Chapter 6 Part B

2268 Words
"Nikmati saja apa hukumanmu selanjutnya, Felica." Varsa yang merasa ketakutan langsung saja berganti menjadi Felicia, Alucard langsung saja menurunkan tubuh Felica ke dalam genangan darah itu. Xavier ikut turun dan mulai menarik tubuh Felica ke dalam dekapannya. Menyambar bibir ranum milik Felica dengan tatapan penuh cinta. Alucard membuka pakaian milikknya dan menggantungkannya di balik pintu. Ia kembali menoleh ke arah Felica yang kembali di setubuhi oleh Xavier di dalam genangan darah itu. Alucard, Nero, dan Vicente hanya menunggu hingga Xavier selesai menghukum Felica. Desahan demi desahan keluar dari bibir Felica saat Xavier menghentakkna miliknya dan meremas lembut d**a Felica. Felica menahan tubuhnya dengan kedua tangan di pinggir kolam. Sedangkan Xavier terus menghentakkan miliknya dari belakang Felica, sehingga memperdalam hentakkan miliknya. "Aakhh ... Xavier." "Ada apa, Lica?" "A-aku ... tidak tahan ... lagi." Xavier hanya menyeringai, ia kembali mempercepat gerakan pinggulnya hingga akhirnya ia mencapai puncak bersamaan dengan Felica. Belum Felica bernapas lega, Alucard menarik tangan Felica untuk bangkit dari kolam darah itu. Alucard membawa Felica tepat di bawah shower yang menyalah, cairan merah yang lengket itu sedikit demi sedikit menghilang berganti dengan aroma tubuh Felica selama ini. Setelah cairan darah itu menghilang sepenuhnya, Alucard mulai menempelkan tubuhnya dengan Felica, Alucard menarik kasar rambut Felica hingga wanita itu mendongak dengan rasa sakit yang tertahan. Alucard mendorong tubuh Felica hingga merapat dengan dinding, tanpa penestrasi Alucard langsung saja memasukkan pusat gairah miliknya kedalam kewanitaan Felica. Felica sedikit meringis karena rasa nyeri di kewanitaannya. Belum lagi rambutnya yang di tarik hingga ia mendongak ke atas, Alucard mamang selalu bermian kasar saat bercinta dengannya. Nero mulai kembali menyayatkan kulit tangan Felica dengan pisau miliknya. Desisan tertahan terdengar dari bibir Felica, hisap-hisapan kuat terasa begitu nyeri di lehernya. Alucard akan menggila jika sudah mulai menyetubuhinya. Kasar, tetapi begitu nikmat jika Alucard yang melakukannya. Darah yang keluar dari lengan Felica sudah pasti Xavier akan membersihaknnya. "Alucard," desah Felica dasaan hujaman milik Alucard benar-benar menghantam dinding rahimnya. "Bertahanlah, Felicia." Alucard tersenyum sambil mengecup leher Felica. Felica hanya memejamkan kedua matanya sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya, tangan Alucard membalikkan tubuh Felica sehingga penyatuan mereka terlepas. Xavier terlihat duduk di atas wastafel sambil meminta Felica untuk mendekat kepadanya. Alucard menuntun Felica dan membiarklan tubh Felica memunggungi Xavier, tubuh Felica sedikit di angkat agar bisa menduduki tepian wastafel.  Disaat Xavier mencumbu Felica dari belakang, Alucard kembali memasukkan miliknya dalam sekali hentakkan. Desahan Felica kembali terdengar, erangan yang tertahan sekaligus wajah tersenyum Felica yang menggoda. Mereka berempat tidak bisa menahannya lebih dari itu, hentakan kasar dan juga remasan pada d**a benar-benar membuat Felica menginginkan lebih. Tangan Xavier menyentuh wajah Felica agar menoleh ke samping, disaat bersamaan ia langsung saja melumat bibir Felica begitu lembut dan menggoda. Berbeda dengan kepribadiannya yang kasar, Xavier terlalu lembut saat bercinta dengannya. Xavier lebih menyukai memberi kenikmatan yang lembut pada Felica, daripada harus bertindak kasar dan menyakiti pujaan hatinya. "Kau masih bisa bertahan?" tanya Xavier tepat di depan wajah Felica. Felica hanya tersenyum sambil mengecup kembali bibir Xavier, Xavier menyeringai di ikuti yang lainnya. Tangan kanan Felica di tarik oleh Nero dan memberikan sayatan-sayatan kecil dengan pisau dingin miliknya, sedangkan tangan kanannya ditarik oleh Vicente untuk dinikmati. Tiga puluh menit mereka berada di dalam kamar mandi dan terus menyetubuhi Felica secara bergantian, ini bukan pertama kalinya mereka melakukan hal seaneh ini. Jika Felica sudah kelewat batas, mereka pasti akan melakukan hal seperti ini hingga Felica menyerah dan tidak melakukannya lagi. Alucard menarik tubuh Felica yang sepertinya sudah melemah, ia membersihkan tubuh Felica dari benih-benih yang mereka keluarkan di tubuh Felica. Setelah mereka membersihkan diri, Felica kembali di bawa ke kamar yang sudah kembali tertata rapih dan bersih. Tentu saja yang membersihkannya adalah Nero yang mencintai kebersihan. Kedua tangan Felica kembali di borgol oleh Alucard, ia tidak ingin Felica melarikan diri hanya karena mereka lengah. Tubuh Felica kembali setengah berdiri dan menatap Alucard dengan tatapan menggoda, Alucard tahu Felicia berusaha menggodanya untuk melepaskan borgol yang mengikat tangannya. "Berhenti menggodaku seperti itu, atau kau akan mendapatkan hal yang lebih mengerikan dari biasanya," ujar Alucard dengan senyum miring di wajahnya. Felica hanya tertawa kecil lalu mencodongkan tubuhnya. "Bisa jelaskan yang lebih mengerikan dari kehilangan dirimu?" Alucard tertawa kecil mendengarnya. Alucard benar-benar sudah jatuh cinta padanya, mendengarkan rayuan seperti itu jarang sekali ia dengar dari bibir Felica. Alucard menundukkan kepalanya, ia ingin di puaskan oleh Felica. Mata tajam Alucard kembali mengamati wajah Felica yang kembali di setubuhi oleh adik-adiknya. Ia menyukai wajah Felica yang satu itu, menikmati dan menerima setiap sentuhannya. "Kalian," panggil Alucard, ketiga adikknya menoleh ke arahnya. "Kita pakai rencana kedua," ujar Alucard sambil menatap Felica penuh seringaian. "Apa kau yakin? Kita tidak pernah melakukan itu," ujar Xavier yang sepertinya tidak setuju dengan rencana Alucard. "Kita harus mendisiplinkan istri kita kali ini," ujar Alucard sambil mendekat dan menarik rambut Felica dengan kasar. "Lakukan, kali ini kita harus membuatnya mengerti untuk tidak mengulangi kesalahannya!" desis Alucard di telinga Felica. "Baiklah," jawab Xavier sambil menghembuskan napasnya pasrah. Nero menyeringai, ia menarik pinggul Felica ke belakang hingga tubuhnya menungging, kedua kakinya di lebarkan dan rantai di tangan Felica menurunkan tubuhnya. Nero mengambil besi dingin berbentuk lonjong dengan diameter dua senti meter. Dengan perlahan, Nero memasukkannya ke dalam lubang belakang tubuh Felica. "Oh s**t, apa yang kau lakukan, Nero!" desis Felica yang menahan rasa sakit di pinggulnya. "Hanya menjalankan perintah Alucard," jawab Nero sambil menyeringai. "Kita sepakat tidak melakukan hubungan badan dengan daerah lainnya!" desis Felica sambil menahan erangannya yang di tahan. "Ini hukuman untukmu, kau melanggar banyak perturan yang sudah kita sepakati," Jawab Nero dengan entengnya.  "Tapi, akh!" Nero menusuk lebih dalam dengan besi dingin itu, Felica kini merasakan mati rasa di daerah pinggulnya. Ia merasakan cairan yang keluar kemudian membeku karena dingin besi itu, Nero melihat darah yang keluar dan membeku seketika. Mereka memang tidak pernah melakukannya seks anal, Felica tidak menginginkannya dan melarang suaminya untuk melakukan hal itu. Sekaranglah Felica harus mendapatkan hukumannya, entah mengapa Felica tidak menginginkan seks anal dengan para suaminya. Air mata Felica menetes menahan rasa sakit dan juga kesal karena mereka melangar janji. "Sshhh, jangan menangis. Ini baru permulaan, Felica," kata Alucard dengan senyum miring di wajahnya. "Stop it!" jawab Felica dengan tubuhnya yang terasa lemas. "No," jawab Alucard sambil menarik rambut Felica agar mendongak ke atas dan menatapnya. "Kau tidak menyukai anal dan oral seks, karena kau bersalah kau harus melakukannya!" ujar Nero dari belakang Felica. Felica menggelengkan kepalanya pelan, tetapi Alucard langsung saja membungkam bibir Felica dengan bibirnya. Alucard mengisyaratkan Nero untuk melakukannnya sekarang dengan tangannya. Nero mengangguk, ia langsung saja menarik besi dingin itu hingga Felica merasa lega. Namun, siksaannya baru saja di mulai, Nero memasukkan miliknya ke dalam. Bibir Alucard mulai terasa perih dan cairan merah keluar dari bibirnya. Felica mengigit bibir Alucard dengan keras karena rasa sakit yang ia rasakan di pinggulnya. Kedua tangan Felica mengepal kuat saat Nero mulai menggerakkan pinggulnya. Rasa sakit itu bertambah saar Xavier memasukkan pusat gairahnya ke dalam kewanitaan Felica, dengan posisi ia berada di bawah tubuh Felica yang terlihat mengambang di udara karena rantai tangannya. Alucard melepaskan ciumannya dan dengan senyum penuh kemenangan ia menghapus darah di bibirnya. "Aakh!"  Rasa sakit dan nikmat menjadi satu, entah rasa mana yang lebih dominan menurutnya. Felica tidak bisa berpikir panjang dengan selanjutnya yang terjadi. Alucard memasukkan pusat gariahnya ke dalam mulut Felica. Dengan begini semua lubang yang Felica miliki di masuki oleh mereka bertiga. Vicente sendiri memilih untuk memanjakan punggung Felica dengan menungkan segelas wine dingin. Dengan perlahan ia menjilati punggung Felica dan menikmatinya dengan cream cokelat dan keju yang ia tuangkan. "Manis dan memabukkan," ujar Vicente sambil mengelus punggung Felica yang mulai menegang. "Aku tidak merasakan sensasi ini sebelumnya, aarrgghh. Ini sangat nikmat," ujar Nero sambil memancing gairah Felica dengan meremas d**a istrinya itu. "Tubuh Felica memang sangat nikmat dan dinding kewanitanannya selalu menjepit milikku," desah Xavier yang mulai mempercepat gerakan pinggulnya. "Aku tidak ingin melakukan ini, tetapi bibir Felica membuat milikku berkedut dan sangat menikmatinya," ujar Alucard sambil menatap puas wajah Felica. Dengan kasar Alucard memajukan pinggulnya dan menusuk pangkal mulut Felica dengan ganasnya, baru kali ini Felica melakukan oral seks meski harus ia paksa karena hukuman. Mungkin setelah ini Felica akan jera dengan kesalahannya kali ini, karena ia tahu Felica sangat membenci anal dan oral seks. Membutuhkan waktu lama untuk mereka mencapai klimaks yang mereka nantikan, sedangkan Felica ... ia tidak harus berkata apa. Setelah bertempur dengan posisi yang sama selama empat puluh lima menit, akhirnya mereka mendapatkan pelepasan mereka bersamaan.  Felica terbatuk-batuk saat menerima benih Alucard di dalam mulutnya, ia tidak terbiasa dan rasanya ingin sekali memuntahkan semua yang ada di dalam perutnya. Namun, dengan segera Alucard memberikan Felica segelas mineral dan memintanya untuk meminum obat yang Nero berikan. Felica meminumnya dengan cepat, entah mengapa Alucard memberikan obat padanya. Alucard langsung saja meminta Nero untuk melepas borgol pada tangan Felica. Tubuh Felica jatuh di atas tubuh Xavier, Felica sudah tidak bisa bergerak karena kelelahan bahkan sepertinya Felica sudah jatuh pingsan sebelum obat milik Nero bekerja untuk menjaga staminanya. Mereka berempat yang sudah kelelahan memilih untuk merebahkan diri mereka di atas ranjang dengan tubuh Felica yang masih berada di atas Xavier. Aroma percintaan mereka begitu tercium dengan jelas, dan hari ini merupakan hari pertama hukuman Felica. Masih ada beberapa hari lagi, hingga Felica memilih untuk menyerah dan tidak lagi melakukan kesalahan sebagai Kepala Keluarga Roulette. Entah sudah beberapa jam Felica tertidur, saat terbangun tubuhnya sudah bersih dan juga segar. Ia merasakan ranjangnya juga sudah di bersihkan, tetapi tubuhnya kembali terikat dan kini membuat tubuhnya seperti tanda silang di atas ranjang.  Felica meringis saat merasakan sakit di pergelangan tangannya,  sayatan yang Nero berikan belum juga di sembuhkan oleh suaminya itu. Belum lagi luka lecet pada pergelangan tangannya, di tambah dengan rasa sakit dipinggulnya. Felica merasa lelah dan tidak menikmati hukuman yang di berikan para suaminya, pintu ruangan terbuka dan menampilkan keempat suaminya yang tersenyum senang dengan dirinya yang telah sadar. "Kalian ...," Felica menatap tajam pada keempat pria itu yang hanya tersenyum manis ke arahnya. Menghembuskan napas, ia tidak ingin melihat wajah para suaminya, "... lepaskan ikatanku, aku memiliki banyak pekerjaan!" lanjut Felica sambil memalingkan wajahnya. "Kau marah," ujar Alucard yang mendekat lalu meelpaskan pakaiannya satu persatu. "tetapi, kami lebih marah kepadamu." Lanjut Alucard yang langsung menindih tubuh Felica. Dengan kasar ia membuat Felica menoleh ke arahnya, memaksa untuk istrinya itu menatap ke arahnya. "Kau kabur dari mansion, membiarkan dirimu terluka dan di tambah kau mengacaukan formasi SG yang melindungimu. Hampir mati karena racun ular, dan kau kembali bersikap itu hal yang biasa. Kau tidak memikirkan perasaan kami, Felica," desis Alucard yang geram dengan kesalahan-kesalahan Felica. "Kau tidak mempercayai kami, apa kau juga tidak mencintai kami?"  "Aku percaya dan mencintai kalian!" "Lalu mengapa kau selalu melakukannya sendiri!" "Karena tugasku melindungi kalian!" "Melindungi?" Alucard tertawa mendengar perkataan Felica, seharusnya dirinya yang melindungi Felica. Bukan wanita yang ia cintai yang justru melindunginya. Ia tidak ingin mendengarkan penjelasan tidak masuk akal keluar dari bibir Felica. Alucard langsung saja membungkam bibir Felica dengan bbirnya. Begitu kasar hingga bibir Felica terasa robek dan mengeluarkan darah di sudut bibirnya. Alucard benar-benar menyampakain rasa frustasinya lewat ciuman yang panas itu. Nero, Vicente dan Xavier mengerti dengan perasaan Alucard, mereka juga mengkhawatirkan Felica. Bahkan rasanya ingin mati ketika mendengar Felica hampir mati karena racun di tubuhnya kembali muncul. Xavier bahkan hampir menggila saat melihat Felica sudah hilang dari pelukannya dan tidak mendapati wanita itu di mana pun. Jika saja White tidak mengabari mereka, Xavier sudah pasti akan membunuh para penjaga yang berjaga saat itu dan tidak melihat kepergian Felica. "Kau suka sekali membuat kami mengkhawatirkan dirimu, Lica." Alucard melepaskan tautan bibirnya dan membiarkan Felica melihat ketiga suaminya yang lain mulai membuka satu persatu pakaian mereka. Hukuman hari kedua akan di mulai kembali, kali ini Felica harus benar-benar siap karena mereka berempat tidak akan segan-segan membuatnya mengeluarkan cairan cintanya berkali-kali. "Kalian benar-benar akan membunuhku?" tanya Felica sambil tertawa kecil dengan Alucard yang sudah mengganas di bawah sana. "Tidak, kami hanya akan membuatmu meneriakkan nama kami berkali-kali," jawab Nero dengan senyum ramahnya. "Terdengar menyenangkan," jawab Felica yang kemudian mendesah karena Alucard mulai memasukkan pusat gairahnya hingga tubuhnya tersentak. Felica mulai tersenyum kala para suaminya mulai menjamah tubuhnya, rasa nikmat itu kembali datang meski ia tahu akan ada rasa sakit yang akan mereka berikan selanjutnya. "Kalian ... membuatku benar-benar jatuh cinta pada kalian," perkatan Felica membuat aktivitas mereka berempat terhenti. Mereka berempat langsung saja menatap Felica dengan tatapan serius, Felica yang menerima tatapan itu mulai bergerak tidak nyaman. Senyuman mereka berempat mulai terkembang setelah Felica menatap bingung keempat suaminya. "Kami jauh mencintaimu," jawab mereka bersamaan. Felica tersenyum dan kembali mendesahkan nama mereka berkali-kali hingga beberapa hari. Mereka saling mencintai, tetapi Felica jauh mencintai mereka hingga melakukan semua itu. Melakukan hal kejam dan tidak bisa di maafkan hanya untuk mencintai dan melindungi yang wanita itu cintai.  Hingga di pertengahan hari, suara desahan Felica berubah menjadi erangan manahan sakit dan saat menjelang sore hari suara teriakan itu mulai menggema. Saat cambuk, pisau, bahkan alat-alat menyeramkan milik Nero yang mulai melukai tubuhnya. Semua orang tidak akan percaya dengan apa yang mereka lakukan terhadap Felica, karena setelah percintaan panas dan juga ganas itu ... Nero dengan mudah menyembuhkan luka-luka yang di derita Felica selama ini hanya dalam waktu satu hari. Mereka memang tidak bisa melukai Felica dengan arti yang sebenarnya, tetapi demi hukuman dan kenikmatan ... mereka tidak akan segan-segan melukai tubuh Felica hingga wanita itu menyerah. Menyerah dalam hal yang sebenarnya, menyerahkan kepemimpinan Mafia Roulette kepada Alucard. Namun, hingga saat ini Felica masih tetap bertahan, karena ia tidak ingin orang-orang yang di cintainya mati hanya karena jabatan itu. Karena itu, ia harus menanggung semua beban di pundaknya sendiri, tanpa ada yang mengetahui satu orang pun. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD