Sudah tidak bisa aku gambarkan lagi seberapa besar rasa rinduku pada Wendy. Lebih dari tiga hari aku tidak bertemu dengannya, tidak memeluknya, tidak menghirup aromanya. Rasanya sudah tidak sabar untuk bermesraan dengan gadisku yang kata Riko menangis ketika dia datang mengantarkan titipanku kemarin. Tadi pagi, dia sepertinya hendak pergi ke Rumah Sakit. Aku mengerjainya dan seperti biasa, wajahnya selalu menggemaskan. “Mas, di panggil Ayah.” Ucap Chiko tiba-tiba sudah ada di depan pintu. Aku sendiri baru saja mandi sore, sudah wangi dan niatnya aku hendak ke kamar Wendy lebih awal. “Suruh ngapain?” tanyaku. “Mana aku tahu, kalau aku nanya-nanya nanti aku ikutan di strap di ruang kerja Ayah.” Jawab anak itu cuek. Terlihat sedang mengunyah sesuatu yang lezat, kemudian melipir meninggalk