Chapter 1

651 Words
Setelah semua barang telah di susun rapi dalam lemari. Fera melempar badannya di atas ranjang empuk itu. Dia benar sangat lelah dan letih seharian memindahkan baju-bajunya. Kini dia tinggal satu atap dengan suaminya super jelek itu. Tidak dia pedulikan suaminya sedang mengerjakan apa di luar kamar sana. Yang dia pentingkan itu untuk tidur menghilangkan rasa lelah dan letih pada tubuhnya. Tidak butuh waktu yang lama kedua mata indah pun terpejam sangat rapat dan masuk ke dunia alam mimpi tersebut. Dengkuran napas begitu teratur posisi tidur tanpa alas selimut oleh tubuh. Kebiasaan bagi wanita manja ini kapan bisa berubah. Pintu kamar terbuka dan melihat wanita yang tengah tertidur posisi mengundang selera lawan jenis menarik untuk lebih dekat lagi. Chandra mencari selimut untuk menutupi tubuh istrinya keadaan udara pendingin di kamar mereka. Dari jarak dekat lelaki itu sangat jelas memandang wajah cantik, manis, dan keras kepala. Fera merasa sesuatu menyentuh pipinya, dia mengerut kedua alis karena terusik pada tidurnya. "Apa yang kau lakukan!" Terkejut dan mendorong kasar tubuh lelaki jelek itu dari posisi tidurnya. Segera Fera menarik selimut ada di dekatnya menutup tubuhnya untuk menjaga - jaga kalau lelaki itu mencoba memerkosanya. "Aku, aku hanya..." Chandra terpatah-patah menjelaskan. "Hanya apa? Jawabnya yang jelas!" bentak Fera pada suaminya. "Aku hanya ingin menyelimuti dirimu. Tidak baik tidur posisi dalam keadaan pakaian tipis yang kau kenakan, kalau begitu. Selamat tidur." lanjutnya kembali keluar dari kamar seharusnya dia tidur berdua dengan istrinya. Fera memandang punggung rapuh dan lebar telah menghilang bayangan di balik daun pintu kamar tersebut. Dia sendiri menunduk menatap pakaian dia lekat pada tubuhnya. Serba salah jadinya telah asal memarahi suaminya sendiri. Merasa gengsi untuk meminta maaf, dia kembali lagi untuk tidur dan menutup badannya dengan selimut tebal di berikan oleh suaminya. Bagaimana Chandra? Dia tidur di ruang tamu. Sofa pas-pas ukuran dengan tubuhnya. Rumah sederhana namun nyaman untuk di tempati. Chandra membeli rumah tanpa bertingkat terlihat lebih unik namun desainnya elegan dan mewah. Sudah lama dia membeli rumah ini dan akan tinggal setelah menikah dengan wanita pilihan dari orang tuanya. Bukan karena dia tidak laku untuk menjadi suami oleh wanita-wanita. Wajahnya memang sangat jelek apalagi tidak terurus karena rambut bersarang di sekitar bawah rahang lebar dan atas bawah mulutnya. Karena terlalu sibuk dengan pekerjaan pada perusahaannya sendiri penampilan pun tidak sempat urus. Jadi orang tuanya sepakat menjodohkan dari putri sahabatnya. Awalnya Chandra mengira wanita yang di jodohkan oleh orang tuanya itu ayu dan lembut. Tapi kenyataan yang dia lihat salah perkiraan. Wanita ini sangat manja dan suka menghamburkan uang orang tuanya sendiri. Semoga saja harapan dari Chandra bisa mengubah sifat buruk istrinya menjadi lebih sederhana.  Esok paginya tepat pukul delapan pagi Fera bangun dengan keadaan berantakan sekali. Belum mandi, gosok gigi, rambut masih acak-acakan. Keluar dari kamarnya menguap selebar - lebarnya kebiasaan buruk tidak pernah di minimkan. "Kau sudah bangun," sapa Chandra menyambut istrinya menarik kursi dan mendarat pantatnya.  Fera tidak membalas sapaan dari suaminya malah menuangkan minuman di atas gelas bening kemudian di teguh hingga habis. "Nanti siang aku ada janji sama teman berkumpul, jadi aku minta kartu debitmu. Ada beberapa barang aku incar. Jadi suami itu nggak boleh pelit sama istri. Paham!" ketusnya "Aku tidak pernah larang dirimu untuk menginginkan sesuatu. Hanya saja tidak selamanya teman itu baik dari sisi apa yang kita punya, uangku juga uangmu. Apa pun yang kau kurang bisa datang ke kantorku. Semua terbuka untukmu," ucap Chandra lembut dan menyerahkan kartu debit tanpa limit untuk istrinya. Fera tidak berkata - kata lagi, tetap dia senang kalau suaminya pengertian tahu saja apa yang dia mau. Ternyata menikah itu begini. Jelek tapi banyak duit, tidak capek-capek lagi cari yang ganteng tapi modal tidak ada. "Begitu dong, ternyata enak juga menikah kalau punya suami jelek seperti dirimu. Uang tidak pernah habis," serunya beranjak meninggalkan tempat meja makan tanpa peduli Chandra mendengar cemoohan dari istrinya. Jelek seperti dirimu uang tidak pernah habis. Senyuman tipis hanya untuk dirinya sendiri. Semua wanita sama saja. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD