Bab 9

1190 Words
"Terima kasih, Mas, juga Ibu dan Bapak." Suara Yasmin bergetar. Ia masih syok dengan apa yang terjadi padanya beberapa saat lalu. Pelecehan yang hampir dilakukan Miko membuatnya syok. Yasmin susah payah berlari dari kejaran pria itu hingga ia hampir saja tertabrak mobil yang tiba-tiba melintas. Beruntung pengendara mobil yang ternyata sepasang suami istri dan seorang pria yang adalah putra mereka, menawarkan bantuan untuk mengantar pulang dan tentu saja Yasmin tidak menolak. DI sinilah mereka sekarang. Di depan rumah yang selama satu tahun Yasmin tempati bersama Mahesa dan kini bertambah Gayatri sebagai penghuni baru. "Kamu yakin baik-baik saja, Nak? Mau kami antar sampai ke dalam?" Wanita berjilbab lebar itu mengelus lengan Yasmin yang terasa dingin. Tatapan wanita tersebut sangat teduh, hingga Yasmin merasa tenang saat beradu pandang dengannya. "Tidak usah, Nyonya. Saya bisa sendiri. Sekali lagi terima kasih atas pertolongan kalian." Wanita itu tersenyum lembut. "Sama-sama. Jaga diri kamu baik-baik." Yasmin mengangguk kepada dua orang pria berbeda usia yang duduk di depan. Tepat saat pandangannya bertemu dengan pria muda yang duduk di balik kemudi, Yasmin sempat tertegun. Pria itu menatapnya tak biasa. Yasmin menunduk sebab tidak nyaman dengan tatapan lekat pria tersebut. Perlahan, Yasmin membuka pintu mobil. Tak lupa berpamitan sekali lagi sebelum melangkah menuju rumah yang nampak sepi. Jam sepuluh malam. Mungkinkah Mahesa dan Gayatri sudah tidur? Dengan langkah pelan dan kaki yang masih sedikit gemetar, Yasmin menuju kamarnya di lantai atas. Ia ingin segera beristirahat sebab raga dan jiwanya terasa sangat lelah. Mengesampingkan rasa penasaran karena tidak melihat Mahesa maupun Gayatri yang biasanya sedang bercengkerama di ruang keluarga. Sepertinya dugaannya benar. Mahesa dan Gayatri sudah tidur dan karena itulah, Mahesa tidak mengangkat panggilan darinya. Namun, dugaan Yasmin terpatahkan ketika tak sengaja berpapasan dengan Mahesa yang baru saja keluar dari kamar Gayatri. Suaminya bertelanjang d**a dengan bawahan hanya memakai boxer. Yasmin mencelos. Sudah bisa dipastikan Mahesa dan Gayatri baru selesai memadu kasih. "Yasmin? Kamu baru pulang?" Mahesa nampak terkejut. Pria itu memindai penampilan sang istri yang berantakan. Pakaian Yasmin tidak serapih tadi siang. Pun dengan wajahnya yang nampak lelah dengan mata yang sembab. Yasmin mengepalkan tangan. Ketakutan atas apa yang dilakukan Miko berubah menjadi emosi yang siap meluap saat melihat Mahesa yang sama sekali tidak mengkhawatirkannya. Tidakkah pria itu cemas karena ia baru pulang? Atau setidaknya, mengirim pesan sekali saja untuk menanyakan keberadaan dirinya di luar sana? Ah ... sepertinya harapan Yasmin terlalu berlebihan. Jangankan khawatir, Mahesa justru senang sebab bisa bebas berduaan dengan Gayatri tanpa merasa sungkan atas keberadaannya di antara mereka. "Kamu dari mana saja, Yasmin? Kenapa jam segini baru pulang?" Mahesa mengulang pertanyaan sebab sang istri tak kunjung menjawab. "Apa pedulimu, Mas? Mau aku pulang larut atau bahkan tidak pulang sekalipun, bukankah tidak ada artinya bagimu?" Mahesa tercengang. Nada bicara Yasmin sangat dingin. Jika biasanya istrinya itu akan senang saat ia bertanya sebab dianggap sebagai salah satu bentuk perhatian, kini justru Yasmin nampak tidak suka. "Kamu kenapa?" Mahesa mendekat, bermaksud menyentuh lengan sang istri, tetapi Yasmin dengan sigap melangkah mundur. Tanda merah di leher Mahesa yang tak sengaja ia lihat membuatnya makin muak. Bisa-bisanya mereka asik berbagi peluh di saat dirinya hampir dilecehkan dan hampir celaka. "Aku baik-baik saja, tidak perlu berpura-pura cemas." Yasmin tidak ingin menangis di depan Mahesa. Namun, ia selalu lemah jika sudah dihadapkan pada tatapan sendu pria itu. Pertahanan Yasmin sia-sia. Tangisnya pun pecah tanpa bisa dicegah. "Aku tidak sedang berpura-pura. Aku memang khawatir melihat penampilanmu yang seperti ini. Katakan, kamu kenapa? Apa ada orang yang menyakitimu?" 'Kamu! Kamu yang menyakitiku, Mas!' Batin Yasmin berteriak. "Sungguh kamu tidak sedang berpura-pura? Kamu ingin tahu apa yang terjadi padaku sampai pulang selarut ini?" Yasmin tersenyum sinis. Baiklah, ia akan mengatakan apa yang terjadi padanya. Yasmin ingin melihat, bagaimana reaksi Mahesa setelah mendengar ini. "Aku hampir saja dilecehkan." Mahesa terperangah. "Aku berlari tak tentu arah untuk menghindari kejaran pria itu. Aku juga menghubungi kamu untuk memintamu menjemputku, tapi sayang kamu tidak mengangkatnya sama sekali karena ternyata." Yasmin tercekat. Matanya memindai penampilan Mahesa dari atas sampai bawah. "Kamu sedang bersenang-senang dengan Gayatri." Tatapan Mahesa makin menyendu. Rasa bersalah muncul setelah mendengar penjelasan sang istri. Ia merutuki diri yang tidak sempat mengecek ponsel karena terlalu larut dalam kesenangan bersama Gayatri, hingga mengabaikan keberadaan Yamin di luar sana yang ternyata sedang dalam bahaya. "Aku minta maaf, Yas. Aku--" "Tidak perlu." Yasmin mengangkat tangan. Menghentikan langkah Mahesa yang ingin mendekat. "Tidak perlu meminta maaf. Salahku yang terlalu berharap padamu. Berpikir bahwa kamu masih punya rasa peduli padaku, tapi aku lupa bahwa aku tidak berarti apa-apa bagimu.” "Yasmin ...." Mahesa memelas. Sungguh, ia merasa bersalah telah mengabaikan keselamatan istri pertamanya. "Bisakah kamu menyingkir? Aku ingin istirahat." Yasmin mengabaikan tatapan memelas suaminya. Mahesa sadar akan sia-sia jika ia berbicara dengan Yasmin yang masih belum tenang. Pada akhirnya, pria itu bergeser, memberi ruang pada sang istri agar bisa masuk ke kamar. Tubuh Yasmin menghilang di balik pintu, tetapi Mahesa masih tertegun di tempatnya. Baru kali ini ia merasa menjadi pria yang tidak berguna. Tidak bisa melindungi salah satu istrinya yang sedang dalam bahaya. Malam itu, Mahesa tidak kembali ke kamar Gayatri. Memilih berdiam diri dan merenung di ruang kerja. Bayang wajah Yasmin yang nampak kecewa terus berkelindan. Ia ingin meminta maaf, tetapi entah dengan cara bagaimana. ****** Sejak tadi pagi Yasmin sama sekali tidak keluar kamar. Gayatri merasa cemas sebab mantan sahabatnya itu belum makan sama sekali. Ia ingin menemui Yasmin di kamarnya, tetapi urung ia lakukan sebab takut Yasmin tidak akan suka. Mahesa pulang ketika jam makan siang. Rasa cemas terhadap Yasmin membuatnya memutuskan untuk mengecek kondisi istri pertamanya tersebut. Setelah menceritakan pada Gayatri tentang apa yang terjadi pada Yasmin kemarin malam, pria itu bergegas ke lantai atas untuk menemui Yasmin yang kata Gayatri belum keluar kamar sejak tadi pagi. Pintu kamar Yasmin tidak dikunci. Mahesa menerobos masuk tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Pria itu tertegun. Kondisi Yasmin tidak seperti yang ia pikirkan. Sang istri justru sedang berdiri di depan cermin, mematut diri yang sudah berpakaian rapi. Yasmin melirik Mahesa sekilas. Tidak ingin bertanya maksud pria itu datang ke kamarnya. "Kamu belum makan dari tadi pagi. Kita makan siang bareng. Atau ... kamu ingin makan di luar?" Yasmin mengambil tas yang tergeletak di atas tempat tidur. Memilih Mengabaikan perkataan Mahesa. "Kamu mau ke mana? Biar aku antar," tawar Mahesa tak ingin menyerah membujuk sang istri. "Tidak usah sok peduli, Mas Hesa. Rasanya aneh. Biasanya juga kamu tidak pernah peduli aku mau pergi ke mana pun." Mahesa menahan lengan Yasmin yang berjalan melewatinya. Menatap lekat manik sang istri yang menatapnya tidak suka. "Aku antar," ulangnya penuh penekanan. "Tidak usah." Yasmin menghempaskan tangan Mahesa, tetapi sia-sia sebab cengkraman suaminya terlalu kuat. "Jangan membantah, Yasmin. Aku paling tidak suka penolakan apalagi dari istriku sendiri." "Dan aku paling tidak suka dipaksa. Sudahlah, Mas Hesa. Bersikap seperti biasanya saja. Jangan membuatku tertawa dengan sikap sok pedulimu ini!" "Aku sedang tidak berpura-pura peduli. Aku memang mencemaskanmu, Yasmin." Mahesa menyentak tubuh sang istri hingga membentur dadanya. Untuk pertama kalinya ia tidak suka dengan sikap Yasmin yang seperti ini. Sang istri menolaknya dan Mahesa tidak terima. Tanpa mereka sadari, Gayatri mengintip dari balik pintu kamar yang sedikit terbuka. Tatapan Mahesa pada Yasmin berbeda. Gayatri takut suaminya mulai menaruh rasa. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD