Bab 81 Ambisi yang Tak Pernah Mati

1800 Words

Langit sore perlahan memudar menjadi kelabu saat Talita menurunkan tirai apartemen sepupunya perlahan. Suara kendaraan dari jalan raya hanya sayup terdengar, tapi jantungnya berdetak sekeras genderang perang. Tangannya gemetar saat menggenggam ponsel yang sejak tadi ia coba matikan, nyalakan lagi, lalu matikan lagi. Tidak ada tempat yang benar-benar aman. Tidak ada suara yang terdengar cukup meyakinkan untuk menenangkan pikirannya yang kalut. Dia menyandarkan tubuhnya di dinding, lalu perlahan-lahan merosot duduk ke lantai yang dingin. Helaan napasnya berat dan berisik. Pandangannya kosong, mengarah ke ujung ruangan yang sepi, hanya dihiasi lampu temaram yang terasa menyakitkan bagi matanya yang bengkak. Di hadapannya, layar ponsel masih menyala. Notifikasi bermunculan seperti peluru.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD