka. "Hm, bisa jadi!" Alka mencubit gemas pipiku. "Dih, ini anak emang nyebelin! Pokoknya kamu harus semangat? Sepupuku itu 100% setia dan baik! Aku yakin dia nggak akan nyakitin kamu!" kata Alka promosi. "Iya, iya, aku usahain!" "Jangan cuma usaha! Lakuin yang terbaik!" "Oke, oke, aku juga nggak bisa sembarangan ngambil keputusan, Ka. Dia sepupumu!" "Memangnya kenapa kalau sepupuku?" tanya Alka heran. "Ya, takutnya kalau misalnya nih nggak berjalan lancar, akan berdampak pada persahabatan kita," terangku. "Oh, nggak kok! AKU bisa membedakan mana yang urusan percintaan dan persahabatan!" kata Alka menjamin. "Beneran? Aku nggak mau musuhan karena cowok lho, Ka!" "Tenang ajalah! Aku nggak sesempit itu mikirnya! Lagian aku cuma mau kamu move on dari cowok BBF kayak si Alfa!" Aku senyum. "Iya, iya, makasih!" Alka senyum juga. "Yaudah, aku buang sampah dulu! Kamu bisa gantiin aku nyapu kan?" tanyaku meminta bantuan Alka. "Oke," sahut Alka mengiyakan. Aku pun bergegas mengambil keranjang sampah dan keluar kelas. Di depan kelasku ada tempat sampah yang lebih besar. Jadi intinya sampah di kelas hanya dipindahkan dari keranjang ke tempat sampah yang lebih besar. Bonusnya, tempat sampahnya berada tidak jauh dari kelasku. Jadi, cuma jalan bentar sampai. Aku menuangkan sampah di keranjang ke tempat sampah itu. "Na!" Aku menoleh dan kulihat si cowok BBF nongol lagi. Maunya apa coba? "Apa?" "Besok sore kamu ada acara?" "Emangnya kenapa?" tanyaku. "Aku jemput ya, temenin aku jalan-jalan!" "Hah?" "Dilarang nolak!" "Heh? Tapi aku-," "Nolak, aku cium!" potong Alfa. Aku mematung. "Ntar jadi homo kalau nyium aku, Fa!" gurauku. "Nggak, kan kamu cewek!" bantahnya. "Tapi kamu bilang aku kayak nenek-nenek 60 tahun yang nggak boleh dipacarin kan?" sanggahku. "Nggak boleh dipacarin bukan berarti nggak boleh dicium kan?" "Iya, sih!" "Yaudah! Besok sore aku jemput!" kata Alfa lalu masuk kelas. Aku masih diam. Keranjang sampah yang kupegang ikutan jemplung ke bak sampah. Ini mimpikah atau otaknya si Alfa lagi ketinggalan di suatu tempat? Wait! Besok sore?Aku punya janji kayaknya. Iya nggak, sih? Hm..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD