42. Panas yang Tak Terhindarkan

1269 Words

Aku terbangun merasakan berat yang menindih perutku. Matahari menyorot dari celah-celah tirai yang tidak tertutup rapat. Perlahan mataku berkedip untuk menyesuaikan dengan cahaya. Hembusan napas hangat menyentuh pipiku dari arah kiri. Aku memutar sedikit tubuhku hingga kini aku berhadapan dengan sosok yang sedang tertidur lelap di sebelahku dengan tangan yang memeluk perutku. Hanya ada selimut yang menutupi tubuh kami berdua sekarang karena kami terlalu kelelahan untuk sekadar menggunakan baju kami sebelum tidur. Aku tidak ingat kapan terakhir kali bangun dengan keadaan tubuh super pegal dan ngilu di sana-sini seperti ini. Seingatku aku pernah merasakan hal yang sama seperti ini saat dulu pulang dari kegiatan outbond dengan para pegawaiku. Bedanya, pegal dan ngilu di tubuhku ini adalah

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD