Pagi datang dengan cahaya pucat. Langit tampak abu-abu, seolah enggan memberi kehangatan. Alya berdiri di dekat ranjang Adrian, memperhatikan anaknya yang masih terlelap. Bocah itu tampak gelisah bahkan dalam tidurnya alisnya berkerut, bibirnya bergerak seperti sedang berbisik pada seseorang yang tak terlihat. “Adrian…” Alya mengusap lembut dahi anaknya. Adrian menggeliat sedikit, lalu membuka mata perlahan. Pandangannya kosong beberapa detik sebelum akhirnya menatap ibunya. “Mama… dia datang lagi,” ucapnya pelan. Alya menegang. “Siapa, Nak?” Anak itu menatap langit-langit. “Perempuan baju hitam. Dia bilang jangan takut. Dia baik, katanya teman Papa.” Alya merasakan darahnya mengalir deras ke kepala. Perempuan baju hitam. Kata-kata itu menghantamnya seperti tamparan. Ia mencoba ters

