47. A Dream's Deception

1499 Words

Ciuman Argio yang semula kasar perlahan ikut melembut seiring pegangannya pada tanganku juga ikut merenggang. Hingga akhirnya tanganku bisa kembali turun sempurna, aku bisa merasakan bibir Argio hanya menempel saja pada bibirku tanpa melakukan apapun. Napasnya terengah–panas menyentuh wajahku. Terdengar berat tetapi bukan oleh nafsu melainkan emosi. Aku tidak tahu Argio adalah orang yang seemosional ini. Bahkan saat aku ngambek tidak jelas padanya waktu kami di Phuket, lelaki itu masih bersabar meski akhirnya ia sempat ikut ngambek–tetapi dia tidak benar-benar marah. Marah dalam artian emosi sampai aku untuk sejenak merasa takut padanya. Argio tiba-tiba saja membalik badanku dan mendorongku hingga memepet ke tembok. "Why are you laughing with him? What are you guys talking about? Is tha

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD