Bab 17

1014 Words

Arga berdiri lama di lorong rumah itu, punggungnya menempel ke dinding dingin. Napasnya berat, matanya menatap pintu kamar Alya yang hanya tertutup sebagian. Sejak drama di ruang keluarga sore tadi, kepalanya terus berisik. Ia tahu seharusnya menjauh, tapi langkah kakinya justru membawanya kemari. Dia sendiri tak bisa menjelaskan, apakah itu dorongan rasa bersalah, atau ada sesuatu yang lebih berbahaya di dalam dirinya. Tangannya terkepal. Aku cuma mau memastikan dia baik-baik aja, katanya pada diri sendiri. Tapi jauh di dalam hatinya, Arga sadar alasan itu hanya setengah benar. Lorong sepi, hanya suara detak jam di ruang tengah terdengar. Ia melangkah pelan, mendekat ke pintu kamar. Dari celah sempit, ia bisa melihat Alya berbaring membelakangi pintu. Rambutnya terurai, pundaknya bergu

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD