02

1340 Words
_____________________ Kata orang, Jika kita bertemu secara tidak sengaja sebanyak 3 kali berarti itu bukan sebuah kebetulan, akan ada pertemuan pertemuan selanjutnya setelahnya. Dan ini pertemuan kedua kita. Akankah kita bertemu pada pertemuan ketiga? _____________________ "Baiklah, kamu di terima di sini sebagai kasir. Saya lihat kamu adalah gadis yang jujur. Kamu bisa bekerja mulai besok" Ucapan ibu pemilik restoran china tempat ia melamar kerja adalah sebuah kabar yang sangat menggembirakan. Bianca tidak bisa berhenti tersenyum. Ia mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu pemilik restoran yang biasa di panggil mak cik tersebut. Memang ibu pemilik restoran china tersebut adalah orang china yang mungkin dari kecil sudah ada di indonesia. Buktinya ia lancar berbicara bahasa indonesia, tidak ada cacat sedikitpun dan bahkan bisa bahasa betawi. Hebat. Setelah 4 hari berturut turut mencari kerja baru hari ini Bianca mendapatkan pekerjaan. Dan lebih baik di banding pencuci piring. Bianca di percayai bekerja menjadi seorang kasir. Bianca pulang dengan hati senang,  wajahnya berseri. Di tangan kirinya sudah ada bungkusan nasi goreng yang akan menjadi makan malamnya. Sedangkan tangan kanannya menenteng tas yang selalu ia bawa. Ia berjalan dengan sesekali bersenandung mengungkapkan kegembiraannya. Kegembiraan itu lenyap begitu saja saat ia mendengar suara gaduh di dalam gang. Bianca menjadi takut, tidak biasanya gang menuju rumah susunnya terjadi kerusuhan apalagi terdapat sebuah mobil mewah dan juga beberapa mobil di belakangnya. Biaca menjadi ragu untuk melanjutkan langkahnya. Apa ia tunggu saja kerusuhan itu bubar? Tapi perutnya sudah berdemo minta diisi karna dari siang ia tidak makan. Pagi ia hanya makan gorengan untuk mengganjal perutnya. Apa yang harus ia lakukan? "Kan aku gak salah? Jadi apa salahnya hanya lewat? Bi kamu gak perlu takut! Semangat!" Dengan langkah cepat bianca memasuki gang menuju rusun miliknya. Kegaduhan semakin terdengar saat Bianca bisa melihat seorang pria yang babak belur di pukuli oleh beberapa pria berbadan besar. Seorang pria yang membelakangi bianca hanya menonton. Bianca menjadi takut bukan main. Ia fikir hanya kegaduhan biasa, tapi ini bukan kegaduhan biasa. Ini sudah aksi percobaan pembunuhan. Tangan bianca gemetar, nasi goreng yang ia genggam sudah jatuh ketanah bersamaan dengan tubuhnya hingga membuat pria yang membelakanginya itu menyadari keberadaannya. "Ada tikus kecil rupanya disini?" Ucap suara bariton tersebut. Suara dari pria yang tadi membelakanginya kini sudah berjalan menuju kearahnya. Tubuh bianca seolah terpaku. "Kalian bawa santapan kita di gudang seperti biasa. Aku harus menyelesaikan masalahku dengan tikus kecil dulu." "Apa gadis ini tidak perlu dibereskan bos?" "Tidak perlu, tikus kecil hanya sebuah kerikil kecil. Nanti dia akan pergi dengan sendirinya" "Baik boss. Kami ke gudang dulu" "Hmm" Para bodyguard atau lebih pantas disebut anak buah Brandon menggotong pria lemah yang sudah berceceran darah tersebut. Bianca takut menatap orang orang menyeramkan yang melewatinya. Ia meremas rok selutut yang ia pakai dengan memejamkan matanya rapat rapat. Bianca sungguh takut. Melihat para anak buahnya sudah pergi, brandon menghampiri Bianca. Pria itu berjongkok, di perhatikannya wajah takut gadis itu. Air mata sudah membasahi pipinya dan bahkan bibirnya bergetar menahan isak. Brandon menarik dagu gadis itu. "S..saya hiks hanya..hanya hiks lewat" jelas Bianca. "Tapi kamu lihat anak buah saya memukuli pria tadi. Kamu harus saya bunuh" "J..jangan maafkan saya." "Apa bibirmu bisa diajak kerja sama? Apa bibir ini tidak akan membocorkan apa yang sudah terlihat?" "B..bisa. saya hanya ingin lewat saja. Saya tidak sengaja. D..dan sa..saya tidak akan ikut campur. Maafkan saya. Saya mohon hiks" "Sepertinya kamu tidak asing. Apa kita pernah berte.. ah, kamu gadis yang menyebrang tidak pakai mata itu kan?" Brandon yang sedari tadi memperhatikan wajah terpejam dan ketakutan gadis itu langsung teringat wanita yang berani mengatakan bahwa sikapnya tidak baik karna sudah membentak pria buta yang ia bantu menyebrang. Brandon menatap nyalang gadis yang sudah membuka kedua mata teduhnya. "Kamu tahu saya benci di recoki? Kamu tahu berapa kali kamu merecoki urusan saya gadis kecil?" Bisik Brandon. "Saya tidak bermaksud untuk.." "Diam!!!" Bentak Brandon. Bersamaan dengan bentakan Brandon tubuh Bianca semakin ketakutan. Kedua mata teduh gadis itu kembali terpejam. Ia tidak kuat menatap mata tajam Brandon yang masih mencengkram dagunya. "Saya benci wanita lemah sepertimu. Sangat benci! Kamu tidak pantas hidup mengingat kamu sudah 2 kali mencari masalah dengan saya." "Pak..saya minta maaf. Lepaskan saya hiks." "Tidak bisa, kamu harus saya bunuh agar wajah kamu tidak ada di hadapan saya lagi." "Jangan hiks.. jangan pak hiks. Saya akan tutup mulut. Saya janji." Tangis bianca semakin keras kala Brandon mengatakan akan membunuhnya. "Dasar gadis bodoh!" Brandon berdiri, pria itu melepaskan cengkraman tangannya pada dagu Bianca kasar hingga gadis itu tersungkur di tanah. Brandon berjalan meninggalkan gadis yang tengah bergetar ketakutan dengan sengaja menginjak nasi bungkus yang tergeletak di tanah hingga nasi bungkus tersebut sudah tak berbentuk. Tak layak untuk dimakan lagi. Brandon kejam, bahkan nasi bungkus itu adalah makanan satu satunya yang Bianca beli untuk mengisi perutnya. Brandon pergi tanpa menoleh ke belakang. Seolah ia tak melakukan kesalahan apapun pada gadis kelaparan yang berantakan penampilannya. "Aku harus apa? Perutku lapar hiks" lagi lagi hanya tangis yang bisa Bianca lakukan. Ia tidak berdaya untuk melawan perlakuan Brandon. Mungkin pria itu bisa makan enak hanya dengan jentikan jari. Tapi Bianca? Gadis itu harus bekerja keras. Dengan sekuat tenaga Bianca berdiri, ia berjalan dengan kaki gemetar menuju rusunnya. Biar ia kelaparan untuk hari ini. Besok ia akan memasak untuk sarapannya. Malam ini tubuh Bianca lemas, energinya terkuras habis. _____ Aku terbangun pagi hari pukul 5, hari ini adalah hari pertamaku bekerja. Dan perutku yang dari semalam berdemo hari ini berdemo lagi. Memang sulit hidup mandiri tanpa Ibu panti. Andai saja pria menyeramkan itu tidak menginjak nasi bungkusku. Pasti aku sudah makan dan hari ini aku hanya beli bubur untuk sarapan. Aku berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri di ruangan yang sangat kecil berada di dalam rusun. Berukuran 2x3 meter. Hanya ada WC dan juga bak kecil untuk diisi air. Memang kecil dan sangat tidak mewah, tapi aku bersyukur ada WC di dalamnya. Karna biasanya rusun hanya menyediakan kamar mandi tanpa WC dan kita disuruh untuk buang air besar di WC umum. Usai membersihkan diri aku mengganti bajuku dengan seragam yang di berikan mak cik. Seragamnya bagus, rok selutut dan juga atasan baju china berwarna merah tanpa lengan. Kata mak cik aku harus menyanggul rambutku dan memberinya sedikit anak rambut. Aku menurutinya karna aku memang bisa menata rambut ala china. Kemarin aku melihat salah satu pegawai. Ku oleskan bedak dan juga make up seadanya. Aku tidak bisa berias. Hanya bedak, lipstick dan juga eyeliner serta mascara. Setelah siap, ku kenakan jaket dan keluar setelah mendengar suara bapak sayur keliling menggema. Aku menuruni 4 tangga sekaligus karna rusunku berada di lantai 4. Saat sudah berada di lantai dasar ibu ibu sudah berkumpul memilih sayuran dengan bergosip gosip. Yah sudah biasa ibu rusun bergosip saat berbelanja. "Iya.. kemaren itu di bawa sama mafia. Habisnya bawa kabur uang 12M" Deg Mendengar gosip ibu ibu rusun aku menajamkan pendengaranku karna ibu rusun mengatakan seseorang di bawa mafia. Aku langsung yakin orang yang dimaksud ibu ibu rusun adalah pria yang babak belur di gang semalam. "Ih kok serem gitu ya buk? Habisnya sih, kok bisa gituloh bawa uang 12M? Punya mafia lagi! Terus gimana nasibnya itu anak pak RT buk?" Ibu rusun lantai 2 menyahuti. "Katanya sih udah dibunuh! Buktinya tadi ada mobil jeep yang bawa mayat anak pak RT. Mengenaskan buk. Kepalanya bolong" Tanganku semakin bergetar mendengar penuturan ibu ibu rusun. Kasian anak Pak RT. Jika aku bisa melawan kemarin, aku akan melaporkannya pada polisi. "Ibu kenapa tidak dilaporkan pada polisi? Bagaimana tanggapan pak RT?" Kini aku bertanya, apa yang pak RT lakukan untuk kematian anaknya. Apa tidak ada tindakan? Pertanyaan itu menggangguku. "Pak RT dan warga tidak ada yang berani neng. Polisi gaada yang berani buat nangkep mafianya. Dia sudah terkenal kejam dan kekuasaannya tidak bisa dilawan." Jelas salah satu ibu yang menjelaskan. Mendengar itu sungguh membuatku ingin lenyap saja dari dunia ini. Sudah dua kali aku membuat kekacauan dan dua kali juga aku bersitatap dengan mafia yang dikatakan ibu ibu komplek. Pantas saja dia mafia, wajah dan tatapannya sangat menakutkan. Aku tidak akan mau bertemu dengannya. Semoga tuhan mengabulkan permintaanku. - To be continue -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD