Pelukan hangatnya, senyumannya, nadanya saat menyanyikan lagu ulang tahun, gelak tawanya melihat aku menangis jelek sambil berucap manja padanya dan caranya membuat aku nyaman dengan elusan lembutnya di kepalaku. Semua itu meuntuhkan semua perasaan gundah yang kemarin sempat menginvasi hatiku. Di mana lagi aku bisa menemukan laki-laki sesempurna ini? Saking sempurnanya Regarta di mataku, aku sampai takut kehadirannya di dalam hidupku hanya ilusi. Hanya imaginasiku belaka karena terlalu menyukainya. Aku takut dia hanya bagian dari mimpi-mimpi indah yang akan hilang ketika aku bangun esok hari. “Jadi selama aku nggak datang, kalau malam kamu ngapin?” tanyanya sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarku. Mungkin dia sedang mencari sesuatu yang baru yang mungkin aku kerjakan. “Ngg