"Cepat ke rumah. Ada orang yang meletakkan obat perangsang di minuman ku." Ujar Satria dengan nada suara yang terdengar sangat serak, dan itu membuat Clara langsung berdiri karena terkejut mendengar perkataan Satria.
Clara melihat sekilas ke bawah, dimana Soni sedang tidur, lalu dengan cepat Clara keluar dari kamarnya, dan menuruni anak tangga dengan langkah yang terburu-buru.
Clara kembali mengeluarkan mobilnya yang sudah terparkir rapi di bagasi, dan dengan cepat melajukan mobilnya tanpa memikirkan keselamatannya.
Jam 01.00 dini hari, Clara sampai di rumah Satria.
Clara langsung masuk tanpa merasa kesulitan, karena kebetulan rumah Satria tidak pernah dikunci kalau dirinya keluar. Rumah itu terkunci kalau ada Clara di rumah Satria, itu karena Satria tidak ingin ada orang yang mengganggu kebersamaan dirinya dengan Clara.
Brak
Clara langsung masuk ke kamar Satria dengan kasar, dan melihat Satria berdiri dengan tubuh tegapnya.
"Kau bilang ada yang memasuki obat perangsang ke dalam minuman mu, kenapa kamu terlihat baik-baik saja?" tanya Clara dengan penuh selidik.
Satria yang mendengar pertanyaan dari Clara tersenyum singkat, lalu membuang sisa rokok yang sejak tadi ia sesap sebagai teman saat menunggu Clara.
Satria membalikkan badannya dengan pelan, lalu mendekati Clara, dan menutup pintu kamarnya dan langsung menguncinya.
Satria menarik pinggang belakang Clara, hingga tubuh keduanya saling menempel.
"Kenapa? Kamu tidak suka? Kalau kamu bisa meninggalkan aku begitu saja tanpa perasaan, aku juga bisa melakukan hal licik untuk membuatmu kembali." Ujar Satria yang langsung membawa tubuh Clara ke ranjang dan menindihnya.
Clara pun langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Satria, dan tersenyum.
"Rupanya kau begitu sangat tidak rela aku disentuh suamiku, padahal memang hak dia untuk…"
Satria langsung membungkam mulut Clara dengan bibirnya, dan melumatnya dengan begitu rakusnya, merasa tidak rela kalau Clara mengakui sebuah kebenaran, dimana suaminya memang memiliki hak untuk menyentuh Clara, dan justru dirinya lah yang tidak memiliki hak untuk menyentuh Clara.
"Katakan, apakah dia menyentuhmu?" tanya Satria setelah melepaskan tautan bibirnya.
Clara langsung menggelengkan kepalanya karena memang Soni tidak menyentuh dirinya, meski sebenarnya Clara sempat berharap Soni akan berubah dan bisa bersikap atau bertindak seperti seorang suami pada umumnya.
Satria yang mendapat jawab berupa gelengan kepala, tersenyum.
"Sekarang sudah puas kan, sudah rela aku pulang setelah kamu tahu kalau aku tidak disentuh oleh suamiku! Jadi biarkan aku pergi, dan tidak perlu ada drama lagi seperti tadi." Ujar Clara yang membuat Satria langsung memindah tubuhnya dan berbaring di samping Clara.
"Besok bisa datang kesini lagi?" tanya Satria penuh harap
"Lihat saja besok, apa aku ada waktu." Jawab Clara. Clara pun berdiri dan merapikan pakaiannya, lalu keluar dari kamar Satria setelah mengecup bibir Satria singkat.
Clara sampai di rumah. Clara masuk ke dalam kamarnya, dan Soni sudah berdiri di dekat jendela.
"Untuk apa kamu pergi malam-malam, dan jam segini baru pulang?" tanya Satria yang membuat Clara langsung secara refleknya melihat jam dinding, yang ternyata sudah hampir jam 3 pagi.
"Ada urusan." Jawab Clara yang langsung naik ke atas ranjang, membuat Soni langsung mengepalkan tangannya kuat saat melihat Clara sudah menutup seluruh wajahnya dengan selimut.
Keesokan harinya, Soni bangun lebih dulu. Soni langsung keluar dari kamarnya, dan ternyata Disana sudah ada Kakek Bastian yang sedang menunggu dirinya.
"Soni, Kakek tidak suka kamu selalu pergi pagi dan pulang malam." Ujar Kakek Bastian dengan nada protesnya, membuat dahi Soni berkerut kenapa Kakek Bastian tiba-tiba protes karena dirinya pulang malam.
"Apa yang terjadi sama Kakek? Kenapa Kakek tiba-tiba mempermasalahkan kepulangan aku?" tanya Soni tidak mengerti
"Tidak terjadi sesuatu sama Kakek. Kakek tegaskan, jam 5 sore kamu sudah pulang dari kantor, dan ada kepentingan apapun, Kakek tidak mau tahu, kamu tetap harus pulang." Ujar Kakek Bastian dengan penuh ketegasan, membuat Soni tidak terima karena dirinya dilarang pulang sesuka hatinya. Artinya, Soni tidak bisa pulang malam, dan kakek Bastian menegaskan agar dirinya harus berada di rumah sebelum makan malam.
"Kek, Clara pulang tengah malam, bahkan sampai jam 02.00 dini hari, Kakek tidak pernah mempermasalahkan kepulangan dia, bahkan Kakek tidak pernah menegur dia. Tapi kenapa saat aku pulang malam, bahkan tidak terlalu larut seperti yang dilakukan oleh Clara, Tapi Kakek sudah menegur aku dan bahkan menekankan agar aku pulang lebih awal dari biasanya. Ini namanya tidak adil! "ujar Soni dengan nada yang terdengar cukup nyaring, karena Soni memang tidak terima kalau waktunya dibatasi oleh Kakek Bastian.
"Itu karena kamu! Andai saja kamu pulangnya lebih awal, pasti Clara juga pulang lebih awal. Ingat, istri baik itu cerminan suami. Jadi kalau kamu melihat istrimu buruk, berarti kamu yang harus intropeksi diri." Ujar Kakek Bastian dengan tak kalah tegasnya, bahkan tak kalah nyaringnya dari suara Soni, membuat Soni langsung mengepalkan tangannya kuat karena tidak terima sang Kakek selalu membela Clara, yang statusnya hanya sebagai orang luar saja.
Menurut Soni, sang Kakek begitu sangat keterlaluan dalam menyayangi Clara, karena kasih sayang Kakek Bastian Pada Clara melebihi kasih sayang sang Kakek pada dirinya. Seharusnya, yang paling disayangi oleh Kakek Bastian itu adalah dirinya sendiri, karena dirinya lah yang statusnya jauh lebih penting di keluarganya, yaitu cucu satu-satunya.
Tanpa sarapan terlebih dahulu, Soni langsung pergi.
Tidak berselang lama Soni pergi, Clara datang dan langsung mengerutkan keningnya saat melihat Kakek Bastian terlihat marah.
"Selamat pagi, Kek!" sapa Clara dengan senyum manisnya.
Kakek Bastian seketika tersenyum dan tidak terlihat marah lagi saat mendengar suara Clara.
"Pagi, Sayang. Nanti ikut Kakek ke kantor, Kakek ingin mengenalkan kamu sama orang yang sangat penting." Ujar Kakek Bastian yang langsung dipatuhi oleh Clara. Memang, permintaan mana yang bisa Clara tolak, pasti Clara iyakan.
Clara sarapan dengan Kakek Bastian, dan tanpa Soni. Sedangkan Soni, dia memilih sarapan di rumah Febi, dan sudah Clara duga, kalau Soni sarapan di rumah Febi.
Jam 09.00 pagi, Clara dan Kakek Bastian berangkat ke kantor. Clara sengaja berangkat siang, itu karena Kakek Bastian akan mengenalkan dirinya pada seseorang, yang Clara sendiri tidak tahu pada siapa ia dikenalkan oleh Kakek Bastian.
Sesampainya di kantor, Soni langsung keluar dari ruangannya saat asistennya memberitahu kalau Clara sudah datang.
"Mau apa dia kesini? Apa dia sudah buta sampai tidak melihat sekarang jam berapa." Ujar Soni dengan wajah kesalnya karena Clara sampai di kantor jam 9, yang seharusnya jam 7 sudah berangkat.
Soni keluar dari ruangannya untuk menemui Clara, tapi saat Soni melewati toilet, Soni melihat Clara ingin masuk ke dalam toilet umum yang siapa saja bagi karyawan yang ingin menggunakan nya, dan dengan cepat Soni membawa langkah lebarnya mendekati Clara.
"Enak sekali ya hidup kamu. Datang ke kantor sesuka hati, tanpa melihat Sekarang sudah jam berapa. Apa kamu buta!" ujar Soni dengan lantangnya, dan itu berhasil membuat Clara terkejut, karena tiba-tiba saja Clara mendapat bentakan.
Dengan cepat Clara melepaskan tangan Soni, hingga tangan Soni terlepas dari tangan Clara.
"Kata siapa hidupku enak? Menurutku, hidup siapa yang enak itu, hanya hidup Febi. Cuma Febi yang menurutku hidupnya enak! Kamu masih ingat kan siapa Febi. Hidup dia yang enak! Bukan aku!" ujar Clara dengan tak kalah lantangnya dari Soni, membuat Soni langsung mengangkat tangannya untuk menampar Clara.
"Berani kamu sakiti dia, akan ku patahkan tanganmu…"