Part 12
Jadi manusia jangan terlalu baik, karena kebaikan yang kita miliki bisa dimanfaatkan oleh orang lain.
***
Aku dan kedua temanku tiba di Red City sambil membawa gerobak yang berisi rusa mati. Rusa yang aku panah tadi, sekaligus aku hancurkan tubuhnnya menjadi bagian kecil seperti biasa untuk santapan. Sejujurnya, aku tidak tertarik dengan makanan dan minuman yang ada di sini, makanya aku berusaha bagaimana caranya menjaga teman-temanku dengan cara seperti ini. Walau mereka tidak tahu tujuanku dan alasanku melakukan semua ini, tidak masalah. Yang terpenting, aku menjaga mereka dengan caraku sendiri. Termasuk menjaga manusia menyebalkan bernama Matteo.
"Kamu ini bodohh atau bagaimana?" sambutan hangat dari Matteo aku jawab dengan senyuman. Rasanya darahku mendidih setiap kali lelaki itu berlagak seperti raja di sini. Dan lihat saja sekarang, kami lagi-lagi menjadi tontonan semua penduduk di sini.
"Anggap saja aku bodohh," jawabku dengan nada malas.
"Alkas, kamu kembali saja dulu ke rumah penginapan, nanti kita berkumpul di sini. Karena Pak Raka mau menyampaikan sesuatu pada kita semua."
Aku tersenyum, "Terima kasih, Aristide. Semuanya aku permisi dulu." pamitku.
Memang Aristide my guardian angel, dalam situasi seperti ini, dia selalu saja membelaku. Padahal aku tidak pernah memberikan apa-apa padanya. Apalagi dekat dengannya. Kita benar-benar baru dipertemukan di sini. Di petualangan yang aku sendiri tidak tahu akhirnya bagaimana. Di tambah lagi, aku mulai curiga dengan Matteo. Jangan-jangan lelaki itu lah dalang semuanya. Karena, sejak kedatangan kami di kota ini dia mulai menunjukkan sikapnya yang seolah-olah dia adalah pemimpin di sini. Bahkan Pak Raka saja yang pemimpin di sini, hilang harga dirinya bahkan habis di caci-maki oleh Matteo. Bukan kah aneh seorang stranger seperti Matteo berani melakukan semua ini di kota orang? Oke lah, kalau dia lakukan di Magnolia. Itu daerah kekuasaannya. Tapi kan ini beda? Atau ada yang aku lewatkan selama perjalanan kami?
"Alkas? Kamu melamun terus dari tadi. Apa kamu kepikiran perkataan Matteo tadi?" Aristide muncul dengan wajah penasarannya. Aku hanya diam menatap lelaki itu.
"Kenapa harus dipikirkan? Aku sama sekali tidak memikirkan perkataan Matteo, lagi pula aku sadar diri siapa aku. Dan aku tidak pernah melamun," kataku menjelaskan.
Aristide sepertinya kurang tidur, mana mungkin aku melamun di sana. Yang ada aku lagi mencari keberadaan seseorang. Kali saja dia orang suruhan dari Matteo. Mungkin saja kan?
"Kamu melamun, Al. Sejak aku temui kamu di hutan bersama tubuh rusa tersebut, kamu terus melamun bahkan seperti mencari seseorang, kamu dapat masalah?" desak Aristide.
"Tidak ada. Ayo kita menyusul yang lain! Pasti mereka menunggu kita berdua. Kalau kita terlambat bisa-bisa kita di depak dari sini, karena melawan adat-istiadat yang ada si sini," kataku mengalihkan pembicaraan. Walau Aristide sering menolongku, aku belum bisa mempercayai dia. Bahkan mungkin, aku tidak akan percaya siapa pun yang ada di sini.
"Baiklah, kamu hutang cerita padaku, Al. Akan aku tagih nanti." aku tidak menjawab perkataan Aristide sama sekali. Aku lebih suka melangkah keluar dari kediaman sementara kami ini menuju balai pertemuan yang tadi ramai dengan penduduk di sini.
"Ar, kamu tahu suatu hal?" tanyaku tiba-tiba.
"Tahu apa? Yang ada aku malah mau tanya sesuatu sama kamu setelah pertemuan ini." jawabnya.
Aku mengernyit bingung. Jika kalian melihat wajahku, aku yakin pasti di dahiku saat ini ada garis-garis kerutan dengan pusatnya berada di tengah. Entah aku benar atau tidak menjelaskannya, yang pasti begitulah. Aku hanya heran saja, kenapa Aristide jadi penasaran dengan kedua orang tuaku, apa karena dia tahu suatu hal makanya dia melakukan seperti ini? Atau dia sengaja melakukannya sebagai rasa empati dia padaku?
"Melamun lagi, duduk Alkas!" suara Aristide membuatku menatap ke arahnya dengan melihat sekeliling tempatku berada saat ini. Ya, ternyata aku sudah ada di balai pertemuan dengan Matteo yang duduk di panggung utama bersama Pak Raka.
"Baik, karena semua sudah berkumpul di sini. Saya mau memberitahukan dan mengklarifikasi kejadian pagi tadi dengan korbannya adalah Matteo."
"Apa?!" seruku spontan membuat aku dan Aristide saling tatap satu sama lain.
"Harap semuanya tenang," kata Pak Raka dengan wajah menuanya yang kini terlihat begitu lelah. Aku tidak menyadari perubahan lelaki yang mengajakku berbicara tadi. Yang pasti, aku tahu kalau Matteo adalah dalang dari semua permasalahan di sini!
"Saya lanjutkan kembali, jadi Matteo sebagai korban merasa di rugikan oleh pelaku yang membuat saya akhirnya memutuskan untuk mengurung seorang lelaki bernama Alkas dalam waktu dua hari akibat kejadian ini."
"Pak!!!"
"APA?!" aku berseru bersamaan dengan Aristide yang tidak suka dengan keputusan ini. Semua orang pasti tahu kejadian sebenarnya tapi, kenapa hukum di sini seperti ini. Siapa sebenanrnya Matteo? Sampai seorang pemimpin kota di sini saja tunduk padanya.
Oke lah kalau alasannya adalah posisi orang tuanya di Magnolia, tapi kurang masuk akal kalau misalnya keadilan di sini berjalan seperti ini. Bagaimana sebuah hukum bisa menjaga masyarakatnya kalau sangat lemah seperti ini.
"Maaf saya menolak! Semua orang di sini yang tahu kejadiannya pasti bisa melihat dengan mata mereka sendiri, kalau yang bersalah adalah Matteo. Bahkan lelaki itu sangat berani dengan Pak Raka, bukan kah seharusnya yang dj hukum dia?" tanyaku meminta penjelasan lebih, kenapa jadi aku yang bersalah di sini. Seperti yang aku sudah jelaskan, semua kejedian pagi tadi adalah ulah dari Matteo. Ulah dari lelaki yang menghina kehidupanku dan juga pimpinan di sini.
"Saya punya saksi!" seru Matteo dengan wajah sinisnya yang kini tersenyum mengejek ke arahku.
"Alkas, Matteo benar. Dia punya saksi yang menjelasakan alasan kenapa kamu harus saya kurung." Pak Raka menatapku dengan sendu sambil mengucapkan kata 'maaf' dengan lirih begitu juga dengan Lazuard yang kini menatapku dengan sendu. Jangan bilang padaku kalau Lazuard adalah saksinya. Jika benar sekua praduga ini, aku sudah tahu arahnya ke maan sekarang. Pasti Matteo terusik dengan keberadaanku, jika aku di tahan beberapa hari di sini pasti dia bisa melakukan semua yang diinginkan termasuk memperlakukan Pak Raka seperti tadi pagi. Atau bisa saja lebih parah lagi, karena jiwa Matteo sakit!
"Seperti yang Pak Raka katakan. Jika Alkas adalah pelaku kebisingan pagi tadi, Alkas menghina Pak Raka dan Matteo hanya demi melampiaskan amarahnya karena Matteo di pilih sebagai penanggung jawab di kota ini. Semua orang yang mau keluar atau masuk ke dalam kota ini harus mendapatkan persetujuan dari Matteo. Karena itu lah, Alkas marah dan memperlakukan mereka berdua dengan sangat kasar. Padahal kita semua tahu kalau kedatangan kita ke sini untuk membantu melindungi rakyat di sini dari bandit-bandit yang mengganggu tempat ini. Saya harap semua orang bisa mengerti akan penjelasannya singkat saya."
Sudah aku duga jika akan serunyam ini masakah tadi pagi. Jika tahu kalau akhirnya seperti ini aku akan memukuli wajah Matteo dengan kasar bahkan kalau perlu akan aku buat wajahnya tidak berbentuk lagi. Ah.. rasanya aku sudah tidak tahan lagi dengan semua ini!
"Jika kamu ke depan menghajar Matteo, yang ada hukuman kamu akan bertambah. Jadi, ikuti saja permainan Matteo." Aristide menahan pergelangan tanganku. Membuat aku mendengus kesal saat ini.
"Sialann Matteo!" umpatku membuat Aristide tertawa kecil, "Kenapa tidak kamu umpati saja dia pagi tadi. Dengan begitu penahanan kamu jadi menyenangkan bukan, karena sudah membalas dendam."
Benar juga. Ah, kenapa aku bodoh sekali tadi!
"Seharusnya dia di hukim 1 bulan kurungan, bukan dua hari. Orang jahat seperti dia pantas mendapatkan semua itu!" pancing Matteo.
"Setuju!!" teriak para penduduk yang ada di sekitarku.
"Baiklah. Melihat penjelasan saksi, saya selaku pemimpin di sini memutuskan jika Alkas akan mendapat hukuman 1 bukan kurungan dan selama itu Alkas harus memperbaiki dirinya menjadi lebih baik dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali, bawa Alkas ke ruang bawa tanah!" kata Raka membuat aku mendengus kesal.
"Kebaikan yang dinodai pada akhirnya akan melawan dengan kejahatan yang lebih kejam." perkataanku membuat mereka semua terdiam. Tapi aku tidak peduli lagi di cap buruk. Bukan kah semua sudah terjadi karena ulah Matteo? Lihat saja, akan aku balas!
****