Bab 2

1243 Words
Clara tersenyum melihat pria itu mendongak setelah dirinya berdiri di dekatnya. Clara langsung menjatuhkan tubuhnya di pangkuan pria itu. Bruk "Tampan sekali." Ujar Clara dengan penuh kesadaran. "Menyingkir Lah. Jangan menggangguku." Titah pria itu dengan penuh ketegasan, meminta agar Clara menjauh. Clara membenarkan posisinya, mencari posisi yang nyaman, bukan untuk pergi sesuai permintaan pria itu. "Mau menjalin kerjasama denganku?" tanya Clara seraya mendekatkan wajahnya pada wajah pria itu. "Kerjasama dalam bentuk apa?" tanya pria itu karena dia melihat Clara tidak sedang membicarakan masalah pekerjaan yang menghasilkan uang. Clara mulai menjelaskan kerjasama apa yang Clara inginkan. Setelah pria itu mengerti, pria itu langsung melumat bibir Clara dengan sangat rakusnya, dan lumatan itu langsung mendapat respon dari Clara, hingga pria itu merasa kenikmatan. Pria itu langsung menggendong Clara dan membawanya pergi. Disaat Clara bersenang-senang dengan pria pilihannya, beda halnya dengan Soni yang sedang marah karena menunggu Clara yang tak kunjung pulang. Soni menunggu Clara bukan karena Soni suka atau mengkhawatirkan Clara, tapi lebih tepatnya Soni takut sang Kakek akan tahu kalau Clara belum pulang. Meski sang Kakek tahu Clara yang salah, pasti yang disalahkan itu Soni, bukan Clara, makanya Soni tidak ingin selalu mendapat kesalahan. Brak Soni terkejut saat mendapati pintu dibuka secara kasar. "Oh, belum tidur. Maaf. Aku pikir sudah tidur." Ujar Clara tanpa dosa, membuat Soni langsung mengangkat tangannya untuk menampar Clara karena Clara selalu memancing emosinya. "Jangan KDRT. Gak takut Kakek akan marah?" ujar Clara dengan santainya, lalu masuk ke dalam kamarnya mengabaikan emosi Soni. "Clara, kamu semakin hari semakin keterlaluan." Ujar Soni yang sudah habis batas kesabarannya. Clara yang mendengar ucapan Soni langsung menghentikan langkahnya, dan kembali membuka suara tanpa membalikkan badannya. "Apa sikapku jauh lebih keterlaluan daripada kelakuanmu yang sudah menghamili Febi? Ingat, aku istrimu. Aku keterlaluan, itu berarti karena ajaran mu. Bukankah tugas istri itu patuh terhadap ajaran suami? Jadi dimana letak kesalahanku? Aku hanya mematuhi ajaranmu." Ujar Clara dengan penuh Ketegasan, dan kata itu berhasil membuat Soni terkejut, terkejut karena Clara mengetahui kehamilan Febi, Padahal dia sendiri belum memberitahu Clara, tapi Clara sudah tahu lebih dulu, sebelum dirinya memberitahunya. Perkataan Clara tadi berhasil membuat Soni bungkam, meski sebenarnya Soni ingin sekali mengatakan pada Clara, kalau Clara tidak harus mematuhi kelakuan buruknya, tapi Soni tidak bisa mengatakan hal tersebut, karena secara tidak langsung, kalau Soni mengatakan hal tersebut, Soni mengakui sebuah kesalahan, kalau perbuatan dirinya memang salah. Jadi Soni lebih memilih diam, dan tidak lagi menanggapi ucapan Clara. Clara yang tidak mendengar tanggapan apapun dari Soni hanya memperlihatkan senyum sinisnya tanpa di sadari oleh Soni, karena Clara tahu, Soni pasti mengerti apa maksud dari pembicaraannya tadi. Clara masuk ke kamar mandi, dan kembali keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri dan berpakaian lengkap dengan setelan baju tidurnya. Clara tersenyum kecut melihat Soni sudah tidur di lantai. "Selamat malam, suamiku." Gumam lirih Clara seraya naik ke atas ranjang untuk istirahat Clara yang sudah terlanjur nyaman dengan jalin kerjasama dengan pria pilihannya itu tidak sadar, kalau ia sudah menghabiskan waktu hanya dengan Satria. Yah, pria yang ia ajak untuk bekerjasama itu adalah Satria. Keduanya sama-sama tidak sadar kalau mereka merasa nyaman dengan hubungan yang mereka jalani. Satria sendiri juga merasa tidak peduli meski Clara berkata jujur, bahwa dirinya sudah bersuami, bahkan sejak mereka awal menjalankan sebuah kerjasama yang tidak biasa itu, Clara sudah menjelaskannya terlebih dahulu, bahwa dirinya sudah bersuami, tapi Satria iseng-iseng menerima kerjasama itu tanpa pikir panjang, hingga lama kelamaan Satria tidak bisa jauh meski hanya 1 jam saja dengan Clara. Entah apa karena wajah cantik Clara yang membuat hati Satria terpikat, atau memang Satria sudah merasa tidak rela kehilangan Clara, semua masih menjadi teka-teki. Clara sendiri juga tidak tahu siapa Satria, karena yang ada di pikiran Clara, yang penting ia sudah merasa dihargai, dicintai, dan disayangi. Clara berharap semua itu bukan berarti Clara haus akan belaian seorang pria, lantaran ia menikah sudah hampir 3 tahun tapi tidak pernah disentuh oleh sang suami, yang tak lain adalah Soni. Clara melakukan semua itu hanya ingin mewujudkan ucapan Soni, dimana Soni menyuruh Clara untuk mencari pacar, atau mencari pasangan, yang Soni yakini Clara tidak bisa mendapatkan pria yang membuat dirinya nyaman, yang secara tidak langsung mengatakan kalau Clara tidak laku. Jadi, Clara ingin membuktikan kata-kata Soni, bahwa dirinya masih pantas di hargai, dan di cintai oleh makhluk yang namanya pria. Jadi Clara memutuskan untuk menjalin hubungan dengan seseorang yang bisa diajak kerjasama, dengan menjadikan pria tersebut sebagai simpan Clara. Mengingat kata simpanan, rasanya Clara ingin menertawakan dirinya sendiri, karena ia bisa memiliki gelar sebagai seorang yang memelihara kata simpanan, dimana di dunia ini, menurut Clara yang namanya simpanan itu hanya dimiliki oleh seorang pria, pria yang menjadikan seorang wanita sebagai simpanan, dan ini, Clara, seorang wanita yang menjadikan seorang pria sebagai simpanan. Sangat lucu menurut Clara, tapi Clara suka menjalaninya. Baru juga 1 Minggu Soni di Indon, sekarang Soni sudah berpamitan untuk keluar negeri lagi, dan Clara yakin Soni akan membawa Febi untuk menemani dirinya selama bepergian ke luar negeri. Dengan wajah datarnya, Clara membiarkan Soni pergi, dan tidak mengantar Soni untuk bepergian, karena sudah Clara pastikan kalau Soni tidak pergi sendiri. Soni sendiri yang tidak diantar oleh Clara cukup puas merasa senang, karena memang Soni tidak pergi sendiri, melainkan dengan Febi. Clara diberi tugas oleh Kakek Bastian untuk ikut campur tangan dalam mengelola perusahaannya, karena Kakek Bastian ingin menyerahkan perusahaan tersebut pada cucu dan cucu menantunya. Jadi, menurut Kakek Bastian, Keduanya harus tahu mengelola perusahaan. Sore ini, Clara memutuskan untuk ke rumah Satria, karena Clara juga sudah malas di rumah sejak 2 jam yang lalu. "Huft, baru datang ke sini." Ujar Satria cemberut, membuat Clara tersenyum. Clara langsung duduk di pangkuan Satria dan menggoda Satria, hingga membuat Satria tersenyum, tidak jadi cemberut. Clara mengecup singkat bibir Satria, namun langsung ditahan oleh Satria, hingga kecupan singkat berakhir diatas ranjang. Saat Clara sedang asyik di rumah Satria, ponsel Clara berdering. Baru juga Soni pergi 3 hari, Clara sudah mendapat kabar dari Kakek Bastian, kalau Soni akan pulang, dan Soni juga meminta agar Kakek Bastian menyuruh Clara segera pulang, atau gak sekalian menjemput dirinya, hingga dengan cepat Kakek Bastian meminta Clara untuk menjemput Soni. "Sial, main-main dia. Sebenarnya dia kerja, apa bulan madu. Pergi ke luar negeri sesuka hati seperti orang yang lagi liburan. Benar-benar!" Clara benar-benar kesal pada kelakuan Soni, tapi Clara tidak bisa menolak permintaan Kakek Bastian. "Jangan Nakal, Sayang, aku hanya pulang sebentar. Besok, kau bisa menghubungi ku lagi. Kita masih bisa bermain. Aku pulang untuk suamiku." Ujar Clara dengan nada manjanya, membuat Satria Yang mendengarnya langsung mengepalkan tangannya kuat karena emosi. Clara pergi setelah mendaratkan kecupan manisnya di pipi Satria, pria yang ia jadikan sebagai simpanan. Clara tersenyum saat melihat Satria menatap dirinya dengan tatapan tajamnya. Clara langsung pergi tanpa memperdulikan emosi satria karena ditinggal olehnya. Clara langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga tidak butuh waktu lama, Clara sampai di rumah. Clara langsung masuk ke dalam rumah, dan ternyata disana sudah tidak ada siapa-siapa. Clara melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya, dan tersenyum bahagia melihat tatapan mata Soni yang terlihat marah pada dirinya. "Aku pikir pulang ke rumah Febi." ujar Clara menyindir Soni, namun tidak mendapat tanggapan apapun dari Soni. Soni membawa langkahnya mengambil selimut dan memilih tidur di lantai seperti biasanya. Clara mendesah kasar sambil melihat Soni yang sudah memejamkan matanya. "Aku pikir dia menghubungiku karena memang butuh aku. Ternyata... " Clara menghentikan kalimatnya saat melihat ponselnya berdering. Clara tersenyum saat melihat nama kontak yang menghubunginya. "Cepat ke rumah. Ada orang yang meletakkan obat perangsang di minuman ku…."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD