Episode 9

1368 Words
Saat langit berkata 'kau akan terjatuh dan terhempas oleh angin, hanya ada satu yang dapat membuatmu bertahan' maka saat itulah kau akan merasakan apa yang di namakan kepercayaan. Jika langit berkata 'hempaskan semua memori, mengecap indahnya kebersamaan, berlari beriringan dengan harapan yang melaju bersamamu. Lepaskan, tatkala kau tidak bisa merengkuh untuk yang kedua kalinya' maka terimalah jika kau harus pergi untuk meninggalkan bayangan. Tali yang kuat tidak akan pernah terputus, karena sejarah tidak akan pernah terhapus. Dan langit akan berkata 'pergilah saat Nirwana memanggil, sampaikan pesan terindah yang pernah kau dengar. Karena petuah sulit untuk diartikan daripada perasaan yang dijabarkan' kau akan mulai mengenalnya dengan apa yang disebut dengan kehidupan. Angin berbisik 'Kasih, dengarkan laraku. Kisah ini mungkin akan berakhir saat fajar menyingsing, kenanglah udara yang selama ini kau hirup dalam memori. Rasa kasih yang tidak terbatas selalu menyertai langkah kakimu. Doa dan harapan akan selalu berada di sisimu dalam gelapnya dunia yang disebut dengan kehidupan'. Percayakaan kisah ini pada dedaunan yang terhempas oleh angin, karena pesan itu akan terkirim ke dalam kalbu. Dan ketika senja tiba, hujan pun akan bernyanyi 'pergilah bersama kami yang mengalir bagai embun di pagi hari.' Dan saat bulan menyapa katakanlah pada rembulan 'aku menunggu datangnya cahaya menggapai tanganku, hingga menarik napas penghabisan menuju Asilum.' Afeksi akan terus bernyanyi bersama dengan harapan, dalam memori yang tersimpan di dalam kalbu. Harmoni ini akan terus mengalir bagaikan senandung cinta, hingga pujangga berterus terang bahwa hidup yang di lalui begitu indah.  Tanpamu, aku hanya seorang wanita yang lemah, tanpamu aku hanya seoarang wanita yang terkekang. Tanpamu, aku hanya seorang boneka hidup. Dan tanpamu ... kita bukanlah satu. -Shizuku Gremory Kanae- *** "Spontaneous Human Combustion atau tubuh terbakar spontan yang hingga kini penyebabnya masih menjadi misteri. Lebih dari puluhan kasus terjadi dan ada sejak empat ratus tahun lalu," ujar Nero yang sedang meneliti tempat di mana Ace dan Shizuku meninggal dunia. "Beberapa ilmuan sampai saat ini tidak dapat menemukan penyebabnya, tetapi kita sekarang tahu apa yang memicu terjadinya SHC kepada Papa dan Mama," lanjut Nero sambil mengangkat sebuah botol kecil dan sebuah suntikan yang terdapat dalam tumpukan abu. "Kau menemukan sesuatu?" tanya Xavier dengan matanya yang memerah karena menahan air matanya. Nero menyipitkan matanya saat melihat botol yang masih utuh tanpa terbakar sedikit pun. Pria itu menghembuskan napas dan tersenyum lebar dengan kepala yang mendongak ke langit-langit. Alucard mengetahui apa yang akan di katakan Nero karena ia dapat melihat dan mencari dari mana asal botol kecil itu. Sedangkan Vicente masih duduk dengan katana yang menancap lantai di hadapannya, kepalanya tertunduk sambil bergumam sesuatu yang tidak jelas. Salamander memeriksa seisi ruangan untuk mencari sesuatu, sedangkan Salazar masih memindai apa yang berada di tangan Nero lewat mata humanoid miliknya. Glizart dan Neveriaz memilih untuk menemani Felica di kamar lain yang masih tidak sadarkan diri. "Dad," panggil Salamander sambil memberikan sebuah bola besi kepada Alucard. Nero menoleh dan melihat benda yang ada di tangan Alucard, dengan cepat ia mengambil bola itu. Ia mengamati beberapa detik lalu tersenyum sambil menekan bola itu hingga muncul satu tombol rahasia dan Nero menekannya dan melemparkannya ke tengah ruangan. Seketika asap putih keluar dan sebuah hologram Ace dan Shizuku keluar dari dalam bola itu. "Hai," terlihat Ace yang sedang duduk dengan angkuhnya di sebuah sofa. Hologram itu menggambarkan wujud Ace yang sebenarnya dan terlihat seperti nyata. Ace bersama dengan Shizuku yang berdiri di belakang dengan senyum yang mengembang. "Aku tahu ini sangat mendadak, dan aku harap kepergianku tidak membuat kalian patah semangat." ujar Ace, Nero dan yang lainnya mulai berkumpul di dekat Alucard. "Aku tahu Felica pasti sedang tidak sadarkan diri karena salah satu dari kalian pasti membuatnya pingsan." Ace tertawa kecil sambil menggenggam tangan Shizuku. "Jika kalian menemukan sesuatu seperti petunjuk atas kematianku, maka tanyalah apa pendapat Felica. Aku ingin ia yang memutuskannya, karena semua ini terhubung dengannya. Putri kecilku, yang harus bersedih karena kepergianku." "Aku sudah memperkirakan hari ini akan datang, di mana aku harus membayar hutangku pada seseorang ... dengan kematianku. Lupakan tentang siapa pelakunya, karena aku memilih untuk mati dengan cara seperti ini." "Kuasa atas Shadow Guard, Terminal Crime, Under Control dan yang terakhir adalah Saga, dengan kematianku ... aku serahkan pada Felica Gremory Roulette. Ikuti perintahnya dan tetaplah lindungi dirinya dengan nyawa kalian sekalipun. Meski aku telah hilang selamanya, aku ingin Roulette tetap berdiri dan menjadi penguasa di benua Eropa. Jagalah Felica seperti kalian menjaga harta berharga kalian," sambung Ace dengan senyum bangga. "Kami sudah mempersiapkan kematian kami." kali ini Shizuku yang berbicara. "Alucard, Nero, Vicente, Xavier, dan kau White, Felica adalah adik kecil sekaligus istri kalian. Bunga mawar yang mekar dalam jurang kematian, jangan sampai satu kelopak pun terjatuh dari tangkainya," lanjutnya sambil tersenyum dan mengusap lengan Ace. "Kami menyayangi kalian, anak-anakku yang berharga. Kami memanglah orangtua yang jahat, tetapi ingatlah satu hal ... kami hanya melindungi kalian. Hari terakhir bersama kalian sangatlah berharga, kenaglah kami seperti kami yang mengenang kalian," ujar Shizuku dengan air mata yang mulai mengalir di kedua pipinya. "Roulette Famiglia!" Ace berteriak. "Ini perintah terakhir dariku ... tetaplah hidup melampaui tujuh generasi!" "Good bye, Kids. We love you all!" Hologram Ace dan Shizuku langsung menghilang, ruangan kembali hening hingga sebuah suara memecahkan keheningan mereka. "Papa." Semua orang menoleh dan mendapati Felica dengan wajah pucatnya menatap nanar ke arah di mana hologram Ace dan Shizuku muncul. Tubuh Felica kembali ambruk dan hampir menyentuh lantai jika saja seseorang tidak menangkapnya. "Apa-apaain ini?" Nero mentap tidak percaya saat melihat tubuh Felica yang melayang. Saat itu juga mulai terlihat seseorang dengan tudung hitan dam memakai masker seperti pakaian para Under Control muncul  memeperlihatkan dirinya. Alucard dengan segera menghampiri dan menggendong tubuh Felica yang tidak sadarkan diri. "Siapa kau?" tanya Salazar yang memindai pria asing itu dan tidak ada satu pun informasi yang keluar di mata humanoid miliknya. "Aku adalah pemimpin Klan Saga," jawab pria itu, Nero baru mengerti sekarang. Selama ini yang Nero dan yang lainnya ketahui hanya ada beberapa kelompok seperti eksekutif tertinggi yang berada di bayang-bayang dengan kemampuan yang melebihi eksekutif tertinggi. Mereka adalah Shadow Guard, Terminal Crime, dan Under Control, Nero baru mendengar adanya kelompok bernama Saga dari Ace kali ini. "Klan Saga?" Alucard membeo.  "Klan Saga berasal dari keluarga Kanae, kalian bisa menyebutnya sebagai Ninja. Aku sendiri adalah sepupu Mama, tugas kami adalah mematuhi keturunan murni Kanae dan sumpah setia kami padanya. Kalian tidak akan dapat menemukan kami meski memakai teknologi canggih sekali pun. Jika Putri Felica sudah sadar, kami akan bertemu dengannya. Sekarang lebih baik kalian menyelediki kasus ini," terang pria itu yang langsung berbalik dan kembali menghilang tepat di depan mata mereka semua.  "Pakaian mereka memakai teknologi canggih hingga bisa membuat tubuh tembus pandang, dan aku yakin mereka berada di sekitar kita tanpa kita ketahui," ujar Nero sambil mengedarkan sekitarnya. "Aku akan kembali ke Mansion utama bersama Felica," ujar Alucard sambil meninggalkan ruangan itu. "Hei, tunggu." Nero langsung berlari kecil mengambil bola besi yang tadi di temukan Salamander. "Bawalah, Nona Felica memerlukannya," kata Nero memberikan bola besi itu kepada Alucard. Alucard hanya mengangguk dan meninggalkan ruangan itu bersama para mafioso lainnya. Nero kembali menatap nanar ruangan itu, tidak ada yang bersuara di antara mereka. Hingga Salazar bersuara dan mengejutkan semua orang yang berada di sana. "Botol itu berasal dari laboratorium milik wanita itu, bukan?" Nero menoleh dan tersenyum lebar. "Wanita itu?" tanya Salamander menatap tajam ke arah Salazar. "Kim Chaeri Snake," jawab Salazar membuat Salamander membulatkan kedua matanya. "Mage, kami menemukan sesuatu," ujar seseorang mafioso masuk ke dalam ruangan bersama dengan sebuah kertas di tangannya. "Apa yang kau temukan?" tanya Nero menatap datar mafioso miliknya. "Dari cctv yang kami sudah lihat, Kim Chaeri Snake ... dua hari yang lalu ia datang dan sedikit terlihat bertengkar dengan Papa dan Mama. Wanita itu melemparkan sesuatu seperti botol ke arah Papa dan Mama, aku tidak yakin apa botol itu adalah racun yang diberikan untuk Papa dan Mama atau bukan," jelas mafioso itu sambil memberikan sebuah foto jika Chaeri dan Papa berada di ruang tamu, terlihat wanita itu melemparkan sesuatu ke arah Ace dengan wajah penuh amarah. Nero langsung saja meremat kertas di tangannya, tatapannya kini menjadi dingin dengan Xavier yang mulai terkekeh di sisi Nero. "Hahahaha," Xavier tertawa dengan kerasnya, para mafioso mulai menatap ngeri pria bersurai putih itu. "Aku benar-benar akan membunuh wanita rubah itu!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD