Part 13
Tidak masalah jika kamu tersakiti, sebab karma akan membalas rasa sakit yang kamu rasakan.
***
Pada akhirnya aku berada di ruang bawah tanah. Awalnya aku pikir tidak ada siapa pun di sini, tapi ternyata ada seseorang tengah duduk termenung di balik sel berbeda sambil memakai jubah berwarna hitam. Suasana di sini tidak terlalu gelap, karena masih ada pencahayaan walau tidak terlalu banyak. Tempat ini, bisa aku katakan sangat dingin karena letaknya tidak jauh dari sungai yang terlihat dari kaca tempat di mana aku di kurung. Awal aku memasuki tempat ini, belum terasa mencekam. Tapi kemunculan sosok berjubah hitam itu membuatku mulai terusik. Entah kenapa aku merasa ada firasat buruk mengenai hal ini. Apa mungkin aku akan mati lebih cepat?
"Kamu tidak akan mati lebih cepat, aku berada di sini hanya mau menunjukkan padamu kalau apa yang kamu baca selama ini benar ada dan terlihat wujudnya bagi orang seperti kamu," katanya membuatku yang kini menatapnya bingung.
Memang aku orang seperti apa? Aku hanyalah manusia biasa persis seperti yang lainnya. Tunggu dulu aku harus membuktikan sesuatu.
"Penjaga, apa di ruangan ini hanya ada kita berdua?" tanyaku pada seorang lelaki berpakaian armi. Lelaki di hadapanku ini menatap ke arahku dengah wajah bingung dan ketakutannya.
"Tentu saja, apa anda melihat hantu?"tanyanya.
"Mungkin, tadi dia ada di belakang anda," jawabku spontan.
"Serius?! Sekarang dia di mana?" tanyanya ketakutan.
"Tidak ada," jawabku berbohong. Lagi pula selama tidak menyinggung satu sama lain, aku yakin mereka tidak akan mengganggu.
Jika penjaga tidak melihat sosok berjubah hitam yang masih duduk di tempatnya, itu artinya hanya aku saja yang bisa melihat keberadaannya. Tunggu dulu, kenapa aku bisa melihat sosoknya? Apa mungkin ada yang mau dia sampaikan padaku? Atau mungkin memang di sinilah tempat dia tinggal. Maksudku, dimensi lainnya. Bukan dunia tempat aku saat ini.
Jujur aku tidak bisa melihat wajahnya karena penutup wajah dan jubah hitam yang terlalu menutup dirinya. Aku tidak tahu dia bagian dari Evil? Angel? Vampire? Werewolf? Atau yang lainnya. Yang, pasti sosok berjubah hitam di hadapanku ini adalah bagian dari makhluk yang keberadaannya hanya aku percayai dari buku sejarah. Lalu mau apa dia menemuiku?
"Saya mau ambil makan siang untuk kamu, nanti kita lanjutkan obrolannya," katanya membuatku hanya bisa mengucapkan "Terima kasih."
"Ada apa kamu menemuiku?" tanyaku entah pada sosok apa yang duduk di sana dengan begitu tenang.
"Hanya untuk melihat seorang pemuda bernama Alkas. Pemuda yang tengah menjadi perbincangan di dunia kami." jawaban aneh yang membuatku hanya bisa mendengus kesal akibat perkataannya. Lah, kalau aku jadi bahan perbincangan bukan kah berarti aku memiliki sesuatu yang tidak di miliki manusia pada umumnya, bahkan aku sampai bisa melihat mereka. Bukan kah itu aneh? Apa lagi aku tidak pernah memiliki riwayat melihat hantu atau sosok aneh sebelumnya, masa setelah pindah ke sini aku bisa jadi cenayang kan tidak masuk akal.
"Kamu itu manusia yang terlalu realistis. Kamu itu hidup di dunia yang memiliki begitu banyak rahasia. Apa Magnolia Kingdom saja yang kamu ketahui selama hidup kamu? Padahal dalam Peta Kehidupan ada banyak sekali lagi wilayah yang harus kamu jelajah. Bagaimana kamu bisa keluar dari sini dengan pemikiran dangkal kamu itu." suaranya yang sarkas membuat aku menatap dia dengan sanksi. Ini sosok kenapa mau mengajaknya ribut sekali ya?
Aku bukan realistis, aku hanya melakukan sesuai porsiku saja di dunia ini. Menjadi prajurit tidak membuatku menikirkan hal lain apalagi dunia yang wujudnya tidak pernah aku lihat sebelumnya. Hanya dengan membaca saja dalam sejarah sudah cukup bukan?
"Kamu ini memang keras kepala ya? Sekali gunakan apa yang kamu miliki untuk membantumu keluar dari sini, bukan malah memberitahu keberadaanku, kamu tahu dengan kamu mengatakannya pada petugas tadi dunia kami bisa saja terancam. Beruntung aku sudah menghapus ingatannnya."
Lah, sekarang dia menyalahkanku? Ini makhluk maunya apa si? Di dunia yang dipenuhi teknologi, mana mungkin masih ada hal seperti ini, memangnya ini dunia kartun atau film apa. Yang ada di dunia ini akan penuh dengan wilayah-wilayah yang memiliki teknologi, bisa saja nanti akan banyak robot atau para kerajaan berlomba-lomba membangun dunia baru selain di bumi ini. Kan bisa saja bukan? Dibandingkan berhubungan dengan makhluk yang keberasdaannya tersembunyi.
"Jika bukan anak dari seseorang yang aku kenali, malas sekali aku berbincang padamu. Sudah lah lain kali saja kita berbincang saat otak waras kamu kembali. Ah, satu lagi! Jangan percaya siapa pun di tempat ini, karena kamu tidak tahu seperti apa sebenarnya tempat ini. Aku melakukan hal ini hanya karena menjalankan amanat. Jadi, jangan macam-macam kamu di sini! Kalau sampai kamu melanggar aku sendiri yang akan mendatangi kamu. Bye anak muda!"
Sosok itu menghilang, digantikan sosok Raka yang datang bersama dengan Aristide. Mereka pasti datang ke sini hanya untuk menjelaskan semua yang terjadi tadi. Aku sudah malas mendengarkannya.
"Alkas, saya minta maaf karena tidak bisa menolong kamu. Saya hanya tidak mau ada pertumpahan darah di sini. Kamu tahu The Red City ini selalu terkenal dengan keharmonisasiannya, kalau aku membela kamu maka wargaku akan dalam masalah. Jadi, ada baiknya aku mengikuti saja permainan dari Matteo. Saya minta maaf karena sudah menjebak kamu di situasi seperti ini," kata Raka sambil membungkukkan badannya disertai dengan raut wajah sedihnya. Sudah aku katakan bukan? Aku ke sini bukan untuk bergaul bersama mereka semua. Aku ke sini hanya mau mencari kebenaran dari apa yang surat itu tujukkan padaku. Selain mencari kebenaran kedua orang tuaku, aku juga mau mencari kebenaran akan keberadaan tempat ini. Benarkah Red City ini ada dalam sebuah Peta Kehidupan atau hanya ilusi saja demi menarik sesuatu yang belum aku yakini benar atau tidak.
"Tidak masalah, Pak Raka. Mungkin dengan adanya aku di sini aku bisa belajar ilmu bela diri supaya aku bisa melawannya suatu saat nanti. Jadi, jangan pikirkan aku yang hanya tamu asing di sini," kataku membuat dia tersenyum.
"Kebaikan kamu peris seperti kedua orang tua kamu. Tapi, dengan kebaikan seperti ini kita akan kalah dengan orang-orang seperti Matteo," katanya lagi.
Baru saja aku mau menjawab perkataannya, makan siangku datang di antar oleh Lazuard yang datang sambil membawa sebuah selimut. Jadilah sekarang mereka masuk ke tempat di mana aku terkurung.
"Makan lah, Al. Kami semua sudah makan siang tadi. Dan selimut ini semoga saja menolong kami dari rasa dingin di sini," kata Lazuard membuatku tersenyum.
"Ini tiker untuk kamu tidur," kata Aristide yang sejak tadi hanya diam menatapku. Mungkin dia kasihan padaku.
"Tidak perlu menatapku seperti itu, Ar. Aku baik-baik saja. Aku hidup sebatang kara sejak kecil, mendapatkan hal seperti ini sudah biasa. Jadi, jangan dipikirkan hal sepele seperti ini. Sebaiknya kalian kembali saja. Aku takut Matteo melihat kalian semua di sini, dan berakhir kalian malah dihukum sepertiku. Aku berterima kasih atas perhatian kalian semua. Tenang saja, aku bisa melewarti masa-masa di sini," kataku berusaha menenangkan mereka supaya mereka bisa keluar dari sini segera. Aku tidak tahu bagaimana tindakan Matteo, jika melihat kami semua di sini. Aku takut mereka di tuduh bersekongkol denganku, ada baiknya mereka pergi dari sini.
"Baiklah, kamu jaga diri ya di sini. Kalau butuh apa-apa kamu bisa minta pada asisten ku ini. Sekali lagi saya minta maaf padamu, Al. Karena tidak bisa memberikan keadilan padamu di sini." suara Raka hanya aku balas dengan senyuman. Aku tidak mau melanjutkan percakapan yang jawabannya sudah ada.
"Jaga diri, Al. Aku akan kunjungi kamu jika ada waktu senggang dan Matteo tidak tahu. Dan mengajarkan kamu bela diri seperti janjiku sebelumnya," kata Aristide.
"Terima kasih semuanya. Kalian tenang saja, aku akan baik-baik saja di sini."
Lepas mengatakan hal itu, semua orang yang masuk ke dalam jeruji ku keluar dan menyisakan keheningan kembali di tempat ini. Hanya suara air sungai yang aku dengar saling bersahutan satu sama lain.
"Baik sekali ya mereka?" tanya sosok bertudung hitam yang tiba-tiba muncul di sampingku.
"Jika kamu hanya mau mengganggu sebaiknya pergi saja dari sini, sebab aku sangat lapar sekarang," kataku ketus.
"Makanan ini aku ambil, kamu makan ini saja!" baru saja mau protes sosok tersebut sudah kembali menghilang dari pandanganku sambil membawa semua perkakas dan makanan yang diberikan oleh orang-orang yang datang ke sini sebelumnya. Entah alasannya apa dia mengambil semua itu, mungkin akan aku tanyakan saat kepalaku sudah tidak waras karena berbicara dengan makhluk astral sepertinya.
"Mungkin aku butuh istirahat supaya kegilaan ini menghilang dari pikiranku."
*****