Langit pagi itu gelap seperti jelang senja. Awan tebal menggantung rendah, menekan rumah besar itu dengan hawa yang membuat d**a Alya sesak. Dapur berantakan, cangkir-cangkir kopi berserakan di meja, sisa roti semalam masih tergeletak, tak sempat dibereskan. Alya memandangnya dengan mata kosong. Tangannya menggenggam sendok, bergetar pelan. Sudah beberapa malam ini ia tak bisa tidur nyenyk, dimna bayangan tentang Arga dan semua rahasia yang menyelimuti hidupnya terus menari di dkam kepalanya. Tangisan Adrian Nayel dari kamar atas membuatnya terbangun dari lamunannya. Bayi itu menangis lebih sering akhir-akhir ini. Alya mengangkatnya, mengayun perlahan, tapi pikirannya tetap melayang pada kejadian semalam. Kata-kata Arga masih menggaung. “Ada hal-hal yang jika kau tahu… kau takkan bisa kemb

