Part 4

1207 Words
Part 4 Layaknya sang mentari yang bersinar, cahaya bagaikan petunjuk jalan yang gelap gulita. **** Aku membuka mata ketika aku rasakan tendangan kasar di lenganku. Sudah aku tahu siapa yang berlaku semena-mena seperti ini, pasti Matteo. Lelaki sombong yang bertindak sesuka hatinya hanya karena pangkatnya saja. "Bangun, Bocah! Kita harus berburu untuk makan nanti. Kalau sampai kita tidak dapat hewan buruan, kamu yang akan kami makan!" seruan kasarnya membuatku terbangun dari tidurku. Sejujurnya aku juga tidak tahu kenapa bisa tertidur, padahal semalam aku terjaga karena siluet hitam yang aku lihat sebelumnya. Lalu ketika ada asap putih, mataku langsung saja gelap dan aku terbangun seperti sekarang ini. Aku sangat yakin, ada yang salah di sini. Dan pastinya ada orang lain yang andil di dalam permainan ini, apalagi saat kami memasiku area hutan, aku merasa ada sesuatu yang sangat salah keberadaannya. Kalian tahu apa? Akan aku beritahu saat bukti-buktiku cukup. Sampai semua bukti sudah aku dapatkan, akan aku beritahu kalian kejanggalan-kejanggalanku. "Jangan melamun! Cepat berburu sana." perintah Matteo dengan kasar. "Baik, Pak." hanya itu saja jawaban yang akan aku berikan padanya. Sebab, malas sekali aku harus menunjukkan siapa diriku pada mereka semua hanya karena egoku terluka. Tenang saja, itu tidak akan pernah terjadi. Akan aku jaga rahasiaku sendiri sampa aku tahu kalau semua yang terjadi di sini hanyalah permainan orang-orang yang membenci kerajaan. Cuma masalahnya, apakah mereka andil dalam bagian ini? "Alkas, bersama-sama saja berburu, lagian juga di sini tidak ada yang namanya sistem kasta. Jabatan apa pun sama saja ketika kita masuk ke hutan ini. Bukan kah tujuan kita sama? Yaitu mencari kebenaran dari apa yang menjadi alasan kita semua di sini," kata Aristide membuat Matteo dan yang lainnya terlihat tidak suka karena lelaki itu selalu membelaku. "Alah, Aris! Kamu jangan munafik, sikap kamu yang seperti ini bisa saja membuat orang salah paham dan kamu akan mendapatkan masalah setelahnya. Gini ya, aku kasih tahu sebagai senior. Jam terbang kamu gak ada seberapanya dariku, aku yakin dalam hal ini kamu hanya besar di mulut saja. Jadi, lebih baik diam saja dan ikuti segala perintahku atau kalau kamu mau silakan pergi dari sini jangan ikuti perjalanan kami." suara Matteo yang membalas Aristide membuatku menarik senyuman tipis yang hanya bisa terlihat olehku dan Tuhanku. Suasana pagi ini memang terlihat berbeda seakan hutan ini sangat tahu bagaimana cara dia memancing emosi semua orang yang ada di sini, bahkan rasanya jika aku bisa melayangkan pukulanku pada Matteo saat ini akan aku lakukan. Sayangnya saja, aku tidak mau mencari masalah apa pun di sini, dengan begitu aku bisa dengan mudah mencari tahu semua dan apa sebenarnya tempat ini. "Kam--" "Baik Pak Matteo, kami akan mengikuti arahan anda." aku sengaja memotong perkataan Aristide supaya tidak lagi memperpanjang masalah sepele seperti ini dan membiarkan dia jalan lebih dulu untuk memimpin kami semua. "Cih, kalian berdua memang menyebalkan. Tinggal ikuti saja banyak bicara. Pantas pangkat kalian di bawah kami berdua," kata Lazuard menyindir. Sabar Alkas.. Sabar... mereka bukan tandinganmu... tahan diri kamu, jangan biarkan ego dan emosi menguasai dan mengambil alih dirimu. **** Di sini lah sekarang aku berada, di hutan yang begitu lebat dari sebelumnya. Hutan yang terlihat begitu gelap walau di siang hari. Mungkin karena rimbunnya pepohonan di sekitar sini, makanya keadaan terlihat lebih tidak mengenakan bagiku. Matteo dan Lazuard sibuk memasak rusa yang baru saja aku dapatkan. Sedangkan Aristide tengah membersihkan diri setelah bergantian dengan dua manusia yang sangat asik dengan dunia mereka. Padahal semua yang mereka lakukan jerih payahku sendiri, tapi bisa-bisanya mereka melupakan aku dan malah menyuruhku berburu kembali. Cih, licik sekali mereka. Lupakan mereka berdua yang ada di belakangku, lebih baik kita memandangi beberapa rusa yang tengah bersenang-senang dengan rekanannya. Sungguh aneh, di hutan segelap ini ada rusa, seharusnya kan ada hewan yang sangat buas seperti macan atau rekanannya. Tapi ini malah binatang lemah seperti rusa. Kalau keberadaannya di sini ada banyak, bisa jadi ada seseorang yang merawatnya. Seseorang yang berusaha membuat rusa-rusa tersebut beranak pinak. Sebab kalau rusa jadi santapan singa misalnya, tanpa ada keturunan maka simbiosis mutualisme akan terputus pasti singa akan mencari pilihan lain sebagai penggantinya dan kadang bisa membuat rantai makanan tidak seimbang. Ssssssttttt.... Ssssstttt...... Aku menatap sekelilingku saat mendengar suara ular di sekitarku. Bahkan aku sampai menatap rekan-rekanku yang tengah asik dengan dunia mereka masing-masing. Kini, fokusku berubah dari rusa ke suara seperti ular itu! Aku mendekati letak suaranya tapi nihil. Aku mencoba mencari lagi, apakah dia membangun sebuah perlindungan diri atau tidak. Karena kalau sampai dia beranak pinak, bisa-bisa ular dan singa saingan dalam mencari makanan. Dan kasian rusa kalau selalu jadi korban keduanya. "Aaaaaaaa...." Matteo berteriak dengan sangat keras membuat aku dan Aristide yang baru saja menyelesaikan mandinya berlari ke arahnya. Tetesan air yang membasahi Aristide membuatku sedikit mencurigai sesuatu. 'Apa di hutan dia bisa mandi dengan seindah di rumah?' batinku dan aku yakin kalian akan mengerti bukan ke arah mana pikiranku saat ini dan pertanyaan apa yang memenuhi kepalaku saat melihat kondisinya. Lupakan masalah mandi Aristide! Sekarang kita fokus dahulu pada Matteo yang kesakitan akibat patukan ular. Terlihat dari bekas luka yang mengenai kakinya dan darah yang keluar dari sana. Mau tidak mau salah satu dari kami harus menyedot racun yang masuk ke dalam tubuh Matteo sebelum pada akhirnya hal yang tidak diinginkan terjadi. "Alkas, lakukan tugasmu!" bentak Matteo sambil memberikan kakinya dengan tidak sopan sama sekali, membuatku yang lelah berburu hanya bisa menghela nafas. Ya, aku sudah tahu akhirnya seperti apa, pasti lelaki tua di depanku ini mau menumbalkan aku. Tidak tahu saja siapa aku sebenarnya. Aku ini penakluk ular dan bangsanya jadi kami sudah berteman, lihat saja akan aku tunjukkan kehebatanku! Melupakan kekesalanku, aku mencoba membantunya karena memang niat hatiku yang ingin melakukannya sejak awal. Sebelum melakukan tugasku, aku berdoa terlebih dahulu berharap pada Tuhan jika aku tidak mati di sini, lepas itu barulah ku sedot darahnya seperti seorang vampire yang sering k*****a dalam buku metologi-metologi perkembangan manusia bertaring dan ku buang ke sisi kanan tempat di mana aku duduk saat ini. Aku hanya melakukan tiga kali, selepas itu aku menggunakan keahlianku dalam mengobati luka-luka pada rekan kerjaku sebelumnya. Aku sepertinya sudah merasakan efek dari bisa ular tersebut, sebab jantungku berdebar dengan kencang, seperti orang yang tengah jatuh cinta. Cih, merasakannya saja aku belum pernah, sok tahu soal cinta. Dasar Alkas jomblo! "Kamu tidak apa-apa?" tanya Aristide padaku. Pasti lelaki itu sangat khawatir padaku. Secara di sini hanya manusia itu yang peduli padaku, meski aku tidak tahu apa rencananya padaku. Ya, bisa saja dia berbuat baik karena akan meminta bantuan di kemudian hari. Tidak salah bukan hipotesisku? Ya, anggap saja tidak salah. Karena orang paling muda selalu benar! "Tidak apa-apa. Aku akan membersihkan diriku terlebih dahulu," kataku sekaligus membawa perlengkapanku dan berjalan ke arah tempat di mana Aristide mandi sebelumnya. Pemandian yang membuatku sadar ini sangat berbeda dari keberadaan rumah kami, tapi kenapa Aristide seakan seperti mandi di rumah? Bukan hanya sangat wangi, tapi tidak ada jejak dedaunan yang menempel padanya secara sengaja. Padahal dua manusia tadi saja mandi meninggalkan jejak dedaunan yang menempel di pakaian mereka. Baru saja aku sampai di sana, sampai melihat sekelilingku yang penuh dengan pepohonan hijau yang sangat lebat. Tiba-tiba saja kegelapan memanggilku. Tapi sebelum gelap menyapaku karena rindu, aku melihat sesuatu aneh yang membuat aku merekam di kepalaku. "Kenapa itu ada di sana?" ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD