Bab 11. Sandiwara Devan

1297 Words
“Apa?? Kamu mau ke mana?” tanya Devan kaget. “Mau ke kamar Rafa. Aku pengen ngecek keadaan Rafa sekarang. Aku mau ke atas dulu lah,” Kinanti mulai beranjak ingin melangkah ke lantai 2 lagi. “Eh Ma, tunggu dulu,” Devan langsung menarik tangan istrinya agar mengurungkan niatnya pergi ke lantai 2. “Kenapa sih?” tanya Kinanti yang kaget atas reaksi suaminya. “Enggak ... maksudku mendingan mulai sekarang kamu gak usah sering masuk ke kamarnya Rafa kalau malam. Soalnya kemarin aku sempat dengar Anna cerita ke orang tuanya kalau dia tidurnya agak sedikit terganggu kalau malam,” Devan mulai memutar otak untuk mencari alasan agar Kinanti mengurungkan niatnya masuk ke kamar Rafa. “Terganggu gimana?” tanya Kinanti tidak mengerti dan memutuskan untuk duduk kembali. “Ya ini aku cuma denger ya ... jadi Anna itu bilang ke orang tuanya kalau dia sering kaget kalau ada pintu kebuka malam-malam. Terus dia jadi pusing kepala tuh gara-gara kaget. Jadi kalau menurut saranku kalau malam biarin aja lah Rafa itu sama Anna tidur dan istirahat yang baik. Lagian kan Rafa gak pernah rewel kalau malam. Nanti kalau Rafa sama Anna tidurnya keganggu kan gak baik juga Ma, iya gak?” Devan mencoba untuk meyakinkan istrinya. “Kok dia ngeluh kayak gitu sih, Pa? Ya harusnya dia biasa aja dong ... kan itu kamar anak aku,” Kinanti masih ingin protes. “Ih kamu itu Ma, gak usah protes gitu dong. Kamu sendiri kalau udah tidur terus keganggu tidurnya juga pasti marah-marah kan? Pasti kepala kamu pusing terus mood kamu juga gak enak. Ya itu wajar buat semua orang yang keganggu tidurnya, jadi gak nyenyak lagi. Udahlah mendingan kita percaya aja sama Anna, toh selama ini dia udah kerja sama kita baik kan. Dan kita gak pernah punya keluhan tuh ama kinerja dia, bener gak?” Devan masih berusaha untuk meyakinkan istrinya. “Iya juga sih, soalnya kemarin temenku juga pusing gara-gara Baby sitter anaknya tiba-tiba minta berhenti. Dia bingung mau cari baby sitter yang enak buat anaknya.” “Nah, tuh kan. Temenmu aja bingung. Udahlah ... mendingan kita biarin aja Anna kalau malam. Lagian kan sepanjang sore Rafa udah ama kita, ya kecuali kamu masih pengen bareng sama Rafa. Ya nanti kita bawa aja Rafa ke kamar kita, tapi kalau pas malam tidur sama Anna, mending kita aja lah daripada nanti dia sakit terus mood-nya kacau kan yang repot kita sendiri.” “Iya Pa, kamu bener juga. Kalau gitu aku mau lanjutin tidur ya.” “Aku temenin deh, biar kamu bisa cepat tidur,” ucap Devan yang segera ikut berdiri dan mengajak istrinya naik ke lantai 2. Devan memilih untuk ikut Kinanti naik ke atas untuk memastikan kalau istrinya itu tidak akan masuk ke kamar Rafa seperti yang ingin dia lakukan tadi. Akan sangat berbahaya kalau Kinanti nanti mungkin akan masuk ke kamar Rafa dan tidak mendapati Anna ada di sana. Sebenarnya Devan merasa tidak enak pada Anna yang saat ini sedang bersembunyi. Dia takut Anna akan berpikiran negatif ketika dia memutuskan untuk pergi ke kamar bersama Kinanti dan meninggalkan dia begitu saja. Tapi Devan akan menjelaskan kepada Anna besok saja dan Devan yakin kalau Anna akan mengerti. Anna yang sedang bersembunyi di balik sofa ini bisa menghela nafas lega setelah dia mendengar tapak kaki Kinanti dan Devan menjauh dari posisinya. jantungnya sudah berdetak sangat kencang ketika tadi Kinanti memutuskan untuk duduk bersama suaminya di sofa. Bisa saja Kinanti melihat dirinya bersembunyi lalu semua akan menjadi berantakan. Tapi apa yang dilakukan Devan tadi sudah membuat Anna menjadi lebih tenang dan mengerti alasan ikut istrinya naik ke atas. Meskipun ada rasa kecewa, namun Anna yakin kalau Devan melakukan ini untuk dia. “Aduh ... gini amat ya jadi selingkuhan, harus tetap tersembunyi terus, takut ketahuan. Untung aja pacarku itu orangnya ngerti, jadi ya udah deh ntar pasti ada waktu lagi buat pacaran,” gumam Anna mencoba untuk menerima nasibnya yang harus tetap menyembunyikan hubungannya dengan Devan. Anna memutuskan untuk naik kembali ke lantai 2 agar dia bisa segera tidur. Anna tidak ingin besok pagi Kinanti akan curiga kalau sampai dia terlambat bangun atau mengantuk saat majikannya itu belum berangkat kerja. Pagi ini Anna bangun lebih pagi daripada biasanya. Meskipun dia masih mengantuk, tapi Ana harus tetap bangun karena Rafa bangun dan menangis. Bayi kecil itu poop di dalam Pampersnya, yang membuat Anna mau tidak mau harus mengganti Pampers si bayi sebagai tugas pekerjaannya. “Kita turun ke bawah yuk, biar kita bisa hirup udara segar,” ajak Anna pada Rafa yang sudah tidak bisa tidur kembali. Anna segera turun sambil menggendong Rafa. Keadaan di rumah itu masih sangat sepi karena sepertinya Devan dan juga Kinanti masih tidur. Anna memilih untuk membawa Rafa ke halaman belakang sambil menunggu kedatangan Mbok Darmi. “Halo sayang, udah bangun ya. Kok pagi banget sih bangunnya,” sapa Devan saat dia mendatangi Anna. “Kamu manggil Anna apa tadi, Pa? Sayang?” tanya Kinanti yang langsung menyahut setelah suaminya menyapa Anna. “Siapa yang manggil Anna sih, Ma. Ini kan Anna lagi gendong Rafa, ya rmangnya aku gak boleh manggil Rafa Sayang?” tanya Devan sambil menoleh ke arah istrinya. “Oh kirain kamu lagi manggil Anna. Habisnya gak kelihatan sih kalau dia lagi gendong Rafa. Ko Rafa udah bangun jam segini, An?” tanya Kinanti sambil berjalan ke arah dapur. “Rafa habis poop terus dianya gak mau tidur, Bu. Ini barusan selesai minum s**u sambil saya bawa jalan ke bawah sini biar kena udara segar,” Jawab Anna sambil menoleh ke arah Kinanti. “Kamu bawa selimut gak itu, nanti Rafa kedinginan.”! “Bawa kok Bu, Rafa saya selimutin biar gak terlalu dingin.” “Ya udah kalau gitu. Pa, kamu mau sarapan apa?” tanya Kinanti pada suaminya. “Mau roti bakar aja, Ma. Lagi males makan nasi aku. An, siniin dongRafa. Aku pengen gendong Rafa,” ucap Devan sambil mengulurkan tangannya agar Anna mau memberikan Rafa pada dirinya. “Oh iya Pak, saya titip sebentar ya. Saya mau naik ke atas dulu mau ambilin Rafa kaos kaki sama kaos tangannya, biar makin anget.” “Oke, biar saya yang jaga dulu.” Devan memilih untuk membawa putranya itu ke saung yang ada di belakang rumahnya. Dia duduk di sana sambil menggendong Rafa menikmati suasana pagi di taman mini belakang rumahnya. Devan duduk di saung sambil menunggu Anna datang. Devan berharap pagi ini dia bisa sedikit mendapatkan ciuman dari Anna sebelum dia berangkat beraktivitas. Oleh sebab itu Devan memilih untuk duduk di saung sambil menunggu Anna agar bisa sedikit dari orang rumah lainnya. “Misi Pak, saya mau pakaiin kaos kaki dulu ke Rafa,” ucap Anna sambil berdiri di depan Devan. “Sebentar, saya taruh bentar dulu dia di sini ya,” ucap Devan yang segera meletakkan Rafa di atas kasur mini yang ada di atas saung. Anna mulai membuka selimut yang membungkus tubuh mungil Rafa. Dia kemudian segera memakaikan kaos kaki dan sarung tangan untuk Rafa agar semakin hangat. Tidak lupa juga Anna memakaikan kupluk dari rajutan benang wol milik Rafa di kepala mungil Rafa. “Aku minta maaf ya kalau semalam ninggalin kamu sendirian,” ucap Devan memecah kesunyian “Gak papa kok. Saya ngerti maksud Bapak tinggalin saya tadi malam. Pilihan Bapak udah benar dan saya gak nyalahin bapak,” jawab Anna sambil terus memasang perlengkapan untuk Rafa. “Kamu beneran gak marah?” tanya Devan ingin memastikan lagi. “Iya ... saya beneran gak marah kok. Udah bapak ke sana gih ke ruang makan. Nanti Bu Kinan marah dan curiga lho.” “Tapi beneran ya lamu gak marah?” “Enggak ... saya beneran gak marah kok pak. Udah sana buruan,” ucap Anna sambil melihat ke arah Devan lalu tersenyum. “Bentar dulu, pengen ...."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD