Setelah bersiap-siap, Qi Qi dan Bao Ni pergi ke kampus bersama. Di depan gerbang, mereka langsung disambut oleh pemandangan Mei Zuo yang tengah mengunyah sesuatu. Bukan itu yang membuat Qi Qi dan Bao Ni menggeleng-gelengkan kepala, tapi kelompok siswi SMA yang sedang memandangi Mei Zuo itulah yang membuat keduanya sedikit merasa heran. Apa yang bisa mereka dapatkan dari menonton seseorang yang hanya mengunyah permen karet?
“Eh, kalian kenapa terlambat? Aku sudah menunggu kalian selama sepuluh menit di sini.” Melihat Qi Qi dan Bao Ni berjalan mendekat ke arahnya, Mei Zuo segera memperbaiki posisinya dan berteriak ke arah mereka. Para siswi SMA yang berjumlah sekitar lima sampai enam orang itu juga ikut menoleh.
“Aheheh, apa yang kau lakukan? Kau sudah menggoda para adik-adik ini di pagi hari?” Itu adalah Lu Bao Ni yang berbisik lalu mencubit perut Mei Zuo.
Mei Zuo merasakan kesemutan atau lebih tepatnya rasa sakit di perut yang telah di tarik oleh Bao Ni, “Ahhh, kenapa kau mencubitku?”
“Jiejie…apa kau pacar gege tampan ini?” Sebuah suara manis datang dari kelompok anak SMA perempuan.
Mei Zuo, “Ah?”
Bao Ni, “Ah?”
Mo Qi Qi, “…”
Mei Zuo segera melepaskan dirinya dari cengkeraman Bao Ni, “Itu..tentu saja itu..”
“Itu benar. Gege tampan ini adalah pacar Jiejie, jadi kalian tidak perlu mengganggunya lagi. Pergilah belajar dan jadilah anak yang baik. Jiejie mendukung kalian. Jiayou!!” Bao Ni bahkan tidak membiarkan Mei Zuo menyelesaikan ucapannya, ia segera memotongnya dan berbicara semaunya.
Qi Qi tidak bisa menahan ketawanya, “Kalian memang serasi.”
“Baiklah. Karena Jiejie cantik ini adalah pacar gege tampan, maka kami tidak akan mengganggu gege tampan ini lagi. Kami akan lebih rajin belajar.” Salah seorang anak SMA berbicara mewakili temannya sebelum akhirnya pergi bersama kelompoknya.
“Lu Bao Ni!! Hmmph.” Mei Zuo terlihat sangat kesal.
Qi Qi tidak bisa tidak berkomentar untuk menyelamatkan sahabatnya dari omelan Mei Zuo, “Xiao Zuo, jika mereka terus menggangumu bukankah kau sendiri yang akan kesulitan. Dan juga, lihat jam berapa sekarang? Jam begini anak-anak seharusnya sudah masuk, dan jika mereka terus-terusan berdiri di sini hanya untuk melihatmu mengunyah permen karet…masa depan mereka akan hancur.”
“Ah baiklah-baiklah. Qi Qi kau memang baik hati.” Mei Zuo mengalihkan tatapannya pada Bao Ni, “Kau selamat berkat Qi Qi.”
Mei Zuo merasakan keanehan di hatinya saat ia menatap Qi Qi. Ia memiringkan kepalanya sebelum akhirnya menyadari sesuatu yang baru dari gadis itu. Mei Zuo membelalakkan matanya ketika ia berkata, “Wah Qi Qi ini benar-benar kau kan? Yah…dalam semalam kau bahkan berubah, lihatlah kau sekarang terlihat seperti orang yang baru keluar dari Rumah Sakit, apa rambutmu rontok?”
Seperti yang diharapkan dari seorang Mei Zuo, ia bahkan tidak menyadari jika rambut Mo Qi Qi yang mulanya keriting dan mengembang kini telah hilang karena ia telah meluruskannya. Sebaliknya, Mei Zuo malah mengeluarkan gurauan yang tidak masuk akal dan hanya mengundang amarah Lu Bao Ni.
“Eh? Kau jangan meledeknya. Apa kau tidak lihat Qi Qi kita sekarang sudah cantik sekali. Berhenti bicara, kau sebaiknya menutup mulutmu yang lebar itu! Kata Bao Ni.
“Apa?! Hmmph.” Mei Zuo membelalak dan menjulurkan lidahnya ke arah Bao Ni.
Bao Ni yang tampak tidak peduli, mengalihkan pandangannya pada Qi Qi, “Sepertinya ada yang kurang…”
Bao Ni kemudian mengambil lipstick yang ada di dalam tasnya dan ia mengoleskan lipstick berwarna lembut itu di bibir Qi Qi yang pucat.
“Eh, jangan terlalu banyak." Qi Qi tidak pernah menggunakan lipstick sebelumnya, jadi ia merasa sedikit risih dan tidak nyaman saat Bao Ni membantunya memakai lipstick.
“Nah, bagaimana? Dia sudah terlihat seperti manusia sehatkan?” Bao Ni menepuk pundak Mei Zuo dan meminta pendapatnya.
Entah sejak kapan pertikaian mereka yang baru saja terjadi kini telah berakhir dengan kesepakatan, Mei Zuo membalas ucapan Bao Ni sambil mengangguk-anggukan kepalanya seperti sedang menumbuk bawang, “Sedikit. Kau sekarang sudah tampak jauh lebih baik.”
*/
Lu Bao Ni pergi ke kelasnya sementara Qi Qi dan Mei Zuo berjalan bersama ke kelas mereka. Kelas masih belum dimulai, tapi mereka melihat teman kelas mereka sudah memenuhi ruang kelas.
“Apa kita terlambat? Bukankah kelas Profesor Jiang selalu sepi? Kenapa mendadak ramai?” Mei Zuo tampak santai.
Sebaliknya, Qi Qi yang tidak pernah datang terlambat merasa sangat terbebani, “Tidak tahu. Ayo kita kesana.”
Keduanya berlari sampai ke ruang kelas, dan memasuki ruang kelas. Saat keduanya masih berdiri di depan pintu masuk, keduanya langsung disambut oleh pangeran kampus yang terkenal, itu adalah Xue Ying!
“Oh? Kalian baru datang?” Melihat Mo Qi Qi dan Mei Zuo yang tiba-tiba datang dengan napas terengah-engah, Xue Ying secara spontan tersenyum dan menyapa keduanya.
Sontak para kerumunan murid juga ikut berteriak saat mereka disuguhi oleh senyum Xue Ying yang mempesona.
“Pantas saja kelas Profesor Jiang menjadi ramai.” Mei Zuo memutar bola matanya sebelum akhirnya mengatakan hal ini secara acuh tak acuh.
Mo Qi Qi yang berdiri di samping Mei Zuo tentu saja mendengar ledekan sahabatnya itu. Ia segera menyikut lengan Mei Zuo dan tersenyum ke arah Xue Ying sambil berkata, “Iya senior.”
“Kau terlihat berbeda hari ini Mo Qi Qi.” Xue Ying tersenyum pada Mo Qi Qi sebelum akhirnya ia dan temannya keluar meninggalkan ruang kelas.
Saat Xue Ying mengatakan kata-kata itu, ada dua hal yang terlintas dalam benak seorang Mo Qi Qi.
Pertama, Qi Qi berpikir itu adalah pujian yang dilontarkan oleh Xue Ying untuknya. Dan hal terakhir yang terpikirkan Mo Qi Qi adalah ‘Xue Ying tidak menyukai rambut barunya’, Xue Ying mengatakan hal itu karena rambut lurus sangatlah tidak cocok untuknya. Memikirkan kedua hal ini, Qi Qi secara tidak sengaja menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mei Zuo, “…..”
“Qi Qi, kau baik-baik saja?” Mei Zuo menepuk pundak Qi Qi.
“Oh, aku baik-baik saja.” Qi Qi akhirnya kembali dari dunia lamunannya.
Dan Xue Ying yang baru saja keluar dari ruang kelas Mo Qi Qi tampak tersenyum-senyum sendiri seperti orang bodoh. Teman Xue Ying yang juga tengah berjalan disamping pemuda itu merasa jika Xue Ying sudah gila.
“Kau adalah orang yang jarang tersenyum apalagi tertawa sampai gigimu terlihat. Tapi aku perhatikan belakangan ini kau sangat sering tersenyum.” Itu adalah Allen, teman Xue Ying yang sedari tadi berjalan bersama Xue Ying.
“Tidak apa, hanya saja..” Xue Ying menepuk pundak Allen, “Bukankah kau berpikir jika Mo Qi Qi itu lucu. Dia selalu tampil berbeda dari yang lainnya.”
Melihat temannya tersenyum saat ia mengatakan hal itu, Allen menyipitkan kedua matanya sebelum akhirnya menyimpulkan sesuatu, “Kau..kau tidak..jangan bilang kau…”
Xue Ying kembali menampar pundak Allen, “Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Ayo pergi.”
*/
Kelas baru saja berakhir, dan Mo Qi Qi akhirnya bisa sedikit lebih santai. Selama jam kuliah berlangsung, ia selalu menjadi bahan ledekan dan pusat perhatian teman sekelasnya karena rambut barunya itu. Jika bukan karena Mei Zuo yang bersikap sedikit lebih masuk akal, Qi Qi pasti akan sangat menderita harus sekelas dengan para pembully itu.
Qi Qi dan Mei Zuo berjalan keluar dari ruang kelas.
Mei Zuo yang sedari tadi tampak sibuk bermain ponselnya tiba-tiba berkata, “Qi Qi, kau hari ini ikut aku yah?”
“Mau kemana?” Qi Qi menoleh ke arah Mei Zuo untuk sekedar mendapati pemuda itu masih sibuk dengan ponselnya.
“Aku harus membelikan adikku kado ulang tahun. Dia berulang tahun hari ini, lihatlah…” Mei Zuo menunjukkan pesan ibunya.
“Kau bahkan tidak ingat hari ulang tahun adikmu?” Mo Qi Qi menggeleng-gelengkan kepalanya, “Kenapa tidak ajak Bao Ni saja?”
“Aku bahkan tidak ingat tanggal lahir orangtuaku.” Mei Zuo tampak sangat percaya diri ketika ia mengatakan hal ini, ia kemudian melanjutkan, “Bao Ni akan cerewet sekali, sudahlah, ayo pergi. Aku tidak akan bisa bertahan jika harus bersamanya seumur hidup.”
Qi Qi dan Mei Zuo pun pergi ke sebuah mall di Shanghai, baru satu jam berjalan di sekitaran toko dan Mei Zuo sudah terlihat pusing memilih hadiah untuk adik perempuannya.
Mei Zuo bertanya pada Mo Qi Qi tentang beberapa benda, dan Mo Qi Qi sendiri hanya bisa mengatakan jika semua benda itu bagus. Gadis culun itu selalu menghadiahi Bao Ni dengan buku. Bahkan jika ada kerabat yang berulang tahun, ia masih akan tetap memilih buku untuk hadiah yang paling ideal.
Mei Zuo yang tampak putus asa akhirnya mengajak Qi Qi ke sebuah toko baju yang juga menjual berbagai macam aksesoris.
Ketika Mei Zuo sibuk memilih barang ini dan itu, Mo Qi Qi juga tampak asyik dengan dunianya sendiri. Matanya tengah mengawasi setiap baju dan pernak-pernik yang berharga mahal itu.
“Sekarang aku paham kenapa perempuan menyukai semua baju dan aksesoris ini. Kalau diperhatikan memang cantik sekali.” Mo Qi Qi diam-diam menggumamkan kata-kata.
Sebuah ingatan masa lalu tiba-tiba muncul di kepala Mo Qi Qi. Ia ingat bahwa ibunya bahkan sudah menyerah padanya. Tiap kali ibunya akan membelikannya gaun, ia pasti akan menolaknya. Mo Qi Qi merasa ia belum terbiasa memakai semua pakaian yang umumnya dianggap cantik oleh para wanita. Gadis itu lebih suka pakaian casual, celana jeans dan kaos yang harganya juga jauh lebih murah. Dan tidak lupa kacamata yang besar dan membuatnya terlihat culun.
Selang satu jam mengalami dilema, Mei Zuo pun selesai memilih hadiah untuk adiknya, “Ayo, aku akan mengantarmu pulang.”
“En. Ayo.” Keduanya akhirnya keluar dari toko dan berjalan menuju lantai 1.
Tetapi ketika Qi Qi dan Mei Zuo baru saja melewati lantai 2, sesuatu menarik perhatian Qi Qi. Itu bukanlah sebuah toko yang menjual buku atau sedang mengobral tumpukan buku, melainkan sebuah toko yang menjual kaca mata.
“Xiao Zuo, apa kau keberatan jika kita mampir kesana dulu?” Mo Qi Qi diam-diam menunjuk optik kaca mata itu sembari bertanya pada Mei Zuo.
“Kau mau apa ke optik? Kaca matamu rusak yah?” Mei Zuo tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke arah Mo Qi Qi untuk memastikan kacamata gadis itu tidak mengalami masalah.
“Tidak, tentu saja tidak.” Mo Qi Qi mendorong wajah Mei Zuo, “Aku hanya ingin menggunakan lensa mata.”
Tidak ada yang lebih mengagetkan Mei Zuo dari Mo Qi Qi. Dan hari ini ia telah mendapatkan dua kejutan dari seorang Mo Qi Qi. Yang pertama adalah rambut barunya yang lurus dan yang kedua adalah lensa mata.
Mei Zuo tersenyum sinis ketika ia meledek Mo Qi Qi, “Hmmph, kau benar-benar akan merubah dirimu demi Xue Ying yah?”
“Kau diam saja!” Qi Qi berjalan menjauh dari Mei Zuo yang terus-terusan menggodanya.
Begitu sampai di optik, Qi Qi dan Mei Zuo langsung disambut oleh pemilik optik dengan senyuman yang ramah. Pemilik optik itu adalah seorang pemuda yang cukup tampan, jika bukan karena tato di lengan kirinya, pemuda yang memiliki wajah seperti bayi itu pasti tidak akan terlihat menakutkan.
“Xiao Jiejie, apa kau mencari kacamata?” Pemuda itu langsung bertanya pada Mo Qi Qi.
Melihat hal ini dan merasakan hawa-hawa tidak menyenangkan, Mei Zuo langsung membentengi Qi Qi dengan tubuh tingginya.
Mo Qi Qi, “…..”
Pemuda itu, “….”
“Kau minggir saja.” Mo Qi Qi menyeret Mei Zuo ke samping, ia kemudian berbicara
, “Aku membutuhkan lensa mata minus. Apa kau bisa membantuku?”
Pemuda bertato itu tersenyum, ia kemudian berkata, “Xiao Jiejie, kemarilah aku akan membantumu. Terlebih dulu aku akan memeriksa mata Jiejie untuk memastikan minusmu masih sama. Setelah itu kita akan mendapatkan lensa yang sesuai untukmu.”
Mei Zuo tampak tidak percaya, “Kau tahu cara memeriksa mata?”
Pemuda itu tersenyum, ia sama sekali tidak merasa tersinggung saat ia berkata, “Aku adalah mahasiswa kedokteran, kebetulan aku mengambil spesialis mata. Xiao gege, kau pasti tertarik denganku?”
Mei Zuo sangat shock ketika ia mendengar ini, ia kemudian berkata dengan acuh tak acuh, “Aku mana mungkin menyukai pria. Jangan bicara sembarangan.”
Pemuda itu melanjutkan, “Ahahah, aku hanya bercanda. Kau pasti terkejut karena aku memiliki tato.”
Mo Qi Qi sama sekali tidak ikut campur, ia lebih tertarik untuk mendengarkan percakapan antara kedua laki-laki itu. Pemuda itu mengambil senter untuk memeriksa mata Mo Qi Qi. Setelah selesai memeriksa ia kembali berkata, “Aku menjadi dokter karena aku ingin menyembuhkan orang. Aku ingin menjadi perantara Tuhan yang ingin menyembuhkan manusia. Jadi.., yah itu saja.”
Mei Zuo mendengus, ia kemudian berkata, “Dasar konyol.”
Pemuda itu tersenyum, “Xiao Jiejie, minusmu naik 0.5. Dan ini, aku merekomendasikan warna lensa bening untukmu. Kau sudah cantik, jadi jika kau memakai warna lain, kau akan menjadi semakin cantik. Aku takut, kau akan kewalahan dalam mengatasi hal ini.”
“Berhenti membual. Berikan kami tagihannya.” Mei Zuo sudah mendidih.
“Terimakasih. Kami akan membayar sekarang.” Qi Qi dan Mei Zuo akhirnya pergi ke kasir untuk membayar tagihan. Tapi sebelum keduanya meninggalkan optik, pemuda bertato itu kembali memanggil mereka.
“Ini kartu namaku. Aku yakin kita akan bertemu lagi. Namaku Darren.” Pemuda itu mengeluarkan kartu namanya. Dan Qi Qi baru saja akan mengambil kartu nama itu, tapi tangan Mei Zuo lebih cepat.
Mei Zuo menyimpan kartu nama itu di dalam saku tasnya sembari berkata, “Ayo kita pergi.”
Sebelum pulang, Mei Zuo terlebih dahulu mengantar Mo Qi Qi. Beruntung bibi penjaga asrama masih berbaik hati dan mengizinkan Qi Qi untuk masuk, jika tidak ia pasti harus memanjat pagar.
Begitu masuk ke dalam kamar asramanya, Qi Qi dikagetkan oleh wajah suram Lu Bao Ni.
“Ooo kalian mengkhianatiku yah? Kalian pergi tanpaku. Hmmph.” Bao Ni tampak acuh tak acuh saat ia berkata, “Pergi saja sana, aku tidak peduli.”
Mo Qi Qi tersenyum sebelum akhirnya melemparkan tubuhnya ke arah Bao Ni, “Jangan marah. Aku hanya menemani Mei Zuo membeli hadiah.”
“Hadiah? Untuk siapa?” Bao Ni akhirnya mau bekerjasama dan menghilangkan kemarahannya.
Mo Qi Qi, “Adik perempuannya akan berulang tahun, jadi ia membeli hadiah. Kebetulan juga aku harus membeli sesuatu. Lihatlah, apa kau melihat perbedaan?”
Bao Ni tampak berpikir keras, ia melihat Mo Qi Qi dan membolak-balikkan wajah gadis itu berulang kali, “Selain rambutmu, apa ada lagi?”
“Tebaklah..” ujar Qi Qi.
Bao Ni akhirnya menyadari perubahan itu, ia membelalakkan matanya dan berseru, “Tunggu sebentar, kau..kau memakai lensa mata?”
“Kau benar.” Balas Qi Qi.