SRITT!
Haniel baru saja memarkirkan mobil sedan hitamnya di halaman sebuah rumah mewah. Lebih tepatnya rumah dirinya dengan istrinya, Grace.
Saat memasuki rumah, Haniel langsung disuguhi pemandangan menjijikan adu lidah Grace dan seorang pria, dalam posisi sang istri duduk di atas pangkuan pria tersebut.
Awalnya memang sakit , lama-kelamaan Haniel terbiasa. Rasa cintanya untuk Grace kini sudah benar-benar berakhir. Yang tersisa hanyalah sebuah pernikahan sandiwara yang ingin sekali Haniel akhiri.
"Haniel."
Grace terkesiap hebat menyadari kedatangan tak terduga suaminya. Dengan mengenakan kemeja dan celana bahan hitam, Haniel menatap kosong ke arah Grace yang segera beranjak sari pangkuan Hector, kekasih istrinya. Begitu pun Hector yang turut mengambil sikap berdiri.
"No, need to stop. Teruskanlah apa yang kalian lakukan. Kedatanganku hanya mengambil beberapa barang saja," tutur Haniel dingin.
Mati rasa. Itulah yang dirasakan Haniel saat ini. Tubuh gagahnya lantas berlalu dari ruang tamu menuju kamar di rumah sandiwara pernikahan dirinya dan Grace.
Dahulu, Grace merupakan sosok wanita yang paling bertahta dihatinya karena dinilai sempurna secara luar dan dalam. Image publik Grace tercipta bagaikan perwakikan malaikat yakni sebagai direktur yayasan kanker terbesar di ibu kota.
Kini, tak ada celah tersisa bagi Grace di hati Haniel saat wanita anggun itu membongkar sifat aslinya yang hanya memanfaatkan Haniel dalam sebuah pernikahan terbuka.
"Hey," sapa Grace lembut, yang memang merupakan perangai bawaan sang wanita.
"Apa yang kau lakukan di sini Grace? Seingatku kau sedang asyik beradu lidah dengan kekasihmu," ketus Haniel, tak suka dengan presensi dadakan Grace di kamarnya.
"Hector sudah pulang."
Haniel pun memutar bola mata dengan malas. "Terserah."
Grace lantas mendekati Haniel, membujuk dan bahkan merayunya untuk menghadiri acara Gala amal yang di adakan yayasannya minggu depan.
"Tidak. Kau pergi saja dengan kekasihmu. Kalian bisa berpura-pura sebagai partner dan mungkin bisa mencuri kesempatan melakukan s*x menantang," tolak Haniel disertai sindiran.
"Ckck, Suami. Aku tau kau cemburu. Tapi, tolong jangan bersikap seperti ini. Bukannya aku tidak melarangmu dengan wanita lain? Aku bahkan mencomblangkanmu pada kenalanku di hotel beberapa hari yang lalu kau ingat?"
Tiba-tiba saja, ingatan Haniel kembali pada malam di sebuah hotel bintang lima. Di malam itu, Haniel geram pada sang istri yang nyatanya sudah memiliki kekasih, tapi juga nekat mencomblangkan Haniel dengan seorang teman kencan.
Merasa harga dirinya terjun bebas, Haniel menerima tantangan Grace dan pergi ke hotel untuk bertemu dengan teman kencan kenalan istrinya itu. Haniel ingin membuktikan bahwa pria itu bisa move on.
Istrinya bilang bahwa teman kencan untuknya saat itu sudah menunggu di sebuah kamar lantai 10. Namun, niat Haniel terhalang oleh kehadiran tak terduga Ariana malam itu. Ariana yang nyatanya seorang gadis cantik dan sedang dalam keadaan terpuruk itu cukup menarik perhatian Haniel. Sang gadis meracau bahwa baru saja dikhianati tunangannya dan ingin melepaskan rasa sakit teramat sangat.
Sementara itu, Haniel yang sedang dalam keadaan tak kalah kacau malah turut memanfaatkan celah tersebut. Mengejutkannya, hubungan panas Ariana terjadi begitu membekas, mengagumkan dan tak bisa terlupa dalam hati maupun pikiran Haniel hingga saat ini.
"Ch! Cemburu? Jangan besar kepala, Grace. Pernikahan kontrak kita akan segera kuakhiri. Good luck meyakinkan ayahmu untuk menikah dengan Hector," balas Haniel mengultimatum perangai besar kepala Grace.
Haniel sengaja menyindir kekasih istrinya bernama Hector yang tak pernah direstui oleh sang ayah karena Hetor sediri adalah pria luntang lantung dengan pekerjaan tak menentu dan juga dicurigai mokondo.
Itu sebabnya Grant, ayah Grace menjodohkan putrinya dengan Haniel, salah satu psikiater tampan dengan segudang reputasi baik untuk menjaga nama besar William.
Meski begitu, Grant dan Grace dinilai sama memanfaatkannya saja. Haniel muak dan ingin segera mengakhiri pernikahan penuh kepalsuan. Jika sudah terbebas nanti, Haniel bahkan berniat memperjuangkan Ariana.
Sementara itu, mendengar ultimatum dari suaminya, Grace kini terdiam.
Haniel pun tak membuang waktu beranjak pergi setelah mendapat barang yang ia cari di kamar.
"Aku tidak mau tau kau harus menghadiri Gala amal bersamaku. Jangan lupa bahwa pernikahan sandiwara ini sudah menyokong nyawa ibumu."
BUGH!
Kepalan kuat spontan Haniel layangkan memukul tembok. Grace sudah melewati batas toleransi kesabarannya saat menyinggung alasan krusial terjadinya pernikahan.
Di tambah, belakangan masalah hidup Haniel terlalu banyak dan rumit. Semesta seolah tidak adil padanya. Bahkan di saat menemukan kedamaian bersama Ariana, gadis itu sudah pergi tanpa sempat Haniel menjelaskan secara detail pernikahan toxic
-nya.
"See you at Gala, Husband," seru Grace tanpa mempedulikan perasaan Haniel. Bersamaan itu, tubuh rampingnya melenggang keluar kamar.
***
Makan malam penuh keakraban sedang berlangsung di rumah Kestrel. Selain Kestrel dan Zeyana, sosok pria bernama Finley Cruz, kakak tiri Kestrel hadir di sana. Nyatanya, Finley yang berusia 25 tahun bukanlah putra kandung Kestrel juga, melainkan putra sambung. Kestrel menikah dengan seorang duda yang berprofesi sebagai pelaut dan memutuskan untuk childfree alias tak ingin melahirkan anak.
Obrolan mereka cukup hangat, sampai tiba-tiba Kestrel menyinggung sesuatu yang sukses membuat Ariana penasaran. Kebetulan, saat itu Finley sudah kembali ke kamarnya dan Zeyana sedang izin ke toilet.
"Kau memiliki mata Jonathan, Ari," cetus Kestrel disengaja.
"Jonathan?" ulang Ariana.
"Hmm, ayahmu," imbuh Kestrel enteng.
Ariana sempat terdiam sejenak. Bianca memang mengatakan bahwa Luis adalah ayah sambung sedari Ariana kecil. Namun, sesikitpun sang mama tidak pernah menyinggung atau menceritakan mengenai ayah biologisnya. Bahkan, nama sang ayah sekalipun tak pernah ia tahu.
"Tunggu? Kau tak tau ayah kandungmu?" tanya Kestrel memasang raut pura-pura terkejut.
Ariana lantas menggelengkan kepala. "Apa kau mengenal ... ayahku?"
"Ah, maaf aku lupa bercerita jika aku dan Bianca sempat berteman semasa kuliah dan praktek di rumah sakit Central. Aku bahkan dokter yang menanganimu setelah lahir, Ari. Aku mengenal Jonathan dan Bianca sebagai keluarga bahagia dengan putri mereka yaitu kau. Tapi, katakanlah hubunganku dengan Bianca tidak terlalu dekat lagi karena salah satu alasannya dan bersamaan pindah praktek ke luar ibu kota."
Ariana kembali terdiam, hatinya bingung harus merasa senang atau penasaran karena bahasan mengenai sang ayah biologis tak pernah mengudara bahkan seakan Bianca tutupi. Sang mama hanya mengatakan jika ayahnya pergi meninggalkan Bianca dan Ariana entah kemana. Luis datang merangkul keduanya dan tak lama kemudian lahirlah Aiden, buah cinta Luis dan Bianca.
"Maaf, Tante. Bukannya aku tidak senang kita reunian. Tapi ... apakah kau bisa memberitahuku mengenai ayah biologisku ...," pinta Ariana pelan.
"Oh, Ari. Maaf jika mulutku slip. Kurasa ini bukan ranahku bercerita. Aku—"
"Tante tolong! Mama selalu menolak jika aku meminta detail tentang ayah." Ariana memegang lengan Kestrel, menatapnya dengan tatapan memohon.
Sayangnya, inilah reaksi yang memang Kestrel inginkan. Dalam hati, Kestrel menyunggingkan senyuman puasnya karena telah berhasil memantik api penasaran Ariana dengan aktingnya. Menyusupi pikiran Ariana adalah misinya saat ini.
"Baiklah. Tapi, kau harus berjanji tidak memberitahu Bianca bahwa kau tau informasi Jonathan dariku, Ari," tegas Kestrel.
Ariana lantas mengangguk takzim dan tak lama Kestrel mulai bercerita.
"Sebenarnya aku malu bercerita ini. Tapi, sebagai teman yang pernah dekat. Aku sudah sering menasehati Bianca. Meski yang terakhir ia tidak mau mendengarnya." Kestrel memejam mata sejenak, menghela napas penuh sandiwara padahal mengambil ancang-ancang untuk melancarkan pencucian otak.
"Alasan utama persahabatan kami berakhir karena Bianca dibutakan oleh cinta Luis."
"Apa ... maksudmu, Tante?"
"Aku memergoki mereka memiliki hubungan saat ibumu masih menikah, Ari. Beberapa kali aku menasehati tapi Bianca tidak mau mengindahkan. Saat itu juga aku memutuskan untuk pergi mengejar kesempatan bekerja di luar kota karena sejujurnya, aku cukup sedih atas sikap Bianca. Maaf, bukan menjelekan. Tapi, itulah kenyataannya."
"Jadi ... maksudmu... papa Luis adalah perebut mama dari ayahku?" tanya Ariana mengkonfirmasi disertai bibir gemetar.
"Aku tidak tau siapa yang jatuh cinta terlebih dahulu. Yang jelas, pengkhianatan tetaplah pengkhianatan. Bianca bisa saja menyelesaikan pernikahannya lebih dahulu secara baik-baik, tapi nyatanya aku memergoki mereka memiliki hubungan di belakang pernikahan," tambah Kestrel datar.
Tenggorakan Ariana tercekat hebat. Tubuhnya lemas seolah tak mampu digerakan. Luis, sosok yang selama ini ia kagumi bahkan sudah seperti ayah kandung nyatanya memiliki rahasia kelam.
"Apa ... ayahku masih hidup?" tanya Ariana dengan pandangan kosong.
"Sejauh yang kutahu, Jonathan tinggal di luar negeri."
Tak memiliki selera makan lagi, Ariana pun izin pamit pulang dadakan bahkan tanpa menunggu Zeyana kembali.
"Mom, dimana Ari?" tanya Zeyana yang baru saja kembali ke ruang makan.
"Dia bilang ada urusan mendadak dan pulanh," balas Kestrel santai seryaa menenggak cairan wine dengan elegan seolah merayakan sesuatu.
Ya, merayakan berjalannya rencana awal mengacaukan keluarga Bianca, sahabat yang mengambil pria incaranya yakni dokter Luis Asford dua puluh tahun lalu.
Kurasa kau harus waspada, Bianca. Kau harus merasakan karma karena keserakahanmu di masa lalu.