Empat

1359 Words
Reynand selesai memeriksa Kimberly, ia heran apa yang membuat gadis yang terbaring lemah di ranjangnya itu tertekan hingga pingsan, tekanan darahnya sangat rendah. Gadis di depannya masih sangat muda, beban hidup seperti apa yang ia alami hingga dia jadi seperti ini,  Reynand menatap Kimberly lekat, ia ingat sekarang, gadis di depannya adalah gadis yang sama yang menabraknya di rumah sakit, juga di resto waktu itu, gadis yang dalam keyakinannya melakukan sesuatu yang membuat pak Arsyad sembuh tapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Reynand duduk di tepi ranjang masih memandang wajah pucat Kimberly, ia harap gadis itu segera sadar karena hari sudah mulai beranjak malam, ia yakin gadis ini tinggal di apartemen yang sama dengannya tapi apartemen sebesar ini bagaimana ia tahu unit tempat tinggal gadis ini, Reynand mendengar bunyi ponsel, namun bukan ponselnya, ia mencari sumber suara yang adalah tas milik Kimberly. Reynand ragu akan membuka tas Kimberly namun ia beranikan diri karena tidak mungkin ia biarkan gadis ini tidur di apartemennya. Ia mengambil ponsel dari tas Kimberly dan akan menjawabnya, layar monitor ponsel Kimberly terdapat nama papa, berarti ayah gadis ini yang menelepon. "Halo Kim, where are you?, ini sudah malam, kamu masih di kampus?" "Halo..." "Siapa kamu?, kenapa kamu yang menjawab ponsel anak saya? " "Maaf, dengan siapa saya bicara?" "Saya Radit, ayahnya Kimberly" "Ah gadis ini namanya Kimberly, begini pak Radit putri anda sedang pingsan makanya saya angkat ponselnya" "Apa?, pingsan?, kenapa?, bagaimana bisa?" "Kebetulan saya seorang dokter, setelah saya periksa tekanan darahnya rendah dan sepertinya ia memiliki beban berat" "Beban berat?, baiklah, dirumah sakit mana sekarang, saya akan kesana" "Sebenarnya saya menemukan dia di rooftop apartemen XYZ dan karena saya tidak tahu tempat tinggalnya saya bawa dia ke unit apartemen saya, tapi pak Radit jangan khawatir saya bukan orang jahat" "Kebetulan sekali Kim dan saya tinggal di apartemen XYX lantai 30 unit 3015, saya akan ke unit anda dokter...." "Reynand, nama saya Reynand, tapi sepertinya tidak usah pak Radit" "Tidak usah?, maksud anda?" "Kebetulan sekali, apartemen saya dilantai yang sama dan unit 3016, biar saya antar Kim saja" "Baiklah terima kasih" Reynand kembali memasukkan ponsel dalam tas Kimberly dan mengangkat tubuh Kimberly, ia tak menyangka jika ia bertetangga dengan gadis itu. Reynand membawa tubuh Kimberly keluar dari kamarnya dan kemudian keluar unit apartemennya di 3016 menuju unit 3015 baru ia sampai di depan pintu, pintu sudah terbuka menampakkan wajah seorang pria paruh baya, Reynand menebak itu adalah pak Radit ayah Kimberly. "Dokter Reynand?" "Pak Radit?" Pak Radit melihat Kimberly terkulai lemas di dalam gendongan Reynand. "Tolong bawa masuk dalam kamarnya" Pak Radit berjalan mendahului Reynand dan menuju kamar Kimberly, perlahan Reynand meletakkan tubuh Kimberly di ranjangnya, kemudian keluar dari kamar bersama pak Radit, Pak Radit mempersilahkan Reynand duduk di ruang tamu, beliau kemudian melangkah ke dapur. "Dokter Reynand, teh atau kopi?" "Air putih saja pak, terima kasih" "Ok" pak Radit melanjutkan langkahnya menuju dapur dan kembali membawa segelas air putih dan secangkir kopi, ia kemudian duduk berhadapan dengan Reynand. "Gaya hidup sehat ya dokter Reynand" "Tidak juga pak Radit, kadang juga saya minum kopi hanya saja tadi saya sudah minum kopi bersama teman" "Oh ya, saya mau bertanya tentang keadaan Kim, kenapa anda mengatakan dia memiliki beban berat, sejak kami pindah ke Jakarta dia baik baik saja sepertinya" "Saya sedang ada di rooftop saat Kim kesana, secara tidak sengaja saya melihatnya menangis sedih sekali, saat saya mendekatinya dan bertanya dia kenapa, Kim malah ketakutan dan beranjak pergi namun belum jauh ia sudah terkulai pingsan" "Menangis sedih?, kenapa dia?" gumam pak radit. "Tapi keadaannya baik baik saja kan?" tanya pak Radit. "Dia baik, hanya butuh istirahat dan makan yang bergizi" "Terima kasih dokter Reynand, entah apa yang terjadi jika tidak ada anda" "Panggil Reynand saja pak Radit, kita kan bertetangga, mungkin suatu saat nanti saya juga butuj bantuan pak Radit" "Tentu, sesama tetangga harus saling bantu, kalau begitu panggil saja om Radit, biar lebih akrab" Keduanya pun terlibat obrolan menarik dengan berbagai topik dari pekerjaan, politik, dan berbagai isue menarik belakangan ini. "Sepertinya sudah sangat larut om Radit, saya harus pulang sekarang sepertinya" "Oh baiklah, om juga terlalu asyik bicara dengan kamu" ~~~ ~~~ Kimberly membuka matanya, ia menggeliat, sepertinya ia tertidur sangat lama, ia segera terduduk saat ia teringat sesuatu. Ia lihat sekelilingnya dan ia berada dalam kamarnya, ia berfikir keras kenapa ia bisa sampai di kamarnya, bukankah ia di rooftop dan bertemu pria yang pernah bertemu dengannya di rumah sakit. Ia masih bingung dengan keadaan ini saat pintu kamarnya terbuka. "Sudah bangun Kim?" pak Radit masuk membawa nampan berisi s**u dan sandwich. "Pa... Kenapa aku dikamar?, padahal aku..... " "Minum s**u kamu dulu, lalu makan sandwich nya, kamu sejak semalam belum makan" "Ini sudah pagi pa?" "Iya" Kimberly menerima s**u dan sandwich dari papanya dan segera menghabiskan karena memang ia merasa sangat lapar, ia ingin segera tanya pada papanya kenapa ia bisa berada di kamarnya sementara ia merasa terakhir yang ia ingat berada di rooftop. "Pelan pelan Kim makannya" "Bagaimana Kim bisa ada di kamar pa, Kim ingat jika Kim ada di rooftop dan menangis sedih lalu bertemu seseorang dan Kim tidak ingat apa apa lagi" "Papa mau tanya, kenapa kamu menangis?, tell me, apa yang membuat kamu menangis honey?" "Itu...., tapi kenapa aku bisa dikamar pa?" "Reynand yang mengantarmu" "Reynand?, siapa?" "Dokter Reynand, dia sedang ada di rooftop kemarin, saat kamu pingsan ia membawa kamu ke unit apartemen dia yang ternyata adalah tetangga kita" "Tetangga kita??!!" "Iya, dia di unit 3016 sebelah kita" "aneh sekali" "Apanya yang aneh?" "Enggak, enggak apa apa, sangat kebetulan sekali, aku mau mandi dulu pa, aku kuliah pagi" Kimberly beranjak dari ranjang dan buru buru ke kamar mandi agar papanya tidak menginterogasinya. Saat Kimberly selesai bersiap siap dan keluar kamar, ia terkejut karena papanya masih ada di ruang tamu padahal jam seperti ini papanya sudah berangkat bekerja. "Papa belum berangkat bekerja?" "Papa menunggu kamu, duduk sebentar" Kimberly was was, ia takut papanya membahas hal yang membuatnya menangis kemarin dan ia tak ingin papanya tahu hal itu. Ia melangkah mendekati papanya  dan duduk di hadapan papanya. "Ada apa pa?" "Karena Dokter Reynand sudah menolong kamu, papa mau kamu berterima kasih padanya" "Mmm.... Baiklah... " "Pulang kuliah kamu beli makanan dan antarkan padanya sebagai ucapan terima kasih" "Iya pa, kalau begitu Kim berangkat kuliah" ~~~ ~~~ Kimberly melihat beberapa kue yang dipajang di toko bakery, ia bingung harus membeli kue apa untuk Reynand seperti yang diminta ayahnya. Ia juga bingung akan memberikan kue atau makanan, belum tentu juga Reynand suka kue. Ia kemudian memilih sebuah blackforest ukuran sedang, walau ia tak yakin akan pilihannya itu Kimberly tetap membelinya.  Ia kemudian pulang menuju apartemennya, ia masuk dalam apartemennya terlebih dahulu meletakkan tas dalam kamarnya, ia kemudian keluar lagi menuju apartemen Reynand yang bersebelahan dengan unit apartemen yang ia tempati, ia tekan bel beberapa kali namun tak ada tanda tanda jika pintu akan terbuka, ia masih mencoba menunggu dan menekan bel  beberapa kali. Kimberly akan meninggalkan tempat itu saat pintu apartemen terbuka dan menampakkan Reynand berdiri menjulang dihadapannya. Kimberly terbelalak karena melihat Reynand yang hanya memakai boxer dan bertelanjang d**a, ia terpana melihat perut rata Reynand yang sixpack, namun itu hanya sesaat, ia kemudian bisa mengendalikan diri. "Kamu?, ada apa?" "I.... I just want to say thank you because you help me yesterday" "Of course, your welcome" "Ini untukmu, sebagai ucapan terima kasih" Kimberly memberikan kue ditangannya pada Reynand. "Terima kasih tapi maaf, saya tidak suka kue kue manis seperti ini, bukan maksudku tidak menghargai pemberianmu, hanya saja jika aku menerima itu juga tidak akan ada yang makan disini" "Istri anda tidak suka juga?" "Istri?, istri yang mana?, saya belu menikah" "I'm sorry, saya pernah lihat anda di resto waktu itu bersama seorang wanita, saya fikir itu istri anda" Reynand tertegun, ucapan Kimberly mengingatkan dirinya pada sosok Valeria yang sejak di resto itu mereka belum bertemu dan saling menghubungi. Gadis yang akan ia lamar untuk menjadi istrinya namun gadis itu belum berencana menikah. Reynand kemudian berencana menemui Valeria kembali hari ini setelah mendengar ucapan Kimberly. "Bawa saja kue itu untukmu, aku ada urusan penting" tanpa menunggu jawaban Kimberly, Reynand menutup pintu apartemennya. Kimberly hanya diam sesaat dan kemudian melangkah menuju apartemennya. Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD